BATAM – Pemerintah Republik Indonesia kembali menghidupkan peran strategis Pulau Galang, Kepulauan Riau, sebagai lokasi kemanusiaan.
Kali ini, pulau yang pernah digunakan untuk menampung pengungsi Vietnam dan menjadi rumah sakit darurat COVID-19 itu disiapkan untuk merawat korban luka akibat konflik di Gaza, Palestina.
Presiden Prabowo Subianto telah memberikan arahan agar Pulau Galang dijadikan pusat pengobatan dan penampungan sementara bagi sekitar 2.000 warga Gaza yang terdampak perang.
Arahan ini disampaikan dalam rapat kabinet pada Rabu (6/8/2025) lalu dan dikonfirmasi oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi.
“Presiden meminta agar Indonesia memberikan bantuan pengobatan untuk warga Gaza yang menjadi korban perang, termasuk mereka yang terluka akibat bom atau reruntuhan,” ungkap Hasan di Jakarta.
Berita Sebelumnya: Pulau Galang Batam Bakal Jadi Tempat Pengobatan Warga Gaza
Hasan menyebut Pulau Galang dipilih karena fasilitas rumah sakit yang telah tersedia, termasuk infrastruktur pendukung lain yang dibangun saat pandemi COVID-19. Selain merawat korban luka, lokasi ini juga akan digunakan untuk menampung keluarga pasien yang ikut mendampingi.
“Rencananya pusat pengobatan akan dipusatkan di Pulau Galang. Di sana sudah ada rumah sakit dan fasilitas lainnya yang dapat dimanfaatkan kembali,” ujar Hasan.
Sejarah Panjang Pulau Galang sebagai Tempat Misi Kemanusiaan
Seperti dilansir detiknews, Pulau Galang bukan kali pertama dimanfaatkan dalam misi kemanusiaan berskala internasional. Pulau seluas 80 km persegi ini berjarak sekitar 7 km dari Pulau Batam dan memiliki sejarah panjang sebagai tempat penampungan pengungsi.
Pada periode 1979 hingga 1996, Pulau Galang menjadi tempat tinggal sementara bagi para pengungsi asal Vietnam, yang dikenal sebagai “manusia perahu”.
Mereka melarikan diri dari Vietnam pasca jatuhnya Saigon pada April 1975 dan kemenangan pihak komunis. Puluhan ribu warga Vietnam mencari suaka ke berbagai negara, termasuk Indonesia, karena khawatir dengan rezim baru di negaranya.
Laporan pertama menyebutkan bahwa 97 pengungsi Vietnam tiba di Indonesia pada 19 Mei 1975. Namun, berdasarkan data PBB tahun 1979, jumlah pengungsi yang masuk ke Indonesia mencapai 43.000 orang.
Saat itu, belum tersedia mekanisme penyaringan suaka secara formal, namun Indonesia memberikan status pengungsi prima facie sebagai bentuk perlindungan awal.
Pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto memilih Pulau Galang sebagai lokasi penampungan bagi sekitar 10.000 pengungsi. Lokasi ini dipilih karena relatif jauh dari pemukiman warga, sehingga bisa meminimalisir potensi konflik sosial.
Di kamp pengungsian Pulau Galang, para manusia perahu diberikan pendidikan dan pelatihan bahasa, serta fasilitas keagamaan. Pada Mei 1979, dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN, disepakati bahwa seluruh biaya pengungsi akan ditanggung oleh UNHCR.
Pengungsian di Pulau Galang berlangsung hampir dua dekade. Pada 1994, pemerintah memutuskan untuk mengosongkan pulau tersebut demi pengembangan industri. Sekitar 8.500 pengungsi difasilitasi pulang ke Vietnam, sementara sisanya direlokasi ke negara ketiga.

Pulau Galang Diaktifkan Kembali saat Pandemi COVID-19
Pada tahun 2020, Pulau Galang kembali berperan dalam penanganan krisis kemanusiaan. Pemerintah membangun Rumah Sakit Darurat Khusus COVID-19 di kawasan tersebut dengan anggaran sekitar Rp 400 miliar.
Rumah sakit tersebut awalnya dirancang untuk menampung hingga 1.000 pasien, namun saat pertama kali dioperasikan hanya bisa menampung 360 pasien karena keterbatasan infrastruktur.
Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa pembangunan rumah sakit tersebut merupakan langkah antisipasi dalam menghadapi situasi pandemi global yang penuh ketidakpastian.
Rumah sakit ini kemudian menjadi lokasi observasi dan perawatan, terutama bagi para pekerja migran Indonesia yang baru pulang dari luar negeri.
Pada April 2021, fasilitas di Pulau Galang hampir mencapai kapasitas penuh, menyusul lonjakan kasus COVID-19 di berbagai wilayah. Kolonel Khairul Ihsan Nasution, selaku Kepala Rumah Sakit saat itu, menyampaikan bahwa lebih dari 340 tempat tidur telah terisi pasien.
Dipertimbangkan Jadi Lokasi Perawatan Korban Gaza
Kini, Pemerintah Indonesia kembali menyiapkan Pulau Galang dalam peran kemanusiaan. Menteri Luar Negeri Sugiono mengatakan bahwa selain Pulau Galang, pemerintah juga tengah mempertimbangkan alternatif lokasi lain yang bisa digunakan untuk merawat korban perang Gaza.
“Presiden memang menyebut Pulau Galang karena infrastrukturnya sudah tersedia sejak pandemi COVID. Namun kami juga menyiapkan beberapa alternatif lain,” ujar Sugiono saat ditemui di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat.
Ia menegaskan bahwa rencana ini merupakan bagian dari komitmen Presiden Prabowo Subianto terhadap krisis kemanusiaan di Gaza. Sebelumnya, saat melakukan kunjungan ke negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC), Prabowo menyatakan kesediaan Indonesia untuk menerima dan merawat hingga 1.000 korban luka, terutama anak-anak. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News

















