Sekjen PBB Yakin Rusia Tak Akan Serang Ukraina

Sekjen PBB Serukan Pemusnahan Total Senjata Nuklir
Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara pada SDG Moment, acara yang menjadi bagian dari Sidang ke-76 Majelis Umum PBB di New York, AS, Senin (20/9/2021). Foto: Antara/Reuters

Washington – Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres yakin Rusia tidak akan menyerang Ukraina.

“Saya yakin tidak akan terjadi. Dan saya sangat berharap (keyakinan) ini benar,” kata Guterres pada Jumat (21/01).

Pernyataan itu muncul saat negara bekas republik Soviet itu sedang mengerahkan pasukannya ke bagian utara, selatan, dan timur wilayahnya.

“Setiap invasi dari satu negara ke negara lain merupakan pelanggaran hukum internasional, dan saya harap bahwa ini, tentunya, tidak akan terjadi dalam keadaan ini,” kata Guterres kepada awak media di markas besar PBB di New York.

Amerika Serikat bersama sejumlah sekutunya di Eropa telah mewanti-wanti bahwa Rusia sedang menyiapkan tahapan untuk invasi ke Ukraina dan telah mengerahkan lebih dari 100.000 pasukan di perbatasannya dengan Ukraina.

Rusia juga mengerahkan tank dan artileri yang signifikan ke kawasan perbatasan itu.

Pemerintah Rusia menyangkal sedang mempersiapkan serangan militer. Moskow menyatakan bahwa pasukannya berada di sana untuk menggelar latihan militer rutin.

Pasukan Rusia juga telah berkumpul di sekutu Belarus, negara yang berada persis di utara Ukraina.

Kremlin, kantor presiden Rusia, mengeklaim bahwa pasukannya di sana juga akan berpartisipasi dalam latihan militer. Selain itu, Moskow juga meningkatkan jumlah pasukannya di Krimea.

Baca juga: Kerusuhan di Kazakhstan, PBB Minta Semua Pihak Tahan Diri

Pada 2014, Rusia merebut Semenanjung Krimea di Ukraina dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui secara internasional dan dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.

Pada saat itu, Moskow juga mulai mendukung kelompok separatis di Ukraina timur, kebijakan yang berjalan selama delapan tahun.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pertempuran antara pasukan pemerintah Ukraina dan kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur telah menelan lebih dari 13.000 korban jiwa sejak 2014. (*)

Sumber: Anadolu