Sepakbola Tarkam dan Jimat Pawang

Ilustrasi pertandingan turnamen sepakbola tarkam. (Foto: Muhamad Ishlahuddin/Ulasan.co)

Tulisan ini mengisahkan pengalaman seorang pemain sepakbola non profesional. Ia berbagi cerita mengenai hal magis, yang dilakukan dalam ajang pertandingan sepakbola. Narasumber disamarkan atas permintaannya pribadi.

“Inilah dia kesebelasan yang akan bertanding sore ini. Udin FC melawan SMKN 6,” teriak seorang komentator turnamen tarkam (antar Kampung) melalui corong pengeras suara, Ahad (25/9) sore.

Ratusan pasang mata tertuju pada laga sore itu, di lapangan Kampung Tua Bagan. Laga yang berlangsung sore itu sudah masuk putaran ketiga Turnamen Sepakbola Bagan Cup.

Dibalik serunya pertandingan sepakbola tarkam, ada cerita pengalaman narasumber selama menjadi pononton sekaligus salah satu pemain dalam salah satu tim yang dibelanya pada turnamen tarkam tersebut

Bagi negara penggemar sepakbola seperti Indonesia, pertandingan tarkam menjadi salah satu yang menarik untuk dibahas. Salah satunya membahas mitos seputar ilmu sihir atau gaib.

Sihir, ilmu gaib atau jimat bukan barang baru dalam obrolan sepakbola tarkam, khususnya di wilayah pulau yang ada di Kota Batam.

Tarkam juga tak sekadar sepakbola yang bergulir di lapangan rumput atau lapangan berpasir. Tarkam adalah ajang pamer skill dan tentu saja juga sebagai ajang pencarian pasangan.

Untuk menggondol piala, segala usaha akan dilakukan. Setiap tim akan melakukan segala cara mulai dari hal-hal teknis-taktis-strategis sampai menempuh usaha dengan ilmu gaib seperti jimat.

Pawang

Pawang, bukan hanya sebutan bagi orang yang mampu menangkal turunnya hujan. Pawang di ajang tarkam pawang punya tugas yang berbeda, mereka bertugas memberi ilmu gaib (ilmu tidak kasat mata).

Bahkan mereka dipercaya mampu membuat tim mereka tampil lebih baik, dan menahan serangan lawan. Bahkan kemampuan pawang yang dimaksud bisa juga untuk melemahkan stamina lawan.

Menurut cerita sebagian orang, setiap tim sepakbola tarkam yang bermain di turnamen akan membawa pawangnya masing-masing untuk beradu ilmu gaib.

“Kalah menang dalam sepakbola tarkam tak hanya ditentukan oleh penguasaan bola dan kemampuan pemainnya. Tapi seberapa kuat kemampuan sang pawang yang dibawa saat pertandingan oleh masing-masing tim,” ujar Putra, bukan nama sebenarnya, salah seorang pemain tarkam.

Pawang biasa disebut sebagai tetua atau sesepuh yang sudah terkenal di kampung (pulau) asal tim. Kadang kala, pawang juga orang yang dianggap sakti mandra guna yang memang sudah terkenal kemampuannya.

Biasanya, sang pawang akan berada di belakang gawang tim yang membawanya. Tak jarang juga duduk di pinggir lapangan bersama penonton lainnya.

“Siapa pawang dalam sebuah pertandingan dapat kita amati dari gerak-gerik mereka. Tak seperti penonton lain yang fokus pada lapangan. Meraka terlihat sambil merem-melek hingga mulutnya komat-kamit,” kata Putra tertawa ringan menceritakan pengalamannya.

Pelangkah

Terminologi ‘pelangkah’ disini bukanlah istilah adik melangkahi atau mendahului kakaknya untuk menikah dalam tradisi Jawa.

Pelangkah dalam permainan sepakbola tarkam adalah, menentukan kapan waktu yang tepat untuk melangkahkan kaki menuju lapangan pertandingan.

“Misal kita main hari Selasa pukul 3 sore. Nah kata pawangnya bagusnya berangkat di jam 1 siang. Iya kita harus berangkat jam 1 siang itu,” katanya mengulangi kata-kata sang pawang.

Pemain pun percaya, apa yang dikatakan pawang akan memberikan kemenangan bagi tim mereka. Meski terkadang hasilnya tak sesuai kenyataan.

Pelangkah juga menentukan dari sudut mana para pemain akan masuk ke dalam lapangan pertandingan. Mereka percaya penentuan sudut masuk ini ada kaitannya dengan daya gedor tim.

Beberapa pawang bahkan tidak membenarkan tim yang dibelanya, untuk masuk terlebih dahulu sebelum tim lawan yang masuk ke lapangan.

Untuk urusan ini, peluit wasit harus ditiup kencang untuk memaksa kedua tim tersebut masuk kelapangan. Saking bandelnya dengan “kamu duluan”, “engga kamu duluan”.

Tak jarang wasit perlu mengancam akan mendiskualifikasi kedua tim, untuk membuat mereka masuk ke dalam lapangan pertandingan.

Menancapkan lidi di sekitar gawang

Putra tak pernah tahu dari mana asal ilmu tersebut. Namun, hal ini masih kerap dilakukan oleh beberapa penjaga gawang dalam pertandingan sepakbola tarkam.

Menancapkan lidi di area gawang sendiri, dipercaya dapat mencegah kebobolan. Namun, bukan sembarang tancap. Sebelum prosesi penancapan lidi itu dilakukan, ada beberapa mantra atau ritual yang harus dibacakan.

“Kalau mantra yang dibacakan sebelum menancapkan lidi, tak semua orang tahu termasuk saya. Saya pun tak pernah berniat memang untuk mencari tahu. Cuma seringlah kiper saya dulu begitu,” kata dia.

Membalikkan kolor

Seperti juga hal lain di dunia ini yang memiliki pasangan sebagai penyeimbang, ilmu hitam juga. Setiap ilmu hitam yang dilakukan di sepak bola tarkam ada penangkalnya.

Selain doa kepada tuhan dan mantra-mantra tandingan, ada laku-laku tertentu yang dipercaya dapat mematahkan keampuhan mantra-mantra ilmu hitam itu.

Salah satu cara yang sering kali dilakukan dan dipercaya ampuh oleh tim-tim yang bertanding adalah, membalikkan kolor atau mengenakan celana dalam terbalik.

Cara ini kadang lebih dipercaya, ketimbang bermain maksimal dengan strategi dan berharap kepada nasib melalui doa.

Menurut Putra, mengenakan celana dalam adalah pengalaman paling gila yang pernah dia lakukan. Sekali waktu, ia pernah bermain di turnamen sepakbola di pulau daerah Galang.

Saat itu, timnya selalu gagal mencetak gol. Kadang mengenai tiang gawang dan terkadang bola juga melesat tak tentu arah.

“Saya yakin waktu itu pasti mereka pakai pawang ini. Saya dulu dikasih tahu katanya disuruh balekkan celana dalam yang dipakai,” kata Putra tertawa malu mengingat hal itu.

Setelah membalikkan kolor, tak menunggu lama empat gol berhasil mereka sarangkan ke gawang lawan. Tak percaya, tapi nyata. Mungkin saja hanya kebetulan.

 

Mengencingi gawang lawan

Meski tim lawan menancapkan lidi untuk menjaga gawangnya dari kebobolan, ini bukan berarti gawang lawan benar-benar tak dapat dibobol. Dalam tarkam, semua bisa berubah dan semua bisa diakali.

Menancapkan lidi memang terkenal ampuh, namun ada sebuah peribahasa yang berbunyi “setiap penyakit ada obatnya” dan dalam sepakbola tarkam, setiap ilmu ada penangkalnya.

Penangkal ilmu gaib dari lidi yang ditancapkan penjaga gawang di gawangnya adalah air kencing.

“Jadi dulu kalau kita main susah bobolnya, kita suruh anak-anak kencing di gawang orang itu. Biasa mereka tancap di sana jimatnya,” kata dia.

Itulah beberapa hal mistis yang ada dalam turnamen sepakbola tarkam. Sulit memang memahami hal-hal seperti ini. Sebab, mengkhianati rasionalitas berfikir kita. Namun kita sendiri membuktikan bahwa hal itu benar terjadi.

Tentunya hal ini akan merusak nilai-nilai sportivitas dan fair play dalam olahraga. Namun juga tak menolak, jika tanpa ilmu gaib akan sangat tidak menarik dan membosankan untuk ditonton.