Sri Mulyani Sebut Konflik Rusia-Ukraina Sedang Mengancam Ekonomi Global Termasuk Indonesia

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani. (Foto:Instagram/@kemenkeuri)

JAKARTA – Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani sebut konflik Rusia-Ukraina kini sedang mengancam ekonomi global termasuk Indonesia.

Sri Mulyani Indrawati menyatakan, saat ini terdapat tiga hal yang sedang mengancam ekonomi global.

Ketiga hal itu, lanjut dia, inflasi tinggi, suku bunga tinggi dan potensi ekonomi yang melemah.

“Tiga hal ini akan mempengaruhi environment ekonomi seluruh dunia, termasuk Indonesia yaitu inflasi tinggi, suku bunga tinggi, dan potensi ekonomi rendah,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Senin (23/05).

Sri Mulyani menjelaskan, konflik antara Ukraina dan Rusia telah menyebabkan lonjakan harga barang-barang yang sangat penting bagi pemulihan ekonomi.

Saat ini, masyarakat membutuhkan barang-barang seperti energi dan komoditas pangan.

Baca juga: Tingkatkan Hubungan Dagang Indonesia-Venezuela, KBRI Caracas Gelar Kegiatan Temu Bisnis

Beberapa komoditas itu meliputi gas alam yang naik 125,8 persen (ytd), batu bara 166,1 persen (ytd), minyak mentah jenis Brent 45,7 persen (ytd), CPO 20,9 persen (ytd), gandum 55,6 persen (ytd), jagung 31,6 persen (ytd), kedelai 28,1 persen (ytd) dan grain naik 15,5 persen (ytd).

Sri Mulyani menuturkan, kenaikan harga komoditas tersebut pada akhirnya menyebabkan inflasi tinggi di berbagai negara terutama negara yang tidak melakukan shock absorber.

“Ini langsung dirasakan rakyatnya, sehingga masyarakat di negara tersebut menghadapi inflasi tinggi,” ujarnya.

Sebagai contoh, Rusia mengalami inflasi 17,8 persen, Brasil 12,1 persen, Amerika Serikat (AS) 8,3 persen, Inggris 9 persen, Meksiko 7,7 persen, Afrika Selatan 5,9 persen, Korea Selatan 4,8 persen, dan India 7,8 persen.

Inflasi yang tinggi menyebabkan negara-negara ini melakukan pengetatan kebijakan moneter, seperti Rusia sebanyak 975 basis poin (bps) sejak 2021 dengan tingkat suku bunga acuan 17 persen dan Brasil 1.075 bps sejak 2021 dengan suku bunga acuan 12,75 persen.

Baca juga: Neraca Perdagangan Surplus, Kemenkeu: Sinyal Ekonomi RI Kian Kuat

“Di banyak negara interest rate segera meningkat, terutama emerging kenaikannya cukup cepat untuk menjaga inflasinya,” jelas Sri Mulyani.

Sementara untuk Indonesia, ia mengatakan saat ini masih cukup terkendali karena tidak semua kenaikan harga komoditas dunia dirasakan oleh masyarakat.

Inflasi Indonesia pada April 2022 adalah sebesar 3,5 persen (yoy), yang sudah relatif meningkat dibandingkan 24 bulan ke belakang.

“Inflasi masih kita kendalikan, karena tidak semua kenaikan harga dunia dirasakan oleh rakyat. Tentu akibatnya kita harus memberikan subsidi,” kata Sri Mulyani.

Baca juga: Ada Peluang Bisnis di Eropa, BNI Buka Kantor Perwakilan di Amsterdam