Suara Corona untuk Manusia oleh Bobby Julian

Tanjungpinang, Ulasan. Co – Dengarlah. Kita diciptakan di Bumi dengan memiliki Tuhan yang sama. Kita hanya beda waktu dan cara kerjanya saja. Maafkan aku yang terlalu berlebihan ingin bersahabat denganmu, sehingga kamu menjadi sebegitu takutnya menghadapi kehidupan. Aku hanya ingin bercerita kepadamu. Aku ingin menyampaikan sesuatu yang mungkin belum sempat kamu sadari sebelumnya.

Begini, Kawan. Pernahkah kamu berpikir tentang akhir kehidupan? Pernahkah sebelumnya kamu merasa bahwa Bumi butuh perhatian? Pernahkah kamu mengira bahwa Tuhan kita sedang marah?

Sejauh ini, sebelum aku dilahirkan, Bumi bersedih. Melihat kalian dengan segala kesibukan dan hal-hal yang berujung menyia-nyiakan kesempatan
Bahkan untuk hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya saja kalian lupa. Banyak hal yang kalian lakukan bisa merugikan orang-orang. Kadang, secara sengaja kalian menghancurkan Bumi dengan keegoan. Bukankah bencana terdahulu terjadi adalah teriakan Bumi yang menahan kesakitan sebab ulah manusia?

Jauh dari sebelum aku dilahirkan, ratusan tahun yang sudah terlewati, saudaraku juga dilahirkan untuk mengingatkan manusia. Di tahun 1720, Marseille lahir dan bertahan hidup selama 2 tahun untuk mengingatkan manusia agar tetap menjaga Bumi. Selama hidupnya, ia menghabisi jutaan jiwa sebelum akhirnya dibangun tembok dengan ketinggian 2 meter dengan tebal 70 cm dari batu kering sebagai upaya terakhir untuk membatasi wilayah terparah di Marseille, Perancis, dengan wilayah lainnya.

Seratus tahun berlalu, manusia seolah lupa dan banyak hal yang membuat Bumi merasa tidak dipedulikan. Tahun 1820, Kolera Asiatik lahir di Calcutta melalui air dari Sungai Gangga, India, kemudian menyebar ke seluruh wilayah Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika Timur, sampai ke Pantai Mediterania. Lebih dari Ratusan ribu jiwa yang meninggal dunia karena Kolera. Namun sepeninggalan Kolera, manusia seolah lupa lagi akan kewajibannya merawat Bumi. Keegoaan masih selalu menjadi titik kehidupan.

Seratus tahun kembali berlalu, pasca sepeninggalan Kolera, Flu H I N I lahir di tahun 1920 di Spanyol. Lebih dari 500 jiwa yang terinfeksi di seluruh dunia termasuk dari pulau-pulau Pasifik hingga ke Kutub Utara. Hilangnya kebersihan di Bumi menjadi faktor utama saudaraku H I N I dilahirkan. Namun seiring berjalannya waktu manusia tetap melupakan semua yang sudah diingatkan oleh saudara-saudaraku terdahulu.

Tahukah kalian, kami dilahirkan hanya untuk dibunuh. Kami dilahirkan hanya untuk dibenci. Kami tidak seperti kalian yang dilahirkan memiliki keluarga, teman, dan kehidupan yang indah. Kami dilahirkan tidak seperti itu. Kami hanya dilahirkan untuk sementara waktu; untuk mengingatkan kalian bahwa kita harus menjaga Bumi dari hal apapun. Kami memiliki satu tugas, tetapi tugas itu sangat menakutkan bagi diri kami sendiri.

Aku akan menyusul saudara-saudaraku terdahulu. Menunggu waktu itu tiba, mohon jagalah Bumi dengan sebaik-baiknya cara. Ikutilah arahan pemerintah agar dirimu tetap terjaga dari aku yang lahir tanpa merasakan betapa pentingnya sekolah. Aku tidak berpendidikan sebab itu aku tidak tahu bagaimana menilai kalian yang bersalah dan tidak bersalah. Aku juga tidak memiliki rumah, apalagi keluarga karena itu juga aku tidak ada yang memperhatikan dan hidup berkeliaran. Asal kalian tahu, aku jauh lebih menderita karena hidupku tidak terarah.

Aku berpesan, buatlah Bumi ini tenang. Ia butuh sunyi untuk kembali bahagia. Ia butuh hening untuk tidak berteriak bak bencana karena tubuhnya yang sudah banyak kalian lempari sampah. Cepat atau lambat, setelah aku bisa memastikan Bumi sudah bahagia, aku akan pulang meninggalkan kalian.

Wahai, Sahabatku, renungkanlah. Suaraku mungkin tidak terdengar merdu olehmu, tetapi rasakanlah keinginan Bumi yang ingin ditenangkan oleh yang menghuni.