Tanah Longsor di Perbatasan Negeri (Bagian 2/2)

Longsor Serasan
Tim SAR Gabungan saat mencari korban tanah longsor di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. (Foto: Tim SAR)

Demi memulihkan trauma para korban, Polisi Wanita (Polwan) Polres Natuna memberikan trauma healing kepada korban bencana tanah longsor Pulau Serasan, Natuna, Kepri, baik anak-anak maupun orang dewasa.

Kegiatan trauma healing ini mampu memberikan motivasi atau penguatan secara psikologis untuk membangkitkan kembali semangat masyarakat korban bencana.

Saat ini tim trauma healing menemui para korban di tempat-tempat pengungsian, bekerja sama dengan tim trauma healing dari pemerintah daerah dan satgas tanggap darurat untuk melakukan pendekatan dari hati ke hati dengan tujuan membangun semangat yang tinggi atas trauma terjadinya bencana longsor.

Relokasi Korban

BNPB mendukung Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Natuna merelokasi lebih kurang 100 kepala keluarga korban terdampak longsor di Pulau Serasan.

Kebijakan itu dinilai sebagai bentuk upaya mengurangi dampak risiko bencana tanah longsor, BNPB mendukung upaya Pemkab Natuna yang akan merelokasi kurang lebih 100 kepala keluarga yang tinggal di sekitar kawasan terdampak longsor di Pulau Serasan.

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto usai menggelar rapat koordinasi bersama Gubernur Kepulauan Riau H.Ansar Ahmad dan Bupati Natuna, Wan Siswandi di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Serasan yang juga menjadi Posko Tanggap Darurat Penanganan Bencana Tanah Longsor Natuna.

“Akan memindahkan 100 kepala keluarga di tempat yang baru,” kata Suharyanto dalam keterangan resminya, Kamis (09/03).

Lanjut, kata Kepala BNPB, Pemkab Natuna telah menyiapkan lahan yang akan menjadi lokasi relokasi. Tentunya, pihak BNPB akan melakukan koordinasi dengan beberapa kementerian dan lembaga seperti PUPR terkait pembangunannya.

“Tanahnya sudah ada. Kami sedang proses koordinasi nanti dengan Kementerian PUPR,” ujar Suharyanto.

Lebih lanjut, Kepala BNPB juga memastikan bahwa proses pembangunan rumah relokasi warga terdampak tanah longsor Serasan akan dikerjakan sepenuhnya oleh Kementerian PUPR dengan pembiayaan dari BNPB. Program relokasi ini akan dilakukan setelah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

“Biasanya kalau terjadi bencana di tempat lain, untuk relokasi yang membangun rumah ini dilakukan PUPR tentu saja bekerja sama dengan BNPB terkait penganggaran,” kata Suharyanto.

Guna mempercepat proses relokasi tersebut, Kepala BNPB meminta kepada Pemerintah Kabupaten Natuna untuk melakukan pendataan. Sehingga apabila telah memasuki masa rehabilitasi dan rekonstruksi, proses pembangunan dapat segera dimulai.

Mitigasi Becana Longsor

Tanah longsor mengancam masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana. Sebab, bencana bisa terjadi kapan saja, seperti yang terjadi di Pulau Serasan.

Menteri Maritim dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan turut menanggapi bencana tanah longsor di Pulau Serasan.

Menurut dia, bencana itu memang karena faktor cuaca di Indonesia yang beberapa hari belakangan ini cukup buruk. Selain itu,faktor lainnya adalah lingkungan, yang mana masih ada masyarakat yang menebang pohon-pohon secara sembarangan.

“Kita sangat prihatin melihat itu karena cuaca iklim ini memang itu sangat berpengaruh, kita sangat sedih, itu juga kita berpulang kembali pada lingkungan,” kata Luhut dilansir dari Liputan6.com.

Luhut mengingatkan banyak orang tentang pentingnya menjaga lingkungan, menanam pohon, jangan menebang pohon, dan sama-sama bertanggung jawab dengan lingkungan.

“Tidak bisa tanggung jawab pemerintah, kalau kamu potong kayu-kayu di sana, maka itu dia akibatnya. Begitu juga di tempat lain,” katanya.

Untuk menghindari bencana longsor, tentu mitigasi sangat penting, mulai dari mitigasi rekayasa biotik dengan menghindari atau mengurangi penebangan pohon yang tidak terkendali dan tidak terencana. Kemudian melakukan penanaman vegetasi tanaman keras yang ringan dengan perakaran intensif dan didalam kawasan yang curam yang memiliki potensi terjadi tanah longsor.

Selanjutnya, mengembangkan usaha tani ramah longsor lahan seperti penanaman hijauan makanan ternak (HMT) melalui sistem panen pangkas. Mengurangi beban mekanik pohon-pohon yang besar yang berakar dangkal dari kawasan yang curam dan menumpang di atas lapisan impermeabel.

Baca juga: Tanah Longsor di Perbatasan Negeri (Bagian 1/2)

Mitigasi rekayasa fisik dengan membuat serta memperbaiki saluran drainase di bawah permukaan untuk mengurangi kandungan air dalam tanah. Melakukan upaya penutupan pada tanah yang retak, membangun talut, tembok penahan, dan atau tiang pancang yang harus dipancangkan hingga menembus batuan/tanah yang stabil, serta bronjong pada tebing sungai. Serta membuat bangunan penahan material longsor untuk menahan longsor kategori kecil.

Tanam Pohon

Penanaman aneka jenis pohon ini merupakan strategi pengurangan risiko bencana dengan tujuan memitigasi dan mencegah potensi bahaya tanah longsor di kawasan dengan kemiringan lereng.

Akar pohon dapat mengurangi longsor melalui dua mekanisme yaitu mencengkeram tanah di lapisan permukaan dan menopang tegaknya batang sehingga menghambat terjadinya longsor.

Pepohonan, rerumputan, serta vegetasi dapat meminimalkan jumlah air yang meresap ke dalam tanah. Selain itu, dengan adanya tanaman sanggup memperlambat erosi yang diakibatkan oleh aliran air permukaan. Air tanah pun diserap oleh akar tumbuhan sehingga dapat menghilangkan air dari permukaan tanah.

Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Hadi Susilo Arifin dikutip dari tataruang.id, menanam berbagai jenis tanaman vetiver seperti akar wangi pada kawasan lereng dapat menghindari serta mengurangi risiko terjadinya longsor.

Tanaman vetiver mempunyai akar yang dapat tumbuh panjang sampai dua meter ke dalam tanah yang sangat baik untuk menopang tanah supaya konturnya tidak mengalami perubahan serta mengakibatkan longsor. (*)

Ikuti Berita Lainnya di Google News