Tanjungpinang Tetap Gunakan GeNose Meski Dinilai Tak Efektif

Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang dr Nugraheni. (Foto: Muhammad Chairuddin)

Tanjungpinang – Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang memastikan masih tetap menggunakan GeNose, alat yang dibuat khusus oleh para ahli dari Universitas Gajah Mada (UGM) untuk mendeteksi infeksi virus Corona melalui embusan napas di Kota Tanjungpinang.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang Nugraheni menjelaskan, bahwa hingga saat ini Pemko Tanjungpinang masih menerapkan pemakaian GeNose C-19. Hal itu sesuai dengan arahan pemerintah pusat.

“Ya kita tetap sesuai arahan pemerintah pusat,” jelasnya, di Pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Sabtu (26/06).

Nugraheni juga mengaku bahwa belum bisa menilai efektivitas penggunaan GeNose. Menurutnya, yang berhak menilai ialah Pemerintah Pusat.

Meskipun demikian, lanjut Nugraheni, hingga saat ini belum ada masyarakat yang terkonfirmasi positif dari hasil GeNose. Padahal, angka kejadian terus bertambah.
Selain itu, masih ada masyarakat yang mendapatkan hasil negatif pada tes GeNose, namun ternyata positif pada tes Antigen atau PCR.

“Ya selama ini memang ada di GeNose dia negatif, namun ketika di Swab dia positif,” imbuhnya.

Baca juga: Kasus Meningkat, Kadinkes Bintan: COVID-19 Itu Nyata dan Berbahaya

Sementara itu, dikutip dari Detik.com, pakar epidemiologi Universitas Griffith Dicky Budiman menyarankan tes GeNose dicabut dari syarat perjalanan. Ia menilai, tes GeNose untuk syarat perjalanan sangat berbahaya jika tetap diterapkan saat kasus Corona di Indonesia sedang tinggi-tingginya.

Terlebih, saat kondisi pandemi saat ini semakin mencekam dengan keberadaan berbagai varian baru, salah satunya varian Delta (B1617.2).

“Saya tidak merekomendasikan (tes GeNose) untuk dipakai, apalagi dalam situasi seperti ini yang sangat serius, dengan adanya Delta variant yang sangat menular dan sangat efektif menular lewat udara,” jelas Dicky.

Dicky menegaskan, sebenarnya sudah tidak merekomendasikan tes GeNose untuk skrining sejak awal. Sebab, banyak kasus yang menunjukkan kalau alat tersebut tidak efektif untuk melakukan skrining terhadap virus Corona.

“Sebelumnya saja saya tidak merekomendasikan, apalagi sekarang sangat berbahaya sekali,” kata Dicky.

“Ya saat ini saja sudah membuktikan kalau itu tidak efektif. Banyak juga di media sosial yang mengatakan dari GeNose-nya negatif, padahal positif. Jadi berbahaya sekali,” lanjutnya, kemarin.

Dicky pun mengingatkan respons terhadap pandemi COVID-19 di Indonesia masih kurang maksimal. Jika tes tersebut masih diberlakukan, kemungkinan orang yang terpapar virus akan bertambah banyak.

“Jadi sekali lagi program itu tidak memiliki dasar scientific yang kuat untuk dijadikan program nasional, untuk skrining lagi, di situasi saat ini lagi,” ujar Dicky.

Pewarta: Muhammad Chairuddin
Redaktur: Albet