JAKARTA – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ikut meramaikan viralnya tarian Pacu Jalur yang tengah mendunia. Dalam video yang diunggah melalui akun Instagram-nya, @gibran_rakabuming, Gibran menampilkan aksinya menari mengikuti gerakan khas anak Pacu Jalur di atas sampan.
Video berdurasi singkat itu diiringi musik latar “DJ Tari Pacu Jalur Lagi Viral” karya Izky RR. Tampak seorang anak menari penuh semangat di ujung perahu yang melaju di atas Sungai Kuantan. Tak lama, Gibran pun muncul, menari dengan gerakan serupa — tangan berputar ke depan dan ke samping — sambil mengenakan kemeja abu-abu berlatar perbukitan hijau dan pegunungan.
“Siapa sangka, dari tepian Kuantan Singingi, semangat Pacu Jalur bisa mengalir hingga ke jagat digital dunia,” tulis Gibran dalam keterangan unggahan, Senin (7/7/2025).
Gibran menyebut fenomena viral Pacu Jalur sebagai bentuk kekuatan diplomasi budaya di era digital. Ia menyebut konten-konten lokal kini punya daya jangkau global, menjadi jembatan yang memperkenalkan kearifan budaya Indonesia ke panggung dunia.
“Pacu Jalur bukan hanya tradisi. Ia adalah narasi, warisan, dan identitas Indonesia yang menginspirasi dunia,” kata Gibran.
Tren ini juga dikaitkan dengan istilah “aura farming” — sebuah istilah populer di media sosial yang merujuk pada kemampuan seseorang menciptakan momen ikonik dan memikat, seolah-olah menjadi tokoh utama. Fenomena ini mulai ramai sejak 2024 dan kini berkembang ke berbagai konten bernuansa budaya lokal.
Tak hanya viral di Indonesia, tarian anak di ujung sampan Pacu Jalur juga menarik perhatian akun-akun internasional seperti milik klub sepak bola AC Milan dan Paris Saint-Germain (PSG), yang ikut membagikan konten serupa.
Pacu Jalur sendiri adalah tradisi balap perahu panjang dari Kabupaten Kuantan Singingi, Riau. Tradisi ini telah hidup sejak abad ke-17 dan dulu digunakan sebagai sarana transportasi di Sungai Kuantan. Dalam perlombaan, anak-anak penari di bagian depan perahu — yang disebut Tukang Tari atau Anak Coki — menari dengan gerakan energik untuk menyemangati tim dan memeriahkan suasana.
Fenomena ini membuktikan bahwa warisan budaya lokal bisa menjadi kekuatan global di era konten digital.***


















