BATAM – Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang menerapkan tarif impor sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia memicu kepanikan di kalangan pelaku ekspor, khususnya di Batam. Negeri Paman Sam yang selama ini menjadi pasar utama ekspor kini tampak seperti medan yang penuh ranjau.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Batam, Rafki Rasyid, menyebut kebijakan ini membuat banyak eksportir kebingungan.
“Pemerintah masih memetakan dampaknya. Hampir semua produk ekspor kita bisa terdampak. Ini tarif resiprokal, karena Indonesia juga mengenakan bea masuk untuk produk AS,” ujar Rafki, Sabtu 5 April 2025.
Meskipun tarif Indonesia terhadap barang AS tergolong rendah dibanding Vietnam dan Thailand, angka 32 persen tetap menjadi hantaman telak di tengah bayang-bayang resesi global. Rupiah terdepresiasi 2,81 persen, sementara pasar saham nasional turun 8,04 persen sejak awal tahun.
Rafki memperingatkan bahwa sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, dan furnitur berpotensi paling terdampak. “Margin keuntungannya tipis. Kalau tidak segera ada solusi, potensi PHK massal tak terhindarkan,” tegasnya.
Ia mendorong pemerintah agar segera membuka ruang negosiasi dengan AS. “Harus ada pertukaran yang adil—tarif untuk produk AS dikurangi, asal ekspor kita juga dibebaskan bea masuk. Itu jalan agar industri bisa terus bergerak,” tambahnya.
Di tengah ketidakpastian, pelaku usaha mulai mengalihkan fokus. Pasar Afrika mulai dilirik sebagai alternatif, dan dorongan untuk memperkuat konsumsi dalam negeri pun menguat.
“Memperkuat pasar lokal bisa jadi tameng agar ekonomi tetap tumbuh tanpa tergantung pada negara tertentu,” ujar Rafki.
Baca juga: Indonesia Terdaftar Sebagai Negara Penghambat Ekspor AS
Pelaku usaha kini menanti langkah cepat dan nyata dari pemerintah untuk meredam efek domino tarif tersebut.
Meski diterpa kecemasan, kinerja ekspor Batam awal tahun ini sebenarnya menunjukkan tren positif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Batam, nilai ekspor Januari 2025 mencapai US$ 1,77 miliar, naik 32,34 persen dari Desember 2024. Lonjakan ini didorong sektor nonmigas yang melonjak 34,74 persen.
Kontribusi terbesar berasal dari ekspor Mesin/Peralatan Listrik (HS 85) senilai US$ 627,71 juta atau 36,87 persen dari total ekspor nonmigas. Disusul oleh ekspor Kapal Laut (US$ 491,74 juta), Benda dari Besi dan Baja (US$ 147,44 juta), serta Mesin-mesin Mekanik (US$ 86,87 juta).
Mengejutkannya, Arab Saudi muncul sebagai pasar ekspor terbesar Batam pada Januari 2025, dengan nilai fantastis US$ 498,18 juta melonjak hampir 51 ribu persen dibanding Januari tahun sebelumnya. Amerika Serikat berada di posisi kedua (US$ 308,90 juta), diikuti Singapura, Tiongkok, Jepang, dan Australia. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News