Tiga Dekade Sunaryo di Balik Nozel SPBU: Anak Jadi Sarjana Hingga Tentara

Sunaryo saat bertugas sebagai operator di SPBU. (Foto: Pertamina Patra Niaga).

MEDAN – Selama tiga dekade, senyum ramah itu tak pernah luntur dari wajah Sunaryo, seorang operator Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina di Medan.

Di tengah deru mesin kendaraan dan aroma khas bahan bakar, ia berdiri sebagai garda terdepan Pertamina. Mendedikasikan hidupnya untuk memastikan energi sampai kepada masyarakat.

Sunaryo adalah potret ketekunan yang jarang tersorot. Perjalanannya dimulai dari SPBU di Jalan Brigjen Katamso, berlanjut ke Jalan Perintis Kemerdekaan, hingga kini ia setia melayani konsumen di SPBU Jalan Sudirman, Medan.

“Saya bekerja sebagai operator SPBU sudah 30 tahun. Namanya kerja, kalau kita tekuni pasti bisa. Mau malam, mau siang, kita siap tempur, yang penting hati pelanggan senang,” ujar Sunaryo.

Bagi Sunaryo, tugasnya lebih dari sekadar menarik tuas nozel dan mengisi tangki. Ia adalah penjaga keselamatan dan duta keramahan. Dengan disiplin tinggi, ia menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan filosofi 3S (Senyum, Sapa, Salam).

Ia tak segan mengingatkan pelanggan untuk mematikan mesin atau menjauhkan ponsel saat pengisian BBM demi keselamatan bersama.

“SOP kita lakukan, menunjukkan pengisian mulai dari nol, yang penting hati pelanggan senang dan jangan sampai kecewa. Kalau kita lihat konsumen masih menelepon, ya kita ingatkan dengan baik, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan,” jelasnya.

Rutinitasnya terbagi dalam dua shift: pagi pukul 06.00—14.00 WIB dan siang pukul 14.00—22.00 WIB. Meski harus pulang larut malam saat mendapat giliran siang, ia tak pernah mengeluh. Baginya, semua adalah bagian dari tanggung jawab yang harus dijalani dengan ikhlas.

“Kalau masuk pagi, Insyaallah banyak sukanya. Dukanya paling kalau shift siang, pulang tengah malam, badan terasa lelah. Tapi semua itu bagian dari tanggung jawab,” tuturnya.

Namun, di balik seragam merah Pertamina dan dedikasinya yang tanpa jeda, ada sebuah motivasi besar yang menjadi bahan bakarnya setiap hari: keluarga. Dari tetes keringatnya selama 30 tahun, Sunaryo berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga meraih cita-cita mereka.

Anak pertamanya kini seorang sarjana pendidikan Islam, yang kedua menjadi sarjana komputer, dan si bungsu gagah mengabdi sebagai prajurit TNI Angkatan Darat.

“Motivasi saya bekerja agar anak-anak bisa sekolah, supaya mereka jadi orang yang sukses. Kita bekerja sambil berdoa, kalau kita lakukan sebaik-baiknya, Insya Allah hasilnya akan baik,” ucap Sunaryo.

“Anak-anak sekarang sudah jadi orang, itu kebahagiaan terbesar saya.”

Kisah Sunaryo adalah cerminan dari ribuan pahlawan energi lainnya yang bekerja dalam sunyi. Ia membuktikan bahwa di balik setiap liter bahan bakar yang mengalir ke jutaan kendaraan, ada jejak kerja keras, integritas, dan doa seorang ayah yang tulus untuk masa depan keluarganya. Sebuah dedikasi yang tak ternilai harganya.