Trump Gagal Raih Nobel Perdamaian 2025, Gedung Putih Sindir Panitia

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat berada di Gedung Putih. (Foto: AP/Alex Brandon)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saat berada di Gedung Putih. (Foto: AP/Alex Brandon)

JAKARTA – Kekecewaan besar melanda Gedung Putih setelah Komite Nobel Norwegia memutuskan untuk tidak memberikan Nobel Perdamaian 2025 kepada Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Dalam pernyataan resminya, juru bicara Gedung Putih Steven Cheung menuding panitia Nobel lebih mengutamakan kepentingan politik dibandingkan semangat perdamaian dunia.

“Presiden Trump akan terus membuat kesepakatan damai, mengakhiri perang, dan menyelamatkan nyawa,” tulis Cheung melalui platform media sosial X.

Baca Juga: Gedung Putih Mulai PHK Massal, Ribuan Pegawai Federal Dipecat

“Dia memiliki hati kemanusiaan, dan tidak akan pernah ada orang seperti dirinya yang mampu menggerakkan gunung dengan kekuatan tekadnya,” lanjutnya, sebagaimana dilansir Euronews, Jumat (10/10/2025).

Trump selama ini memang dikenal sangat menginginkan penghargaan bergengsi Nobel Perdamaian. Ia kerap menegaskan perannya dalam berbagai kesepakatan gencatan senjata internasional. Namun hingga kini, Trump belum memberikan komentar resmi terkait kekalahannya tahun ini.

Nobel Perdamaian 2025

Sementara itu, Komite Nobel Norwegia mengumumkan bahwa penghargaan Nobel Perdamaian 2025 diberikan kepada pemimpin oposisi Venezuela, Maria Corina Machado.

“Sebagai pemimpin gerakan demokrasi di Venezuela, Maria Corina Machado adalah salah satu contoh keberanian sipil paling luar biasa di Amerika Latin dalam beberapa tahun terakhir,” tulis Komite Nobel dalam pernyataannya.

Machado dinilai berperan besar dalam memperjuangkan hak-hak demokratis rakyat Venezuela. Ia juga terus berupaya mendorong transisi damai dan adil dari rezim otoriter menuju pemerintahan demokratis.

Baca Juga: Ribuan Penerbangan Lumpuh Akibat Shutdown Pemerintah AS yang Berlarut-larut

Pemerintahan Presiden Nicolas Maduro diketahui sering menargetkan lawan politik, terutama menjelang pemilihan presiden tahun lalu. Machado bahkan sempat dijadwalkan maju sebagai penantang Maduro, namun dinyatakan tidak memenuhi syarat oleh pemerintah.

Posisinya akhirnya digantikan oleh Edmundo Gonzalez, tokoh yang belum pernah mencalonkan diri sebelumnya. Namun menjelang pemilihan, gelombang penindasan terhadap oposisi meningkat tajam, mulai dari diskualifikasi, penangkapan, hingga pelanggaran hak asasi manusia.

Setelah Dewan Pemilihan Nasional yang dikuasai loyalis Maduro menyatakan kemenangan petahana, protes besar-besaran pun pecah di seluruh Venezuela. Aparat keamanan menindak keras massa, hingga lebih dari 20 orang dilaporkan tewas.

Akibat situasi itu, hubungan diplomatik Venezuela dengan sejumlah negara, termasuk Argentina, sempat terputus.

Dukungan Dunia dan Situasi Politik Venezuela

Pada September 2024, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi tak mengikat yang menyatakan Edmundo Gonzalez sebagai pemenang sah pemilihan presiden Venezuela, bukan Maduro.

“Kami berada dalam situasi penganiayaan maksimal. Hampir semua tokoh yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu kini bersembunyi, diasingkan, mencari suaka, atau ditahan,” ujar Machado dalam wawancara eksklusif dengan Euronews.

Machado sendiri telah bersembunyi sejak Januari lalu dan belum tampil di hadapan publik. Sementara itu, pengadilan Venezuela mengeluarkan surat penangkapan terhadap Gonzalez, yang kini menetap di Spanyol dan telah mendapatkan status suaka politik.

Spekulasi dan Kontroversi Sebelum Pengumuman Nobel

Sebelum pengumuman resmi, beredar spekulasi kuat bahwa Donald Trump berpeluang memenangkan Nobel Perdamaian. Hal ini dipicu oleh inisiatif gencatan senjata di Gaza yang disepakatinya pada awal pekan ini.

Namun para pakar menilai, Komite Nobel selalu mempertimbangkan stabilitas perdamaian jangka panjang, upaya mempererat hubungan internasional, serta kontribusi lembaga yang bekerja diam-diam untuk tujuan kemanusiaan.

Tahun lalu, Nobel Perdamaian 2024 diberikan kepada Nihon Hidankyo, sebuah gerakan akar rumput penyintas bom atom Jepang yang telah lama memperjuangkan pelarangan senjata nuklir di dunia.

Upacara penyerahan penghargaan tahun ini dijadwalkan berlangsung pada 10 Desember 2025, bertepatan dengan hari wafatnya Alfred Nobel, penemu dinamit sekaligus pendiri penghargaan bergengsi tersebut.*

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News