TS Arif Fadillah: Tugas Saya Menerjemahkan, Meramu, dan Berinovasi

Tengku Said Arif Fadillah. (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Tengku Said Arif Fadillah. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Tengku Said Arif Fadillah adalah satu dari sedikit ASN Kepri yang pernah menggapai level tertinggi dalam struktur jabatan, eselon, maupun golongan di kepegawaian. Pernah menjabat Sekda Provinsi, pernah pula jadi Plh Gubernur Kepri. Satyalencana Karya Satya XXX atau pengabdian 30 tahun, mempertebal jatidirinya sebagai birokrat sejati.

DEDEN ROSANDA, Tanjungpinang

Arif masih mengenakan seragam Pramuka lengkap dengan seluruh emblem dan tanda kehormatan, Kamis (13/10) menjelang siang. Ia baru saja menghadiri acara Kwarda Pramuka di Hotel Pelangi Tanjungpinang. Selepas itu, waktunya agak longgar. “Kita ngobrol di kantor saja,” ujarnya.

Arif berkantor di Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri di kawasan perkantoran pemerintah di Dompak, Tanjungpinang. Ia kepala di instansi tersebut. Sebuah ruangan cukup besar dengan sofa tamu, meja kerja, serta meja rapat mini, jadi tempat Arif menjalankan aktivitasnya sehari-hari.

Warna putih mendominasi dinding ruangan kerja berlapis kayu itu. Sementara, sofa dan kursi kerja, semua hitam. Di salah satu dinding, tampak foto Arif mengenakan seragam Pramuka. Ukurannya cukup besar. Ia tampak bangga jadi bagian dari Gerakan Pramuka.

“Dari kecil saya memang suka ikut kegiatan Pramuka, dan sampai sekarang masih,” kata Ketua Kwarda Pramuka Kepri penerima Lencana Melati dari Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono ini sambil tersenyum.

Arif suka berorganisasi sedari remaja. Kepribadian dan sikapnya membuat Arif sering ditunjuk sebagai ketua. Selain kesibukan di birokrat dan aktif di Gerakan Pramuka, ia juga tercatat sebagai penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kepri, pembina kepengurusan masjid, dewan dakwah, serta Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran tingkat kabupaten/kota maupun provinsi.

Citra sebagai birokrat yang aktif di kegiatan keagamaan melekat pada diri Arif. Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Karimun Wahyu Amirullah menilai lelaki 56 tahun ini sebagai sosok yang konsisten dalam urusan agama.

“Yang pasti paling rajin ke masjid. Terus Pak Arif ini penggagas insentif untuk guru-guru TPQ (taman pendidikan Al’Quran) di Karimun. Beliau mau TPQ-TPQ itu aktif,” kata Wahyu yang sudah lebih 20 tahun mengenal Arif, Minggu (16/10).

Wahyu menuturkan, Arif sosok yang suka merangkul masyarakat. Ia sering mengumpulkan tokoh-tokoh atau sesepuh keagamaan untuk diajak berdialog membicarakan persoalan umat. “Kalau ada masalah, cepat diselesaikan,” ujarnya.

Karier dan Keluarga

Arif Fadillah lahir di Sungai Lakam, Tanjungbalai Karimun, 16 Februari 1966, di sebuah rumah kontrakan persis di belakang masjid. Bapaknya, Tengku Said Ali Usman (almarhum), bekerja di Kanwil Bea Cukai Karimun. Arif menapik sebagai anak pegawai Bea Cukai kehidupannya serba berkecukupan.

“Bapak saya itu pegawai biasa. Kami sembilan bersaudara. Ibu saya ibu rumah tangga. Jadi kalau dibilang berkecukupan, ya tidak juga,” ungkapnya.

Arif memulai pendidikan formal di SDN 1 Seipankning dan melanjutkan ke SMPN 1 Karimun. Kelas 2 SMA, ia harus pindah ke luar kota untuk menemani kakaknya kuliah di Pekanbaru, Riau. Setamat dari SMA Pembanguan Persiapan 49 Pekanbaru, ia melanjutkan kuliah strata satu ke Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Negeri Riau (Unri).

Belum sampai satu semester, hasil tes Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) yang Arif ikuti keluar. Ia dinyatakan lulus. “Waktu itu Bapak sempat bilang, kalau kamu masuk APDN, uang kuliahmu bisa disimpan. Nanti kamu juga bisa bantu keluarga dan adik-adikmu,” kata Arif mengenang nasihat bapaknya.

Karier Arif di birokrat dimulai tahun 1990. Setamat dari APDN, Pekanbaru, ia ditempatkan sebagai Pjs Kepala Urusan Administrasi sekaligus Pemerintahan di kampung halamannya, Kecamatan Kundur, Tanjungbalai Karimun.

Kepulangan Arief ke Kundur rupanya bukan cuma jadi awal karier, tapi juga rumah tangga. Di sebuah acara peringatan HUT RI, ia bertemu dengan gadis idamanya: Risma Rani. Risma bidan di Puskesmas Tanjungbatu, Karimun. Kata Arif, ia memang ingin punya pasangan orang kesehatan.

“Saya memang suka sama hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan. Jadi ceritanya kami itu sama-sama di kepanitian HUT-RI. Dari situlah saling kenal, terus dekat,” ujarnya dengan wajah agak semringah.

Dua tahun saling kenal, Arif akhirnya menikahi putri pasangan (alm) Muri-Fatimah itu. Usianya 25, sang istri 23. Tahun 1993, Arif terpaksa meninggalkan sang istri untuk melanjutkan kuliah strata satu di Universitas Sumatera Utara (USU). “Dulu masih tinggal sama mertua. Jadi saya titipkan istri di rumah mertua,” ujarnya.

Pasangan Arif-Risma dikarunai lima anak. Si sulung dan anak nomor dua sudah bekerja, sisanya masih sekolah. Anak nomor dua bekerja sebagai pilot di Maskapai Batik Air. Sementara anak pertamanya, Said Faisal Nugraha, yang tamatan IPDN, sedang merintis karier sebagai birokrat. Ia lurah di Harjosari, Tebing, Karimun.

“Sebenarnya saya mau dia seperti saya. Merancang dan mengatur strategi pembangunan,” kata mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Karimun ini.

Menurut Arif, ada kepuasan tersendiri selama ia menjalankan tugas sebagai Kepala Bappeda. Meskipun kerja tim, kata Arif, menjadi orang yang berada di balik sebuah rancangan pembangunan, memberikan kebanggan tak ternilai.

“Senang rasanya melihat hasil kerja nyata kita bersama tim. Orang tidak tahu tidak apa-apa, kita tetap senang,” katanya.

Antara Sani-Nurdin-Ansar

Arif menghabiskan sebagian besar kariernya di Kabupaten Karimun. Mulai dari pegawai di kantor camat, Kasubbag dan Kabag di sejumlah dinas, kepala Bappeda, hingga Sekda. Ia menduduki sejumlah posisi strategis di era kepemimpinan Muhammad Sani sebagai bupati.

Menurut Arif, saat almarhum M Sani terpilih menjadi Wakil Gubernur Kepri tahun 2005, ia sempat akan dibawa ke Pemprov Kepri. “Beliau sempat bingung. Kalau dibawa ke provinsi, siapa yang jaga program-program keagamaan, seperti masjid dan TPQ di Karimun. Akhirnya saya disuruh urus Karimun,” Arif mengenang ucapan Sani.

Tahun 2005, tongkat kepemimpinan di Karimun beralih ke Nurdin Basirun yang sebelumnya wakil bupati. Di bawah Nurdin, karier Arif melesat. Dari Kepala Dinas Kependudukan, ia diangkat menjadi Kepala Dinas Pendapatan Daerah 2006. Lima tahun kemudian, ia digeser menjadi Kepala Bappeda Karimun.

Tahun 2015, Nurdin meninggalkan Karimun untuk maju berpasangan dengan seniornya M Sani dalam kontestasi Pilkada Kepri. Mereka meraih suara terbanyak dan dinyatakan menang. M Sani gubernur, Nurdin wakilnya. Beberapa bulan paska dilantik, M Sani meninggal dunia karena sakit. Nurdin akhirnya resmi jadi gubernur definitif pada 25 Mei 2016.

Selain kapasitas, dinamika politik ini juga akhirnya membawa Arif ke jalur provinsi. Nurdin yang butuh orang kepercayaan untuk menjalankan visi-misinya dalam membangun Kepri, mendampuk Arif, anak buahnya di Karimun, sebagai Sekda Provinsi.

“Setiap diberi amanah, saya coba menerjemahkan dan meramu maunya pimpinan dengan tambahan inovasi. Itu saya lakukan di zaman Pak Sani, Pak Nurdin, maupun di bawah Pak Ansar,” ujar peraih gelar Doktor Ilmu Pemerintahan Unpad, Bandung ini.

Soal turun pangkat jadi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan di era Ansar, Arif mengambil hikmahnya. Menurut Arif, saat menjabat Sekda, ponselnya sering berdering karena ada panggilan dari Direktur Jenderal di Kementerian Dalam Negeri. Namun dengan jabatan Kepala DKP saat ini, ia justru banyak mendapat pesan WhatsApp dan telepon dari nelayan dan pemilik kapal ikan.

“Sekarang saya jadi bisa turun ke bawah. Lebih banyak waktu bertemu masyarakat, terutama nelayan,” ungkapnya.

Untuk saat ini, kata Arif, ia masih fokus dan memelihara komitmen memajukan sektor perikanan dan kelautan Kepri, sesuai tugas yang diamahkan gubernur kepadanya. Luas lautan Kepri yang mencapai 96 persen serta letak strategis karena berbatasan dengan negara tetangga, adalah anugerah yang harus dimaksimalkan.

Arif menegaskan, laut harus bisa mensejahterakan masyarakat. Dari itu, pihaknya terus mendorong dengan melakukan pembinaan, memfasilitasi, dan membantu berbagai kebutuhan nelayan. “Masih banyak yang perlu dikerjakan dan saat ini masih terus diupayakan,” kata Arif. ***