Uang Keton Jadi Alat Tukar saat Festival Kuliner Nusantara di Gedung Gonggong Tanjungpinang

Uang Keton Jadi Alat Tukar saat Festival Kuliner Nusantara di Gedung Gonggong Tanjungpinang
Bentuk uang keton sebagai alat transaksi pada Festival Kuliner Nusantara, Tanjungpinang, Kepri (Foto : Ardiansyah Putra)

TANJUNGPINANG – Festival Kuliner Nusantara menerapkan uang keton sebagai alat transaksi selama kegiatan berlangsung di gedung Gonggong, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Sabtu (26/06).

Para pengunjung yang hendak berbelanja di setiap stand harus menggunakan uang keton.

Uang keton bisa diperoleh pengunjung dengan menukarkan uang mereka di pintu masuk Festival Kuliner Nusantara yang diadakan di pelantaran gedung Gonggong.

Uang keton tersebut, terbuat dari kepingan kayu tipis berbentuk bulat yang diberi warna coklat. Uang keton yang disediakan dalam pecahan 5 Keton seharga Rp5 ribu, 10 keton seharga Rp10 ribu, dan 20 keton seharga Rp20 ribu.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Tanjungpinang Meitya Yulianti mengatakan, penggunaan uang keton merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya yang sempat digunakan sebagai alat tukar orang Melayu di Kepri pada zaman dahulu.

“Uang keton ini pernah kita gunakan pada zaman dahulu,” Kata Meitya usai pembukaan bazar Kuliner Nusantara di Tanjungpinang.

Selain digunakan dalam kegiatan Festival Kuliner Nusantara, uang keton juga sempat digunakan di pasar warisan Pulau Penyengat yang digagas Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjungpinang.

Meitya menjelaskan, tujuan digunakannya uang keton ini adalah sebagai upaya pelestarian, sehingga masyarakat tidak lupa bahwa uang keton pernah digunakan sebagai alat tukar.

“Jadi semua transaksi di festival ini menggunakan uang keton,” jelasnya.

Baca juga: Otak-otak Sei Enam Kijang Surganya Wisata Kuliner

Ia menyampaikan, terdapat 20 peserta yang ikut dalam festival kuliner nusantara di pelataran gedung Gonggong.

Selain mengangkat kuliner khas melayu, ada juga beberapa makanan khas dari daerah lain, seperti Jawa Barat, Makasar, Padang, serta masakan khas etnis Tionghoa. (*)