Ucok, Kapolres Tanjungpinang Rasa Wali Kota

 

Tanjungpinang, ulasan.co – Nama Ucok Lasdin Silalahi bukan hanya harum seketika. Ucapan, sikap dan tindakan selama memimpin kepolisian di sejumlah daerah, membuat dirinya dikenal, kemudian dikenang setelah meninggalkan daerah tersebut.

Banyak kalangan merasa kehilangan dirinya, sosok tegas, berwibawa, cerdas dan merakyat. Perubahan persepsi negatif tentang polisi membuat pria separuh baya ini lebih dekat dengan masyarakat.

Di Lingga, semasa menjabat sebagai kapolres, Ucok juga meninggalkan kenang-kenangan yang luar biasa. Sikap santun kepada yang muda, dan hormat kepada yang lebih tua, membuat Ucok dikenal sebagai sosok yang lembut.

Ia juga menghormati budaya lokal, dan mendorong daerah tersebut agar maju.
Di Lingga, banyak hal yang dilakukan Ucok, meski sederhana, tetapi membekas di benak warga Lingga.

Ia diingat masyarakat dan Pemerintah Lingga meski sejak 29 Maret 2018 dimutasi menjabat sebagai Kapolres Tanjungpinang.

“Sangat baik, tegas, dan peduli terhadap permasalahan sosial,” kata Ramli, salah seorang nelayan asal Lingga kepada ulasan.co di Tanjungpinang, Senin.

Ratih, salah seorang ASN di Lingga pun merasa kehilangan Ucok. Ucok begitu dekat dengan ibu-ibu, dan masyarakat kurang mampu.

“Beliau kapolres gaul, yang cerdas, beradat dan baik,” ucapnya, yang juga mantan aktivis ketika kuliah di Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Pujian demi pujian ketika mengabdi di Lingga, tidak membuatnya larut. Ia justru semakin membuka diri kepada warga, mengenal karakter masyarakat lokal tanpa mengenal kasta.

Jadi tidak mengherankan, di Tanjungpinang pun itu dilakukannya. Hal-hal baik di ibu kota Kepulauan Riau kembali menuai pujian dari berbagai elemen masyarakat.

Kepedulian Ucok terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat, dinomorsatukan. Ia langsung turun tangan membantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi warga.

“Baru kali ini saya dapat nomor ponsel kapolres. Sudah pernah saya coba, memang benar, beliau langsung merespons permasalahan yang saya laporkan,” kata Irma, salah seorang mahasiswa di Tanjungpinang.

Ketika baru menjabat sebagai Kapolres Tanjungpinang, Ucok yang gemar mengenakan baju kaos di saat tidak sedang dinas itu, mendorong masyarakat untuk menjaga kebersihan. Ucok memulai itu dari dirinya sendiri kemudian ditularkan kepada anggotanya.

Pembersihan lingkungan rumah, lingkungan Polres Tanjungpinang, Tugu Proklamasi, dan perairan di Tepi Laut hingga di sekitar pemukiman pelantar.

“Di perumahan kami biasanya buang sampah di laut, tetapi sejak gotong royong dengan kapolres, kami buang sampah di tong sampah. Malu sama anak-anak kalau buang sampah di laut,” tutur Ati, warga Pelantar Sulawesi Tanjungpinang.

Ucok mungkin menyadari, menggelorakan polisi milik rakyat tidak mudah, menjadikan polisi sebagai pengayom rakyat penuh tantangan, dan menjadikan polisi milik rakyat perlu terus diperjuangkan.

Namun itu ditanamkan kepada seluruh anggotanya, paling tidak kehadiran polisi bermanfaat bagi masyarakat. Kesuksesan polisi bukan menangkap banyak penjahat, melainkan menurunkan aksi kejahatan melalui berbagai upaya pencegahan.

Harapan itu bisa terwujud dalam waktu yang tidak cepat, namun pasti bisa. Polisi harus menyentuh ke seluruh aspek strategis, bahkan turut bertanggung jawab terhadap masa depan anak bangsa.

“Saya pernah dinasehati Pak Ucok supaya tidak nakal lagi, jauhi pergaulan bebas. Pak Ucok ucapkan itu, karena beliau juga punya anak, yang harus dipastikan berada di lingkungan yang baik. Beliau ingin kami berhasil,” kata Adi, salah seorang pelajar SMA di Tanjungpinang.

Ucok tidak hanya dekat dengan pemerintahan, melainkan juga dengan organisasi masyarakat. Ia mengambil peran yang selama ini mungkin tidak dijamah oleh pemimpin sebelumnya.

Ucok menguatkan komunikasi dengan sejumlah organisasi masyarakat yang aktif. Melalui sikap itu, polisi bersinergi dengan organisasi masyarakat, dan diharapkan mampu menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat.

“Organisasi kami mendapat perhatian dari Pak Ucok. Beliau menyemangati kami untuk terus memberi pendidikan kepada anak-anak kurang mampu,” kata Ketua Pengajar Muda Komunitas Bakti Bangsa Kepri, Dhika.

Peran Babinsa dimaksimalkan sejak Polres Tanjungpinang dipimpinnya. Kedekatan masyarakat dengan polisi merupakan benteng kuat untuk mencegah aksi kejahatan di sekitar perumahan.

Di lain hal, ketika hujan deras, Ucok bersama anggotanya tidak segan-segan turun ke lapangan untuk menguras air yang tergenang di jalan sehingga menyebabkan kerusakan pada kendaraan.

Sikap cepat tanggap itu dilakukannya sebelum Pemkot Tanjungpinang beraksi.

Ucok juga mengerahkan anggotanya menebang pohon di tepi jalan yang lapuk. Batang pohon yang lapuk dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Ucok pun mulai menggalang kekuatan masyarakat. Berbagai elemen masyarakat dekat dengannya untuk mencegah berbagai kejahatan yang dapat terjadi.

Di sejumlah kegiatan pencegahan narkoba, LGBT dan konflik akibat rasisme, didukung oleh Ucok, meskipun yang menyelenggarakannya berbagai organisasi, seperti Pemuda Pancasila dan Komunitas Bakti Bangsa.

Ketua MPC Pemuda Pancasila, Hengki Heryawan mengatakan Ucok sosok pimpinan yang peduli terhadap permasalahan masyarakat.

“Beliau layak mendapat pujian, dan menjadi contoh,” ujarnya, yang baru-baru ini menyelenggarakan dialog dan deklarasi antinarkoba.

Kemampuan Ucok dalam mencegah kejahatan melalui cara dengan “soft” juga dirasakan berbagai pihak sebagai hal yang layak dicontoh oleh pemimpin selanjutnya.

Kabar berita beberapa hari terakhir terkait mutasi Ucok Lasdin Silalahi membuat berbagai kelompok masyarakat berduka. Ucok seperti seorang bapak dari masyarakat.

“Pak Ucok teman diskusi kami. Kami bahas persoalan yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat di saat banyak orang sudah terlelap pulas,” kata Dodi, Kepala Sekolah Hidayatullah Bintan, yang juga menjabat sebagai Ketua RT di kawasan Suka Berenang Tanjungpinang.

Ucok juga mengurus persoalan lainnya, seperti krisis air dan penyelamatan aset budaya daerah.

“Apapun yang saya lakukan untuk kepentingan masyarakat, tentu berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab saya. Saya ingin daerah maju, pendidikan meningkat, dan upaya pencegahan kejahatan membuahkan hasil yang maksimal,” kata Ucok.

Ia pun melakukan berbagai kegiatan untuk menduniakan Pulau Penyengat sebagai pulau yang perlu “dihormati”.
Ketika masyarakat Indonesia membicarakan NKRI, jangan lupakan Penyengat, pulau bersejarah yang melahirkan cikal-bakal Bahasa Indonesia, bahasa pemersatu Indonesia.

“Pulau Penyengat menyimpan sejarah penting NKRI sehingga layak untuk dikembangkan menjadi wisata sejarah,” katanya.

Ucok tidak ingin berkomentar banyak terkait kinerjanya selama menjabat sebagai Kapolres Tanjungpinang. Ia hanya ingin kehadirannya selama di Kota Gurindam ini membawa dampak positif bagi masyarakat, daerah dan negara.

“Yang penting apa yang bisa kita buat, kita lakukan, bukan berbicara,” ucapnya tersenyum.

Wartawan pun memiliki peran yang besar dalam membangun Kota Tanjungpinang. Kontribusi berupa pemikiran, dan berita-berita yang inspiratif, membangun daerah dan menyejukkan, dirasakan bermanfaat selama ini.

“Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah daerah, masyarakat dan wartawan yang sangat mendukung kegiatan kepolisian. Semoga ini tetap terbangun untuk kepentingan masyarakat, daerah dan negara,” ujarnya.