BATAM – Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah menjajaki kerja sama strategis untuk mengembangkan bahan ajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang mengangkat kekayaan budaya maritim Kepulauan Riau (Kepri).
Ketua Tim Peneliti BRIN, Ratnawati, mengungkapkan bahwa pihaknya kini sedang dalam tahap pengumpulan data dan riset lapangan sebagai bentuk awal dari implementasi kerja sama ini. Salah satu lokasi penelitian adalah Universitas Internasional Batam (UIB).
“Riset ini merupakan bagian dari implementasi kerja sama. Nantinya akan ada penelitian dan publikasi bersama antara BRIN dan UMRAH,” ujarnya, Rabu 14 Mei 2025.
Selama berada di Kepri, tim BRIN juga telah mengunjungi sejumlah instansi dan komunitas budaya, seperti FKIP dan Tim Riset UMRAH, LAM Kepri, LAM Tanjungpinang, LAM Bintan, UPA Bahasa UMRAH, serta Dinas Kebudayaan Kepri. Tak hanya itu, mereka juga menelusuri jejak budaya di Perpustakaan Kepri, BPK Wilayah IV, komunitas Suku Laut di Bintan, hingga situs budaya Pulau Penyengat.
“Kami berharap kerja sama ini bisa berkembang lebih luas, tak hanya dengan FKIP, tetapi juga dengan fakultas lain seperti kelautan, serta menjalin sinergi dengan universitas dan organisasi lain di dalam maupun luar negeri,” ujar Ratnawati.
Ketua Tim Peneliti UMRAH, Fabio Testy Ariance, menyambut baik kolaborasi ini. Ia menyebut bahwa kerja sama ini merupakan tonggak awal dalam pengembangan bahan ajar BIPA yang berbasis budaya maritim.
“Alhamdulillah, ini adalah kerja sama pertama kami yang secara khusus berfokus pada penelitian dan publikasi bahan ajar BIPA berbasis maritim,” ujarnya.
Baca juga: Kantor Bahasa Kepri Beri Kuliah Umum Terkait BIPA di UMRAH
Fabio menjelaskan, UMRAH dan BRIN juga akan berkoordinasi dengan kampus-kampus lain yang memiliki mahasiswa asing, untuk memperluas jangkauan data dan memperkaya materi ajar.
“Selama ini, materi BIPA yang diberikan cenderung umum dan tidak menggambarkan kekhasan daerah. Padahal Kepri memiliki identitas kuat sebagai wilayah maritim. Kami ingin menghadirkan bahan ajar yang lebih relevan dan kontekstual,” tutup Fabio. (*)