Usaha Rengginang Berhenti Produksi Gegara Debu Proyek Polder Sri Katon Tanjungpinang

Rengginang
Rak penjemur rengginang yang biasa digunakan untuk menjemur rengginang milik Sumarti. (Foto: Andri Dwi Sasmito)

TANJUNGPINANG – Usaha pembuat makanan ringan jenis rengginang berhenti produksi di Kampung Poerwodadi, Kelurahan Pinang Kencana, Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri). Usaha itu terpaksa berhenti karena dampak proyek Polder Sri Katon di Jalan Nusantara, Kilometer 12.

Pasalnya, proyek polder atau pengendali banjir menimbulkan banyak debu yang berdampak bagi pembuatan rengginang.

Kondisi itu dirasakan Sumarti, pelaku usaha pembuat rengginang sejak satu bulan belakangan ini. “Karena terimbas debu, jadi saya berhenti produksi rengginang. Biasanya, saya produksi rengginang setiap hari sebanyak lima kilo,” kata Sumarti, Kamis 1 Agustus 2024.

Kondisi tersebut, membuat wanita berusia 49 tahun ini kehilangan pendapatan kisaran Rp2 juta sampai Rp3 juta per bulan. Usahanya itu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

“Suami saya kerja bangunan, kalau tidak ada kerja, dari usaha ini untuk makan dan lainnya,” ucapnya.

Ia menuturkan, biasanya rengginang belum masak dijual ke pelanggan Rp50.000 per kilogram. Sedangkan rengginang yang sudah masak dijual Rp80.000 per kilogram. “Terkadang saya jual rengginang lima kilo per hari,” terang dia.

Baca juga: Proyek Polder Penanganan Banjir Tanjungpinang di Sei Jang Selesai Desember

Ia berharap kepada pemerintah dan kontraktor pembangunan bisa memperhatikan serta memberi solusi terkait dampak yang ditimbulkan dari proyek tersebut.

“Tak ada uang debu atau kompensasi dari pembangunan tersebut. Tolonglah kita diperhatikan, karena proyek ini, saya tidak bisa jualan rengginang lagi,” ujarnya. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News