JAKARTA – Produsen wadah makanan favorit ibu-ibu yakni Tupperware dilaporkan telah mengajukan kebangkrutan, setelah mengalami sesak nafas lantaran pasar penjualan produknya terus anjlok.
Wadah plastik Tupperware yang beraneka warna dan ukuran itu, sudah bertahun-tahun menjadi sahabat ibu-ibu rumah tangga di berbagai negara termasuk Indonesia.
Melansir BBC, pada Selasa 17 September 2024 jelang tengah malam waktu Amerika Serikat (AS), Tupperware mengumumkan telah mengajukan kebangkrutan ke Pengadilan Kepailitan AS di Distrik Delaware.
Perusahaan itu mengatakan, akan meminta persetujuan pengadilan untuk memulai proses penjualan bisnisnya dan untuk bisa tetap beroperasi selama proses hukum berlangsung.
Tupperware berdiri selama kurang lebih 78 tahun, dan begitu identik dengan tempat penyimpanan makanan sehingga banyak orang mengucapkan namanya saat merujuk wadah plastik apa pun.
Pada tahun 2023 lalu, perusahaan tersebut telah memperingatkan para investor bahwa ada keraguan besar soal kemampuannya, untuk terus beroperasi bila mereka tidak bisa dengan cepat menggalang dana baru.
Bahkan pada pekan ini harga saham Tupperware sempat anjlok lebih dari 50 persen, setelah muncul sejumlah laporan bahwa mereka berencana mengajukan kebangkrutan.
Beberapa tahun terakhir, Tupperware sudah berusaha untuk melakukan penyegaran Kembali dengan produk-produknya.
Perusahaan bahkan sudah memosisikan ulang dirinya, untuk khalayak lebih muda. Namun, tetap saja wadah itu kalah saing dengan kompetitornya.
Ketika masa pandemi Covid-19, penjualan Tupperware sempat naik sesaat karena banyak orang yang memasak di rumah dan membutuhkan produk-produk mereka untuk menyimpan makanan. Namun, setelahnya penjualan kembali turun.
Belum lagi persoalan meningkatnya biaya bahan baku, ditambah upah karyawan serta biaya pengiriman yang lebih tinggi, sehingga menggerogoti margin keuntungan perusahaan.
“Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat terdampak oleh lingkungan ekonomi makro yang menantang,” kata CEO Tupperware, Laurie Ann Goldman.
Pesta dan arisan sebagai marketing
Sejarahnya, Tupperware didirikan tahun 1946 oleh Earl Tupper, yang merancang dan mematenkan segel kedap udara yang fleksibel.
Tupperware merupakan penemuan besar, karena memanfaatkan jenis plastik baru untuk menjaga makanan tetap segar lebih lama.
Temuan ini lantas sangat berharga, mengingat saat itu kulkas masih dirasa terlalu mahal bagi banyak keluarga.
Namun Tupperware baru benar-benar tenar setelah perempuan bernama Brownie Wise mengembangkan konsep pesta rumahan untuk memasarkan produk plastik ini.
Agen penjual yang biasanya perempuan bakal mengundang para perempuan lain, untuk datang ke rumahnya dan melihat serta membeli berbagai produk Tupperware.
Pesta Tupperware ini lantas tak hanya jadi model pemasaran langsung yang efektif, tapi juga acara sosial yang populer. Imbasnya, produk-produk Tupperware berhasil mendominasi rumah tangga di AS dan bahkan dunia.
Tupperware mengeklaim bahwa mereka telah menjual produknya di 70 negara berbeda. Di Indonesia, bisa dikatakan Tupperware memiliki tempat tersendiri di hati para ibu rumah tangga.
Yel Fitria, 42 tahun, sempat mengikuti arisan Tupperware pada periode 2013-2014 saat masih menjadi guru di sebuah sekolah swasta di Jakarta Timur.
Ada 10 guru di sekolah tersebut yang menjadi peserta arisan dan mesti membayar Rp100 ribu per bulan. Alih-alih mendapat uang tunai, pemenang arisan bakal membawa pulang berbagai produk Tupperware dengan nilai total Rp1 juta.
“Jadi sebenarnya kita beli Tupperware dengan mencicil,” kata Fitria mengutip BBC. “Ini sebenarnya trik dagang.”
“Terserah kita mau pilih produk apa, pokoknya senilai Rp1 juta maksimal. Kalau kurang dari itu boleh.”
Ketika memenang arisan, Fitria memilih berbagai produk berbeda termasuk empat piring, enam kotak camilan berbeda ukuran, satu tempat makan anak-anak, dua botol minum besar, dan dua botol minum anak-anak.
Padahal, sebelum mengikuti arisan itu, Fitria tidak pernah memakai Tupperware. Ia hanya tahu itu merek terkenal dan ada “prestise” tertentu bila memiliki produknya.
Pesta dan arisan usai
“Beberapa waktu terakhir, pestanya telah usai bagi Tupperware,” kata Susannah Streeter, yang merupakan analis dari perusahaan jasa keuangan Hargreaves Lansdown.
Dia mengatakan, ada beberapa hal yang jadi alasan. Pertama, kesalahan pelaporan keuangan Tupperware yang sempat terjadi tahun 2021 dan 2022 dan disebut berdampak buruk pada perusahaan.
Kemudian di luar itu, Streeter mengatakan, ada perubahan perilaku konsumen yang membuat wadah plastik tidak populer lagi.
“Konsumen mulai mengurangi ketergantungan pada plastik, dan mencari cara yang lebih ramah lingkungan untuk menyimpan makanan,” terang Susannah Streeter.