BATAM – Wakil Gubernur Kepulauan Riau (Wagub Kepri), Nyanyang Haris Pratamura, menyatakan bahwa wilayah Kepri kini berada dalam kondisi darurat narkoba. Pernyataan ini disampaikannya menyusul keberhasilan TNI Angkatan Laut (AL) menggagalkan penyelundupan besar-besaran narkotika jenis sabu dan kokain sebanyak 1,9 ton beberapa waktu lalu.
“Bukan sekadar rawan, tapi sudah darurat,” tegas Nyanyang, Jumat 17 Mei 2025.
Menurutnya, wilayah perairan di bagian barat dan timur Kepri menjadi titik rawan masuknya narkotika dari luar negeri, terutama dari jalur nonresmi. Sementara jalur dari Singapura dinilai relatif aman, penyelundupan justru marak melalui perairan terbuka yang pengawasannya lebih menantang.
Pemerintah Provinsi Kepri, kata Nyanyang, akan memperkuat sinergi dan koordinasi dengan berbagai instansi, seperti Lantamal, Koarmada, Bea Cukai, dan aparat penegak hukum lainnya, guna meningkatkan pengawasan laut.
“Kami berharap kesiapsiagaan lintas sektor di Kepri bisa terus mencegah masuknya barang haram ke wilayah ini,” ujarnya.
Baca juga: Penampakan 1,9 Ton Sabu dan Kokain Diamankan TNI AL di Perairan Kepri
Nyanyang juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penggagalan penyelundupan narkotika skala besar, mulai dari Koarmada I, Lantamal, Lanal Tanjungbalai Karimun, Bea Cukai, Polda Kepri, hingga unsur Forkopimda.
Sebelumnya, TNI AL menggagalkan penyelundupan 1,9 ton narkotika—terdiri dari sabu dan kokain di perairan Selat Durian, Tanjung Balai Karimun, pada Selasa dini hari 13 Mei 2025. Nilai barang haram tersebut diperkirakan mencapai Rp7 triliun.
Tak berhenti di situ, aparat gabungan juga menangkap dua kurir narkoba yakni seorang pria dan seorang wanita pada dua operasi terpisah di Batam, 29 April 2025 lalu. Dari tangan keduanya, disita sabu seberat 3.079,2 gram.
Kanit 1 Subdit 2 Ditresnarkoba Polda Kepri, AKP Apridoni, mengungkapkan bahwa Batam kini kerap dijadikan titik transit utama jaringan narkoba internasional, khususnya dari Malaysia, sebelum barang tersebut didistribusikan ke wilayah timur Indonesia.
“Para tersangka menyebut pasar di wilayah timur lebih menjanjikan. Batam ini hanya pintu masuk, dari Malaysia lalu dibawa keluar ke daerah lain,” kata Apridoni dalam konferensi pers di kantor Bea Cukai Batam, Kamis 8 Mei 2025.
Ia juga mengungkapkan bahwa modus penyelundupan semakin canggih dan tak terduga. Selain menggunakan koper, aparat bahkan menemukan sabu yang disembunyikan dalam sandal dan popok bayi. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News