Warga Indonesia Suka Makanan Pedas, Begini Penjelasan Ilmiahnya

Ilustrasi kuliner pedas Indonesia. (Foto:Dok/Pexels)

Hai sahabat Ulasan. Nah, kali ini kita akan membahas topik menarik seputar makanan dengan citarasa pedas. Apakah Anda salah satu pecinta makanan pedas?

Makanan dengan cita rasa pedas sangat mudah ditemukan di Indonesia. Menu makanan pedas sudah menjadi ciri khas di Indonesia, lantaran negeri ini kaya akan rempah-rempahnya.

Mulai dari hindangan utama, dan makanan ringan hingga kudapan hampir rata-rata bercita rasa pedas.

Bahkan keseharian di pasar, terlihat ibu-ibu yang belanja untuk keperluan dapur tidak lupa membeli cabai. Restoran hingga warung jajanan seperti bakso, juga membutuhkan cabai dalam jumlah yang tidak sedikit.

Belum lagi jajanan di sektor UMKM, yang banyak sekali menyajikan menu dengan citarasa pedas.

Baca juga: 12 Hidangan Khas Perayaan Imlek, Dipercaya Bawa Keberuntungan

Seperti halnya kita ke pinggiran jalan, mayoritas pedagang kulinet kaki lima banyak yang menyajikan jajanan yang tak enak apabila tidak disiram saus sambal atau dibalur cabai.

Jenis makanan pun beragam. Ada cireng pedas, gorengan, ayam geprek, ayam sambal hijau, soto, bakso dan sebagainya. Belum lagi gerai seblak hingga warung indomie pedas yang warnanya merah merona.

Belum lagi kuliner-kuliner di daerah yang wajib memakai cabai dan bercita rasa pedas.

Maka tidak heran, kuliner Indonesia begitu terkenal hingga seluruh dunia. Ini tak lepas dari bumbu rempah-rempah yang digunakan dalam berbagai masakan nusantara tersebut. Bahkan, wisata kuliner menjadi agenda wajib ketika datang ke daerah-daerah tertentu.

Ilustrasi rempah-rempah Indonesia. (Foto:Dok/Shoppe)
Baca juga: Mengenal Kue dan Buah Khas Etnis Tionghoa saat Perayaan Imlek

Semua yang disebutkan di atas menegaskan, betapa sulitnya memisahkan orang Indonesia dari masakan bercita rasa pedas. Jika tak ada rasa pedas, orang Indonesia rela membeli saus sambal sachet atau botol di warung.

Berbagai fenomena ini memunculkan pertanyaan menarik mengapa orang Indonesia menyukai masakan pedas. Padahal, mereka hidup di daerah tropis yang seharusnya tak memasukkan sensasi rasa pedas dalam makanan.

Sebab, dalam teori gastronomi rasa pedas hanya cocok disantap orang saat cuaca dingin untuk memberi rasa hangat pada tubuh.

Mengapa hal itu terjadi?

Kegemaran warga Indonesia menyantap makanan pedas sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Cabai sering diolah ke berbagai varian hingga memunculkan beragam jenis sambal di daerah. Bahkan, saat masa kolonialisme, orang Eropa ikut-ikutan menyantap sambal.

Sejarawan Fadly Rahman dalam Rijstaffel: Budaya Kuliner di Indonesia Masa Kolonial 1870-1942 (2011) menyebut, di meja makan orang Eropa, sambal menjadi hidangan wajib. Ini terjadi karena mereka butuh penyeimbang, yakni sensasi rasa pedas untuk menyeimbangi rasa dingin dalam makanan.

Banyak orang mengira tingginya popularitas cita rasa pedas dalam kuliner Indonesia bertujuan untuk menutupi rasa tidak enak atas bahan makanan. Misalkan, ada yang menyebut penggunaan cabai untuk memasak daging bertujuan menutupi bau tidak sedap dari daging. Padahal, tidak demikian.

Baca juga: Dua Sajian Kuliner Asli Indonesia Masuk Daftar Makanan Terburuk di Dunia, Ada Daging Kelelawar?

Penelitian terbaru yang dikutip IFL Science mengungkap hadirnya rasa pedas dari rempah-rempah digunakan penduduk tropis, termasuk Indonesia, ternyata ada motif kesehatan. Rempah-rempah, termasuk cabai, memiliki sifat anti-mikroba.

Sifat tersebut bisa menghambat dan membunuh mikroorganisme yang ada di makanan. Misalkan, jahe digunakan untuk melawan bakteri dan virus.

Begitu pula dengan kunyit, lada, dan cabai yang mempunyai sifat anti bakteri dan virus. Jadi, penggunaan kombinasi rempah-rempah membantu mencegah penyakit di bahan dasar makanan yang mudah berkembang biak di cuaca panas.