Warga Tanjung Ayun Sakti Ikuti Pelatihan Identifikasi Boraks dan Formalin

Tanjungpinang, Ulasan. Co – Puluhan ibu rumah tangga di Tanjung Ayun Sakti mengikuti Sosialisasi dan Pelatihan Identifikasi Bahan Pengawet Boraks dan Formalin pada bahan pangan yang digelar oleh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Maritim Raja Ali Haji pada Senin (7/10) sampai dengan Selasa (8/10).

Mengingat pentingnya kemampuan untuk mengidentifikasi boraks dan formalin yang ada pada makanan, melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat khususnya ibu rumah tangga dapat mengidentifikasi dan mengenali makanan yang tercemari oleh boraks dan formalin. Hal tersebut disampaikan oleh Friska Septiani, salah satu dosen sekaligus ketua pelaksana dalam kegiatan ini.

“Kegiatan ini penting dilakukan untuk memberikan informasi dan meningkatkan wawasan masyarakat khususnya para Ibu mengenai ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin serta bahaya boraks dan formalin bagi kesehatan,” tuturnya.

Selain itu, Fitriah Khoirunnisa selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia juga angkat bicara. Ia mengatakan bahwa kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan adalah salah satu bentuk pengabdian yang dilakukan oleh para dosen Pendidikan Kimia kepada masyarakat.

“Kegiatan ini juga diikuti sebanyak 25 orang ibu PKK yang bertempat tinggal di Kelurahan Tanjung Ayun Sakti. Kegiatan diselenggarakan selama 2 hari dimulai dari 7 dan 8 Oktober 2019, dimana sebelumnya tim pelaksana telah melakukan ujicoba terbatas pada bahan makanan yang terindikasi menggunakan boraks dan formalin serta menyiapkan tester kit untuk mengecek secara sederhana ada atau tidaknya kandungan boraks dan formalin pada makanan. Sehingga hasil dari penelitian tersebutlah yang disampaikan kepada warga di Kelurahan Tanjung Ayun Sakti,” ujar Fitrah Khoirunnisa.

Kegiatan tersebut mendapat respon positif oleh warga dan tokoh masyarakat setempat. Septian Saputra misalnya, selaku lurah setempat. Dalam sambutannya ia sangat mendukung jalannya kegiatan tersebut. Menurutnya, kegiatan ini karena dapat memberikan informasi kepada masyarakat di kelurahannya tentang bahaya boraks dan formalin serta metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi boraks dan formalin secara sederhana.

Friska mengatakan bahwa boraks dan formalin memang memiliki fungsi sebagai bahan pengawet karena kemampuannya menghambat pertumbuhan mikroba, tetapi boraks dan formalin dipergunakan sebagai antiseptik kayu, pengawet kayu dan sebagai pengawet mayat. Dikarenakan sifat inilah, banyak para pedagang “nakal” yang mencampurkan bahan ini sebagai bahan pengawet dan juga harganya murah.

Kedua bahan tersebut sudah dilarang penggunaannya sebagai bahan pengawet makanan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.033/2012. Akibat yang ditimbulkan dari konsumsi boraks dengan intensitas lebih tinggi dan konsentrasi tinggi mampu menyebabkan gangguan otak, hati, lemak, ginjal dan kematian.

Lebih lanjut, Friska mengatakan bahwa ada metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kedua bahan pengawet ini yaitu dengan simple methods yang menggunakan bahan alami seperti kunyit dan bunga kembang sepatu. Terlebih dahulu bahan ini dibuat ekstraknya digunakan sebagai indikator untuk pengujian boraks dan formalin pada sampel makanan. Selanjutnya dihasilkan kertas tumerik dari ekstrak kunyit dan ekstrak kembang sepatu yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi boraks dan formalin. Sebelumnya kertas ini telah diuji terlebih dahulu di laboratorium untuk mengidentifikasi sampel yang mengandung boraks dan formalin dan dibandingkan dengan kontrol positif boraks dan formalin.

Selanjutnya, Eka yang merupakan tim pengabdian juga menuturkan bahwa dengan menggunakan indikator ini, secara kualitatif dapat mengidentifikasi boraks dengan menggunakan ekstrak kunyit. Hasil positif terindikasi boraks jika terjadi perubahan warna dari kuning menjadi orange-merah-kecoklatan. Untuk pengujian formalin dengan kertas indikator, bunga kembang sepatu dapat dilihat perubahan warna dari ungu muda menjadi ungu tua yang menandakan sampel terindikasi positif mengandung formalin. Beberapa sampel makanan yang telah diidentifikasi menunjukkan hasil negatif boraks seperti bakso dan tahu dan hasil negatif formalin seperti bakso, dan pempek.

Di sela-sela kegiatan, Elly Suharty, salah seorang warga sangat antusias dan mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan, sehingga masyarakat memperoleh pencerahan mengenai bahaya dari boraks dan formalin bagi kesehatan. Selain itu ditambahkannya, melalui kegiatan ini para kaum Ibu memperoleh keterampilan untuk mengidentifikasi boraks dan formalin melalui karakteristik dan metode sederhana dengan menggunakan kunyit dan bunga kembang sepatu.

Lebih lanjut, Elly berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkesinambungan untuk memberikan informasi kepada seluruh masyarakat.

Selain itu, Fitriah juga menuturkan beberapa metode alternatif untuk pengawetan makanan secara alami seperti penggunaan metode pendinginan dan juga bahan alami seperti ekstrak wortel untuk pembuatan bakso, belimbing wuluh untuk menyimpan daging/ikan, cengkeh untuk mengawetkan roti, ekstrak buah pisang untuk pengolahan tahu.

Terakhir, Fitriah mengatakan bahwa setelah melalui kegiatan pengabdian ini dihimbau kepada para Ibu untuk lebih cermat lagi untuk memperhatikan kandungan dalam bahan makanan yang dikonsumsi oleh anak dan keluarga.

Pewarta: Chairuddin