Warga Tanjungpinang Protes Tak Dapat Vaksin, Rudy Chua: Kendalanya karena Stok

Rudy Chua
Anggota DPRD Kepri Rudy Chua (Foto: Ardiansyah Putra)

TANJUNGPINANG – Warga ribut saat ingin mendapatkan vaksinasi di Puskesmas Pembantu Batu 7, Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Rabu (12/10). Keributan dipicu karena warga kecewa karena tidak mendapat vaksin.

Santo warga setempat mengatakan, kericuhan dipicu adanya warga protes ke petugas. Pasalnya, warga sudah antre sejak pagi, namun, tidak kebagian vaksin. “Tadi ada ribut-ribut sedikit, ada beberapa warga yang sudah menunggu tapi tidak kebagian stok, mereka protes,” ucapnya.

Kondisi itu diperparah protes warga lainnya, mereka menganggap proses pendaftaran tidak transparan, serta minimnya informasi mengenai vaksinasi dari pihak petugas.

“Miskomunikasi saja, pihak petugas juga tidak menjelaskan dari awal-awal kalau stoknya terbatas,” ujarnya.

Sementara itu, Muhammad Bagas ikut mengantre di Posyandu Asoka mengatakan, dirinya sudah datang sejak pagi, bahkan sebelum gerai dibuka. “Saya datang pagi, tapi tak dapat vaksin. Alasannya karena sudah ada yang daftar,” ucapnya.

Mendapati laporan adanya keributan saat vaksinasi, anggota Komisi II DPRD Kepri, Rudy Chua menyoroti adanya keluhan masyarakat yang tidak mendapat stok vaksin di Tanjungpinang. Rudy mengatakan, stok vaksin yang tiba di Tanjungpinang saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Tanjungpinang.

“Tadi pagi beberapa faskes (fasilatas kesehatan) cuman mendapat empat vial. Itu tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang sudah menunggu selama sebulan,” katanya.

Ia menyebut, banyak masyarakat yang kecewa ketika mereka mendatanggi lokasi vaksinasi karena stok yang terbatas. “Kita tak bisa menyalahkan teman-teman di faskes karena stoknya sedikit. Sementara yang datang mencapai 200 orang,” ucapnya.

Baca juga: Stok Vaksin Kosong, Aktivitas Vaksinasi di Batam Terhenti Sementara

Menurutnya, masyarakat yang tiba di faskes dan mendapat jawaban soal vaksin yang hanya akan dibagikan untuk warga yang sudah mendaftar harus diluruskan.

“Masyarakat sebelumnya sudah mendaftar dengan meninggalkan nomor telepon mereka untuk dihubungi, jika ada stok vaksin. Jadi bukan sistem booking atau orang dalam,” ujarnya.

“Ini kadang-kadang yang menjadi salah pengertian. Tapi yang masih menjadi masalah utama adalah stok yang terbatas,” pungkasnya. (*)