Yayasan Kasih Senior Living Tampung Puluhan Orang-Orang Kesepian dan Lansia

Yayasan Kasih Living Senior,
Salah satu lansia yang ditampung di Yayasan Kasih Living Senior, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. (Foto: Meli Santia)

TANJUNGPINANG – Yayasan Kasih Senior Living kini membina 20 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan lima perempuan. 18 orang lansia, satu anak downsyndrome serta satu orang penyandang disabilitas berat.

Pendiri serta pengurus Yayasan Kasih Senior living, Diana Tan menerangkan, pertama kali menemukan orang-orang yang saat ini ditampung di yayasannya saat sedang membagikan sembako bersama komunitasnya kepada masyarakat sekitar.

“Ketika kami blusukan, kami melihat banyak orang tua yang tinggal sendiri sehingga timbul rasa khawatir, kasihan melihat mereka kesepian. Terlintas di hati saya jika mereka bisa disatukan mungkin mereka tidak kesepian dan akan berpulang kepada tuhan dengan membawa senyuman karena tidak kesepian” kata Diana Tan, Sabtu 18 Januari 2025.

Motivasi Diana dalam mendirikan yayasan dan mengurus orang-orang yang ditampung adalah pelayanan kepada Tuhan. Ia mengatakan karena niatnya baik, satu tahun kemudian Tuhan menjawab doanya dengan adanya donaturĀ  yang menawarkan untuk memberikan biaya yang awalnya berjumlah Rp15.000.000 dalam satu bulan. Uang itu digunakan untuk biaya sewa rumah dan biaya hidup sehari-hari orang yang ditampung.

Saat ini dalam satu bulan kebutuhan biaya kehidupan orang yang ditampung menghabiskan uang sebesar Rp35.000.000 sampai Rp40.000.000 mulai dari biaya makan hingga berobat.

“Kalau untuk bantuan sembako banyak, tetapi orang tua di sini tidak mungkin hanya makan beras, tidak mungkin hanya makan sarden tok, kita harus menjaga nutrisi mereka. Kadang-kadangĀ  pada akhir bulan sering kesulitan mengatur uang untuk membeli lauk-pauk, tetapi tetap saja ada rejeki yang datang, tidak pernah sampai kelaparan mereka di sini,” ujarnya.

Baca juga:Ā Sambut Imlek, Relawan Yayasan Hidup Sejahtera Abadi Gelar Pangkas Rambut Gratis

Diana mengatakan, kesulitan terbesar dialami saat mengurus para lansia adalah harus mengangkat para lansia untuk dimandikan karena kebanyakan lansia yang ditampung mengalami penyakit stroke.

“Kita kekurangan anggota pekerja, tidak sanggup gaji karyawan banyak juga sehingga kami gotong royong untuk memandikan para lansia” ujar Diana.

Ia mengatakan sampai saat ini belum pernah meminta bantuan kepada pemerintah karena tidak sempat mengurus persyaratan administrasi dan ia juga harus mengurus keluarganya sendiri sehingga tidak memungkinkan ia menyodorkan proposal kepada pemerintah.

“Dan saya bersyukur karena mereka (orang yang ditampung) tidak sampai kelaparan. Mungkin nanti jika biaya untuk kehidupan orang yang ditampung tidak mencukupi lagi saya akan melangkah ke sana, tetapi untuk saat ini saya rasa kebutuhan mereka bisa tercukupi. Karena saya tidak mencari keuntungan dan memperkaya diri dengan mengatas namakan orang-orang yang saya tampung,” tegasnya.

Diana berharap sampai ia meninggal yayasan ini tetap ada dan bisa diteruskan. Karena yayasan ini adalah yayasan penyelamatan jiwa-jiwa. Selama tuhan masih memberikan rejeki ia akan terus bertahan mengurus orang-orang yang ia tampung.

Diana juga berniat membangun panti asuhan yang bertujuan menampung anak-anak yatim piatu. Dan berniat menjadikan anak-anak yatim piatu tersebut bisa meneruskan perjuangan diana dalam menyelamatkan jiwa-jiwa.

“Sumpah saya untuk tidak mewarisi yayasan ini kepada anak saya dan saya sudah mengatakan hal itu kepada mereka. Jika mereka ingin membantu cukup menjadi donatur tanpa harus jadi pemilik,” katanya.

Yayasan ini memiliki moto memanusiakan manusia. (*)

Ikuti BeritaĀ Ulasan.coĀ diĀ Google News