26 WN China Sindikat Penipuan Online Akan Dideportasi

Pesawat China Easter Airlines Angkut 133 Penumpang Jatuh di Guangxi
Arsip - Pesawat-pesawat China Eastern Airlines dan Shanghai Airlines terlihat di Bandara Internasional Hongqiao di Shanghai, China, di tengah wabah COVID-19, 4 Juni 2020. (ANTARA/Reuters/Aly Song/as)

JAKARTA – Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) akan mendeportasi sebanyak 26 warga negara asing (WNA) asal China yang diduga kelompok sindikat penipuan internasional pelaku cyber fraud (penipuan online) melalui medium pesan aplikasi WhatsApp dan call center palsu.

“Tim dari Direktorat Wasdakim (Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian) saat ini sedang melakukan persiapan untuk pendeportasian 26 WNA, yang diduga sebagai sindikat penipuan internasional tersebut,” kata Direktur Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian, Pria Wibawa, Rabu (16/3).

Baca juga: Curi Data Lewat Aplikasi Kencan, 48 WN China dan Vietnam Ditangkap Polisi

Kasus tersebut bermula saat 26 WNA asal Negeri Tirai Bambu itu diserahterimakan oleh Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri kepada Ditjen Imigrasi, Selasa (15/03).

Penangkapan terduga sindikat penipuan internasional tersebut berawal dari informasi daftar pencarian orang oleh Kepolisian Taiwan, yang diterima Bareskrim Polri dengan nomor TPE/FAX/111/02/CIB-TETO/02B pada 18 Februari 2022, perihal bantuan penangkapan WNA asal Taiwan berinisial CMT.

Menindaklanjuti hal tersebut, polisi kemudian meringkus CMT beserta jaringannya, termasuk barang bukti di lima lokasi berbeda.

CMT dan kelompoknya diketahui melakukan penipuan siber dengan mencari nomor handphone dan identitas calon korban.

Pelaku mengirimkan pesan melalui aplikasi WhatsApp atau menelepon korban, dengan mengaku sebagai polisi China dan menyampaikan berita bohong bahwa korban tersangkut suatu perkara di kepolisian China.

Baca juga: WN China Pemodal Pinjol Ilegal Kena Pasal Berlapis, Terancam 20 Tahun Penjara

Setelah itu, korban diminta menghubungi kepolisian China melalui nomor tertentu yakni call center palsu yang telah disiapkan pelaku.

Saat korban menelepon call center, terjadi tawar-menawar hingga korban bersedia mentransfer sejumlah uang untuk ditempatkan pada rekening perusahaan yang berafiliasi dengan tersangka CMT.

Perusahaan tersebut antara lain PT Trading Global International, PT Trio Pilar Trading Indonesia, dan PT Lide Trading International.

“Menurut informasi yang kami terima, korban penipuan CMT dan kelompoknya yang berjumlah 350 orang semuanya diduga berasal dari Republik Rakyat Tiongkok berdasarkan nomor teleponnya,” jelasnya.

Terkait tindak pidana penipuan yang dilakukan pelaku, selanjutnya akan dieksekusi oleh aparat penegak hukum di negaranya.

Sementara itu, sembari menunggu proses deportasi, tim Ditjen Imigrasi juga memeriksa dokumen perjalanan para pelaku untuk melihat apakah ada pelanggaran keimigrasian.

“Jika ada, maka akan dikenakan sanksi keimigrasian sesuai peraturan perundang-undangan,” pungkasnya.