4 Sungai di Dunia Alami Kekeringan, Simak Ulasannya

Arsip - Sebuah kapal tergeletak di dasar Sungai Amazon, di Manaus, Brazil, Senin (26/10/2015). (Foto: Antara/Reuters)

Hai Sahabat Ulasan. Kemarau berkepanjangan dan perubahan iklim seringkali memicu kekeringan. Biasanya kekeringan akan berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.

Kekeringan disebabkan kemarau berkepanjangan atau gelombang panas yang bisa saja menyebabkan sungai mengalami kekeringan.

Kali ulasan.co, mengulas sungai yang mengalami kekeringan akibat dampak perubahan iklim.

Lantas, sungai mana saja yang terdampak kekeringan, melansir dari Republika, Senin (06/11), ada empat sungai besar mengalami kekeringan, berikut ulasannya:

Sungai Ciliwung

Sungai yang memiliki panjang aliran utama sekitar 120 kilometer ini termasuk sungai terpenting, terutama karena melalui wilayah ibu kota, DKI Jakarta. Hulu sungai Ciliwung berada di dataran tinggi yang terletak di perbatasan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur, atau tepatnya di mata air Gunung Gede, Gunung Pangrango dan Telaga Saat. Wilayah yang dilintasi Ciliwung adalah Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, dan bermuara di pantai utara DKI Jakarta.

Kemarau berkepanjangan telah membuat debit air di Sungai Ciliwung mengering. Bahkan debit air di Bendung Katulampa, yang digunakan sebagai pos pemantau ketinggian air di Sungai Ciliwung, pernah menyentuh titik terendah, yakni nol sentimeter pada Juli dan Agustus lalu.

Sungai Eufrat

Perubahan iklim telah berdampak buruk bagi masyarakat di seluruh dunia, karena peristiwa cuaca ekstrem seperti kekeringan berdampak pada cara hidup manusia. Dan di Asia Barat, Sungai Eufrat dilaporkan terus mengalami penurunan debit air yang parah.

Sungai Eufrat mengalir melalui Suriah, Turki, dan Irak, sementara cekungan Sungai Eufrat melayani Yordania, Irak, Arab Saudi, Suriah, dan Turki. Meskipun Sungai Eufrat belum mengering sepenuhnya, Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan bahwa Sungai Eufrat berisiko mengering sepenuhnya karena perubahan iklim.

Sungai Eufrat dan Tigris, yang digunakan oleh masyarakat sekitar untuk air minum, bercocok tanam, beternak, dan lainnya telah menurun hingga hampir setengah dari aliran rata-rata tahunan selama tahun-tahun kering.

Kementerian Sumber Daya Air Irak telah mengeluarkan peringatan bahwa sistem sungai Tigris-Eufrat berisiko mengalami kekeringan pada tahun 2040. Laporan ini, seperti dilansir Greenmatters, menyalahkan penurunan permukaan air dan kekeringan yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Sungai Amazon

Kekeringan dan gelombang panas juga telah membuat sungai dan anak sungai di Amazon mengering. Hal ini telah berdampak pada matinya ratusan lumba-lumba yang hidup di sungai Amazon. Ikan-ikan juga dilaporkan mati, padahal itu merupakan sumber penghidupan masyarakat adat.

Organisasi yang mewakili 63 suku di Amazon, Apiam, melaporkan bahwa air sungai Amazon juga mulai berlumpur, sehingga anak-anak sungai tidak layak diminum. Atas kondisi ini, Apiam juga telah meminta pemerintah setempat dan global untuk mendeklarasikan keadaan darurat iklim.

Wilayah ini juga berada di bawah tekanan fenomena cuaca El Nino, dengan volume curah hujan di Amazon utara di bawah rata-rata historis. Sungai-sungai yang tidak dapat dilewati telah mempersulit bantuan medis untuk mencapai desa-desa di Amazon, dan hujan diperkirakan tidak akan turun hingga akhir November atau awal Desember, saat sungai-sungai dan populasi ikan biasanya memperbarui diri.

Baca juga: Gawat! Gletser Afrika Mencair, Jutaan Orang Terancam Kekeringan dan Banjir

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News