IndexU-TV

7 Kota di Pulau Jawa Bertatus ‘Merah’ Rawan Gempa, BRIN: Guncangan Lebih Besar

Masyarakat Cianjur saat berada di puing rumah yang hancur akibat gempa bumi. (Foto:Instagram:#Cianjur)

JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan sejumlah kota di Pulau Jawa bersatus merah dan berisiko terjadinya gempa bumi.

BRIN juga memaparkan, gempa tersebut akan merusak dan memicu banyak korban lantaran posisinya dekat dengan patahan atau sesar dan banyak penduduk.

Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa mengungkap daftar wilayah yang sangat berisiko gempa dengan banyak penduduk terpapar alias berwarna merah.

“Kalau potensi goncangannya tinggi dan penduduknya tinggi dia akan berwarna merah, jadi kalau kita melihat di sini Jakarta, Bogor, Sukabumi, Bandung kemudian ada Cirebon, Semarang, Surabaya,” ujar Nuraini Rahma Hanifa, saar diskusi daring bertajuk ‘Pemetaan Sesar Pulau Jawa Serta Mitigasi Risiko Bencana Geologi’ yang digelar, Rabu 24 April 2024.

“Kemungkinan potensi guncangannya bisa besar tapi jumlah penduduknya juga padat, sehingga dia resikonya juga menjadi tinggi,” sambung Nuraini.

Menurut dia, prediksi ini berdasarkan data Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen) 2018.

Nuraini menjelaskan, gempa dapat dikatakan bencana apabila lindu yang terjadi menyebabkan korban jiwa dan kerusakan (kerugian ekonomi) biasanya kerusakan pada bangunan.

“Tapi kalau kita bisa meminimalisir itu maka gempa bisa saja tidak menimbulkan bencana tersebut,” ujarnya.

Selain akibat jumlah penduduknya yang besar, tujuh wilayah tersebut memiliki potensi ancaman gempa tinggi lantaran Jawa dikepung oleh patahan aktif.

Hasil kajian BRIN juga mengungkap penambahan jumlah sesar aktif di Jawa yang terpetakan.

Tahun 2010, angkanya hanya enam sesar. Kemudian pada 2017, jumlahnya bertambah menjadi 31 sesar aktif. Tahun ini, angkanya melonjak menjadi 75 sesar aktif.

“Dari angka tersebut, yang sudah diketahui parameternya dengan baik tidak sampai 30 persen,” terang Nuraini.

Bandung, contohnya, yang dekat dengan Sesar Lembang.

Dalam acara yang sama, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triyono, mengungkap tingkat keparahan gempa yang terjadi bila Sesar Lembang berguncang.

Patahan ini punya panjang 30 km dan potensi magnitudo maksimum 6,8.

“Kita skenariokan dengan kedalaman pusat gempanya 10 km, maka dampaknya kalau ini terjadi, di Bandung Barat, Kota Cimahi, Bandung, Purwakarta dengan skala MMI (Modified Mercalli intensity)-nya adalah VI sampai VII,” ujar Rahmat.

Skala MMI menggambarkan tingkat guncangan yang dirasakan. Makin tinggi angkanya, makin kencang getaran terasa.

MMI skala VII misalnya, berarti tiap-tiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan bangunan dan konstruksi yang baik.

“Bangunan yang konstruksinya kurang baik, terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan,” kata Rahmat.

Nurani pun mewanti-wanti masyarakat agar sebisa mungkin menghindari tinggal di atas sesar atau zona patahannya secara langsung, atau yang berada di wilayah dengan batuan yang lunak.

Sebab, bahaya dari guncangan gempa pada bangunan yang tidak terlalu kuat akan membuat bangunan seketika runtuh begitu saja, serupa seperti ketika terjadinya Gempa Cianjur (2022).

Exit mobile version