BINTAN – Nelayan Desa Pengujan, Kecamatan Teluk Bintan, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) mengeluh hasil tangkapan laut berkurang, baik udang, gonggong hingga kepiting.
Penyebabnya, diduga adanya pembuangan limbah yang mengalir sampai ke laut berada di Dusun Tiga, Selat Bintan Dua, Desa Pengujan. Air laut di daerah itu menjadi keruh, dan menyebabkan gatal di badan setelah berendam di laut.
Kondisi itu dirasakan nelayan Desa Pengujan, Alwi (60) beberapa bulan belakangan ini. “Ada sekitar 3-4 bulan belakangan ini masih keruh dan gatal di kulit,” ucapnya.
Alwi turun ke laut menangkap udang dan ketam dengan cara ditombak saat air laut pasang. Jika air laut jernih akan mudah menangkap udang, ketam dan gonggong.
“Kalau air laut surut, air lautnya keruh, sehingga sulit menangkap udang, udang hingga gonggong.”
“Sekarang saja, saya hanya dapat 1 kilogram udang dan ketam. Dulu, bisa lebih dari 2-3 kilogram udang dan ketam, serta gonggong,” terang dia.
Alwi berharap limbah tidak lagi dibuang ke laut agar nelayan mudah menangkap udang, ketam dan gonggong.
“Masyarakat kita di sini nelayan dan penghasilannya dari laut,” harap dia.
Berbeda dengan Ketua Kelompok Koperasi Nelayan Desa Pengujan, Abdul Razak (31) merasakan terdampak dari limbah tersebut sekitar satu tahun belakangan ini.
“Sejak adanya tambak udang yang sudah beroperasi,” kata Abdul.
Baca juga: DLH Bintan Minta Pembangunan Tambak Udang di Pengujan Dihentikan
Kondisi itu, berdampak pada penghasilan nelayan berkurang 70 persen dibandingkan sebelumnya.
Dengan adanya limbah tersebut, pihaknya sudah menyampaikan hingga melaporkan ke Kepala Desa Pengujan.
“Kalau laut tercemar, dari mana kami mau makan. Bagaimana kehidupan anak dan istri kami, serta keluarga kami,” sebut dia. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News