BATAM – Kebutuhan air baku di Kepulauan Riau (Kepri) semakin meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Namun, Kepri sebagai daerah kepulauan mengalami kesulitan mendapatkan sumber air bersih karena keterbatasan sungai. Akibatnya, pasokan air untuk memenuhi kebutuhan masyarakat belum mencukupi.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera IV, Daniel mengungkapkan, Estuari DAM Teluk Bintan di Kabupaten Bintan yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) menjadi solusi jangka panjang untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Kepri, khususnya di Pulau Batam dan Bintan.
“Saat ini Kepri mengalami defisinair baku di atas 2 ribu liter per detik. Terkait penetapan PSN Estuari DAM Teluk Bintan itu suratnya sudah ada. Pembangunan proyek ini akan dikerjakan oleh PT Moya melalui skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU),” ujarnya, Rabu 6 November 2024.
Daniel menjelaskan, proyek Estuari DAM Teluk Bintan membutukan lahan seluas 5.600 hektar dengan kapasitas tampung air mencapai 256 juta meter kubik. Nantinya, bendungan tersebut akan menghasilkan air baku sebanyak 10 meter kubik atau 10 ribu liter per detik.
“Jadi mulai dari perencanaan, pembebasan lahan, pembangunan fisik bendungan hingga distribusi air baku akan dikerjakan oleh PT Moya. Kami (BWS Sumatera IV) dalam proyek ini bertugas dalam pengawasan dan mengarahkan, terutama terkait alokasi air,” sebutnya.
Daniel menyebutkan, air baku yang dihasilkan bendungan tersebut nantinya tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di Pulau Batam dan Bintan, tetapi juga untuk mendukung kebutuhan air di kawasan industri di Batam seperti Kawasan Industri Wiraraja dan Rempang Eco City.
“Nanti pipa-pipanya akan mengikuti jalur jembatan Batam-Bintan yang sudah direncanakan,” ucapnya.
Ia menambahkan, pembangunan Estuari DAM Teluk Bintan dan Estuari DAM Busung di Kabupaten Bintan harus segera direalisasikan. Sehingga, kebutuhan air baku di Pulau Batam dan Bintan dipastikan dapat terpenuhi hingga 100 tahun ke depan.
“Dana yang dibutuhkan untuk membangun Estuari DAM Teluk Bintan ini mungkin di atas Rp10 triliun, anggarannya itu murni dari pihak swasta,” ujar Daniel.
“Anggaran tersebut akan digunakan untuk membangun fisik bendungan skaligus Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Sehingga air baku yang dihasilkan bisa langsung didistribusikan ke masyarakat. Mudah-mudahan pembangunan kedua bendungan ini bisa dimulai di tahun 2026,” sambungnya. (*)
Ikuti Berita Ulasan.co di Google News