Jakarta – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terus memantau perkembangan kasus Covid-19 varian baru bernama Lambda yang kini sudah tersebar di 29 negara.
Dalam laporan di situs resmi WHO, Lambda pertama kali terdeteksi di Peru pada Agustus 2020 lalu. Belakangan, varian itu menyebar ke berbagai negara.
“Hingga 15 Juni 2021, lebih dari 1.730 sampel sudah diunggah ke basis data GISAID dari 29 negara/teritori/area di lima kawasan WHO,” demikian bunyi laporan WHO.
WHO menjabarkan bahwa varian Lambda itu kebanyakan terdeteksi di negara-negara Amerika Selatan, yang terbanyak di Chile dengan 30 persen dari keseluruhan kasus.
Sebagai tempat awal varian baru ini ditemukan, Peru melaporkan bahwa 81 persen Covid-19 baru di negaranya sejak April terkait dengan Lambda.
Selain itu, Covid-19 varian Lambda juga terdeteksi di Ekuador dan Argentina. Argentina melaporkan peningkatan penularan Covid-19 varian Lambda hingga mencakup 37 persen dari keseluruhan kasus di negaranya.
Baru-baru ini, Inggris juga mendeteksi enam kasus Covid-19 varian Lambda. Menurut Kementerian Kesehatan Inggris, keenam orang itu baru bepergian dari luar negeri.
Saat ini, WHO sendiri sudah memasukkan corona varian Lambda ke dalam kategori Variant of Interest (VOI), atau klasifikasi di mana mutasi terbukti menyebabkan penularan pada banyak kasus dan klaster di berbagai belahan dunia.
VOI dapat berubah menjadi Variant of Concern (VOC) jika mutasi terbukti memiliki tingkat penularan dan keparahan lebih tinggi, yang lantas menambah ancaman pada mekanisme penanganan kesehatan saat ini.
Jika dinyatakan sebagai VOC, varian Covid-19 itu berarti lebih berbahaya karena dapat lebih menular, mematikan, atau menembus pertahanan vaksin. *
Pewarta : Antara
Editor : MD Yasir