Ajang Mengatasi Sampah Plastik se-ASEAN Dimenangi Inovator Indonesia

Plastik
ilustrasi - Pekerja melakukan pencacahan sampah botol plastik menggunakan mesin untuk didaur ulang di Bali Pet Collection Center, Denpasar, Bali, Rabu (1/12/2021). (ANTARA FOTO/Nyoman Hendra Wibowo/foc)

Jakarta – Final ajang mengatasi sampah plastik atau Pitching Ending Plastic Pollution Innovation Challenge (EPPIC) 2021 dimenangi inovator asal Indonesia yakni Tim Siklus.

Setelah itu, Siklus akan melanjutkan implementasi solusi yang mereka usung di Mandalika, Lombok, NTB.

Final EPPIC 2021 merupakan program United Nation Development Program (UNDP) Indonesia dan Filipina, melalui proyek Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN-PSL), dan Archipelagic and Island States (AIS) Forum, Norwegian Agency for Development Cooperation (Norad), dan Kementerian Luar Negeri Norwegia, serta Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves).

Deputi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Nani Hendiarti dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (16/12) berharap EPPIC dapat dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia, bahkan di ASEAN.

“Melalui EPPIC, para peserta dapat belajar dari inovator luar negeri. Begitu juga sebaliknya. Kami berharap inovator dapat membuat solusi, yang dapat mengatasi sampah plastik di ASEAN,” kata Nani.

Setelah melalui inkubasi selama tiga bulan, terpilihlah empat tim terbaik yang berhasil memenangkan pendanaan awal proyek sebesar 72.000 dolar AS dari 17 finalis yang berasal dari berbagai negara di ASEAN.

Mereka juga mendapatkan pendampingan selama sembilan bulan, yang akan dilakukan oleh UNDP Innovation Hub bekerjasama dengan para investor.

Resident Representative UNDP Indonesia Norimasa Shimomura berharap ke 17 inovator tersebut, bisa mengubah tantangan tersebut menjadi peluang untuk menerapkan ekonomi sirkular dan pengembangan masyarakat.

“Semoga semua inovasi dari peserta mampu mendorong perubahan positif, dan melibatkan masyarakat sekitar untuk menyelesaikan permasalahan sampah plastik di laut,” ujar Norimasa.

Selain tim Siklus, tim Alterpack dari Singapura juga akan bergabung untuk mengimplementasikan solusi yang mereka usung di Mandalika.

Sementara itu, TrashCash dan PureOcean dari Filipina berhasil keluar sebagai pemenang EPPIC Fase II dan akan mengimplementasikan inovasinya di Pulau Samal, Filipina.

Studi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di tahun 2018, menunjukkan bahwa 0,26-0,59 juta ton sampah plastik mengalir ke laut.

Merespon temuan ini, Pemerintah Indonesia melalui Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) berkomitmen untuk mengurangi 70 persen sampah plastik di laut pada tahun 2025.

EPPIC merupakan bagian dari aksi dan edukasi dalam pelaksanaan RAN PSL, dan AIS Forum untuk mencapai target tersebut.

Dengan harapan dapat mendorong masyarakat dalam menciptakan beragam inovasi, untuk mempercepat pengurangan sampah plastik di laut.

EPPIC merupakan kompetisi terbaru di tingkat ASEAN, yang mengajak semua inovator untuk berbagi ide cemerlang dalam menangani polusi plastik.

Sebelumnya, EPPIC 2020 telah dilaksanakan di Vietnam dan Thailand, dan di tahun 2021 ini EPPIC dilaksanakan di Indonesia dan Filipina.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *