BPS: Ekspor Batam Juni 2024 Naik 5,96 Persen, Didominasi Non Migas

Terminal bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Batu Ambar, Batam. (Foto:Irvan Fanani/Ulasan.co)

BATAM – Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batam mencatat kegiatan ekspor di Kota Batam, Kepulauan Riau (Kepri) per Juni 2024 mengalami peningkatan 5,96 persen atau US$ 1.357,29 juta.

Kepala BPS Kota Batam, Eko Aprianto mengatakan bahwa ekspor migas dan non migas pada Juni 2024 masing-masing mengalami kenaikan 1,17 persen dan 6,29 persen bila dibandingkan Mei 2024.

“Ekspor migas mencapai US$ 83,58 dan non migas mencapai US$ 1.273,71 juta,” ujar Eko Aprianto, Senin 5 Agustus 2024.

Dia menjelaskan, ekspor non migas terbesar Juni 2024 didominasi oleh produk manufaktur berupa mesin dan peralatan listrik senilai US$ 478,57.

Selanjutnya, diikuti oleh produk baja US$ 343,42 juta dan produk mesin dan pesawat mekanik sebesar US$ 158,81 juta.

“Produk mesin dan peralatan listrik memberi andil ekspor non migas terbesar selama Januari hingga Juni 2024 yaitu senilai US$ 3.328,02 juta,” sambung Eko.

Adapun negara tujuan ekspor Kota Batam terbesar pada Juni 2024 yakni Singapura, dengan nilai ekspor mencapai US$ 354,16 juta. Lalu, Amerika Serikat US$ 251,31 juta dan Australia sebesar US$ 104,83 juta.

“Nilai ekspor Kota Batam terbesar pada Mei 2024 adalah melalui Pelabuhan Batu Ampar yakni mencapai US$ 706,48 juta, disusul Pelabuhan Kabil/Panau US$ 382,01 juta, Sekupang US$ 170,52 juta dan Pelabuhan Belakang Padang US$ 82,11 juta,” kata Eko.

Sementara itu, nilai impor Kota Batam pada Juni 2024 mencapai US$ 1.139,38 juta, atau turun 4,51 persen dibandingkan Mei 2024.

Penurunan impor tersebut, kata dia, didorong oleh sektor migas dan non migas yang tercatat mengalami penurunan masing-masing sebesar 62,34 persen dan 4,11 persen.

“Impor non migas terbesar berasal dari golongan barang mesin dan peralatan listrik yang mencapai US$ 470,92 juta atau sebesar 39,74 persen dari total impor non migas selama Juni 2024,” terang Eko.

Sementara itu, negara pemasok barang impor terbesar pada Juni 2024 ditempati Tiongkok dengan nilai impor US$ 445,91 juta. Kemudian diikuti Singapura US$ 147,73 juta dan Jepang US$ 88,10 juta.