Wisman Singapura Masuk Kepri Cukup Tes Astigen
TANJUNGPINANG – Dinas Pariwisata Kepualau Riau (Dispar Kepri) berterima kasih atas kemudahan yang diberikan kepada wisatawan mancanegara (wisman) berlibur ke Kepri.
Terbaru aturan dilonggarkan adalah syarat kedatangan bagi wisman asal Singapura yang akan berlibur ke Kepri. Setelah dibebaskan visa dan karantina, kini wisman Singapura tidak lagi diwajibkan tes PCR.
Hal ini diungkapkan Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, setelah melakukan kunjungan ke Kantor Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), di Jakarta, Selasa (05/04).
Ansar mengungkapkan, meski telah dibebaskan tes PCR, para wisman Singapura tetap harus menjalani tes Antigen di pintu masuk pelabuhan internasional di Kepri.
“Tentunya ini jadi kabar baik, semoga wisatawan dari Singapura semakin tertarik berlibur ke Kepri, karena syaratnya kian memudahkan mereka,” ujar Ansar.
Saat dikonfirmasi alasan dihapusnya tes PCR dan diganti Antigen, Ansar menjelaskan bahwa pemerintah mempertimbangkan seperti kebijakan Singapura yang juga hanya menerapkan rapid Antigen bagi wisatawan yang masuk ke negeri singa tersebut.
Aturan tersebut juga terdapat Surat Edaran Nomor IMI-0549.GR.01.01 Tahun 2022 dari dalam Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Direktorat Jenderal Imigrasi tentang kemudahan keimigrasian dalam rangka mendukung pariwisata berkelanjutan pada masa pandemi corona virus disease 2019.
Ada 43 negara yang mendapatkan bebas visa kunjungan khusus wisata dan visa kunjungan saat kedatangan khusus wisata ke Kepri.
Kepala Dispar Kepri, Buralimar sangat berterima kasih dengan segala kemudahan yang diberikan. Ia mengarahkan untuk tetap mengikuti kebijakan pusat.
Selain menguatkan promosi berlibur #diindonesiasaja dan #berwisatadiindonesiasaja, ada beberapa permintaan kebijakan khusus yang disebabkan beberapa alasan.
“Kedekatan atau proximity dengan Singapore dan Malaysia, ini keunggulan komparatif kita. Sejak awal dulu kedekatan Kepri dengan kedua negara terjalin dalam bisnis perdagangan keluarga dan lain-lain. Sampai sekarang dan ini kita manfaatkan juga untuk pariwisata,” kata Buralimar, Rabu (06/04).
Buralimar menyebutkan segala upaya yang telah dilakukan itu karena Kepri tidak hanya punya budaya,
alam dan juga kerap menggelar event kreativitas/buatan seperti event sport tourism yang mendunia di Bintan dan Batam.
“Ini harus dikembangkan terus. Sebagai pintu masuk kedua tahun 2019, di mana ada 2,8 juta wisman, memberikan efek yang baik untuk perekonomian Kepri dan menghasilkan devisa untuk negara,” ujar Buralimar.
Ia menegaskan butuh kebijakan khusus untuk Kepri, terutama diskresi terhadap wisatawan. Pihaknya tetap dorong wisatawan nusantara (wisnus) sejalan dengan peningkatan wisman. Untuk datang ke Kepri memerlukan transportasi udara karena letaknya relatif jauh dari beberapa provinsi. Hanya 1 atau 2 provinsi seperti Riau dan Jambi yang relatif dekat melewati jalur laut.
“Jadi kalau mengandalkan Wisnus saja kita kalah dengan provinsi lain. Ke depan Batam dan Bintan di Kepri yang sudah punya dua bandara. Bisa dijadikan hubungan internasional ke provinsi lain, seperti saat ini Sumbar menjajaki kerja sama itu,” imbuhnya.
Buralimar berpendapat, Kepri khususnya di Batam dan Bintan dapat dijadikan etalase promo budaya untuk provinsi lain dan provinsi lain pun bisa membuat event-event di Bintan dan Batam yang bisa didatangi oleh wisman dari Singapura dan Malaysia. Termasuk ekspatriat yang bekerja di sana dan wisman negara lain yang datang ke Singapura dan Malaysia.
Baca juga: Dispar Kepri Fasilitasi Pegiat Pariwisata Mengikuti Standarisasi Industri dan Usaha
Kepri bisa jadi masa depan Pariwisata Indonesia. Apalagi ada Natuna dengan geoparknya. Anambas dengan pulau terindahnya. Lingga dengan asal budaya melayunya dan tanah para raja-rajanya.
“Saat ini mungkin Batam dan Bintan tapi suatu saat bisa dikembangkan semua destinasinya. Perlu waktu memang lima hingga sepuluh tahun ke depan. Tapi harus fokus dan terus mencoba berbagai hal dari aturan dan pembangunannya.”
“Membangun pariwisata itu, saat ini tidak semata budaya. Basisnya bukan semata budaya, tapi kreativitas, semua bisa dijual untuk pariwisata. Contoh kreativitas adalah ekonomi kreatif, tapi bukan semata UMKM. Walaupun UMKM bagian dari Ekraf. Juga sport tourism itu bentuk kreativitas. Itu semua ada di Kepri,” pungkas Buralimar. (*)