BATAM – Forum Demokrasi Milenial (FDM) Batam mengusulkan agar visi dan misi pasangan calon kepala daerah (Paslon Kada) diuji di ruang akademik.
Adapun tujuannya untuk menakar sejauh mana, program yang ditawarkan paslon kada bisa diwujudkan dalam perhelatan Pilkada serentak 2024 nanti.
Kordinator FDM Batam, Ajai mengatakan bahwa forum akademik memiliki peran strategis dalam menilai kemampuan calon untuk memahami persoalan daerah dan menawarkan solusi nyata.
“Visi misi bukan sekadar janji politik. Melalui ruang akademik, kita bisa melihat apakah program yang ditawarkan betul-betul berdasarkan analisis yang kuat atau hanya sekadar jargon populis,” ujar ajai, Sabtu, 07 September 2024.
Sementara itu, Sekretaris FDM Batam Amelia Safitri mengatakan, pengujian semacam ini perlu diinisiasi oleh berbagai pihak termasuk akademisi, mahasiswa, aktivis, organisasi mahasiswa dan pihak universitas, agar setiap calon dapat diuji secara objektif dan ilmiah.
“Diskusi yang terarah dan berbasis data, akan menyingkap apakah calon punya kapasitas untuk membawa perubahan atau hanya mengulang kebijakan lama,” kata Amelia Safitri yang juga ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Ibnu Sina Batam ini.
Dia pun mengatakan, FDM siap berkolaborasi dengan pihak manapun yang selaras dengan pemikiran ini demi mewujudkan diskursus akademis tersebut termasuk organisasi kampus, pihak universitas bahkan penyelenggara.
“Karena FDM juga berisikan kader-kader P2P, dalam waktu dekat kami akan sampaikan ide ini kepada KPU maupun Bawaslu kota Batam,” jelas Amelia.
Sepakat dengan itu, Pengurus FDM Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Ferdi turut angkat bicara, ia menyebutlan bahwa ruang akademik dapat menghindari pengaruh politik praktis yang kerap mendominasi debat publik.
“Debat di forum akademik berbeda dari kampanye terbuka. Di sana, calon harus mempertanggungjawabkan program kerjanya secara rasional,” sebut Ferdi.
Menurutnya, keterlibatan ruang akademis akan memperkaya diskursus politik lokal, memberikan sudut pandang yang lebih kritis, dan menggali aspek teknis dari visi misi yang mungkin luput dari perhatian publik.
“Akademisi punya kapasitas untuk membedah lebih dalam setiap aspek program yang ditawarkan, dari sisi anggaran, implementasi, hingga dampak jangka panjangnya,” ungkap dia.
Menurutnya, tradisi pengujian visi misi di ruang akademik dapat menjadi terobosan baru dalam setiap pemilihan kepala daerah di Kepri, termasuk Batam.
Dia juga berharap, langkah tersebut dapat memastikan pemilih tak hanya terpesona oleh retorika politik, tetapi juga memahami substansi dari program yang ditawarkan. Sehingga publik dapat menakar dengan jernih kompetensi calon kepala daerah.
“Pemimpin yang baik bukan hanya yang piawai bicara, tapi juga mampu memecahkan persoalan dengan pendekatan ilmiah dan strategis,” tutup dia.