Fenomena Perang Sarung Dapat Membahayakan Remaja

Perang Sarung
Kabid Pemenuhan Hak Anak (PHA) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kepulauan Riau (Kepri), Andi Kurniawan, (Foto: Randi Rizky K)

TANJUNGPINANG – Fenomena perang sarung oleh anak-anak dan remaja di bulan suci Ramadan menjadi sorotan banyak pihak. Sebab, dampak perang sarung itu dapat membahayakan remaja.

Kabid Pemenuhan Hak Anak (PHA) Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kepulauan Riau (Kepri), Andi Kurniawan, menyoroti fenomena perang sarung yang saat ini menjadi tren di kalangan anak-anak dan remaja di Kepri.

Menurutnya, fenomena ini sudah mengganggu ketentraman masyarakat dan berpotensi menciptakan perilaku negatif seperti kenakalan remaja dan kecelakaan, maka semua pihak harus memberikan perhatian untuk menyelidiki penyebab tren perang sarung ini.

Ia juga menganggap aksi yang dilakukan anak-anak dan remaja tersebut merupakan masalah yang hampir setiap tahun terjadi.

“Sebenarnya, hal ini bisa saja menjadi sesuatu yang positif dan menarik selama Ramadan, namun dalam beberapa kasus telah menyebabkan ketidaknyamanan terutama bagi pengguna jalan,” ujarnya.

Andi menjelaskan, anak-anak dan remaja yang terlibat dalam perang sarung merupakan generasi Z yang selalu ingin tahu tentang informasi. Menurutnya, generasi ini memiliki rasa ingin tahu yang besar sehingga cenderung untuk mengaktualisasikan diri mereka sendiri.

“Mereka ingin dilihat lebih dari yang lain, sehingga saya pikir wajar saja hal ini terjadi,” tambahnya.

Ia juga menilai sejumlah aksi pengamanan yang dilakukan pihak kepolisian di sejumlah wilayah di Kepri sebagai upaya memberikan efek jera kepada anak-anak dan remaja yang terlibat perang sarung di jalanan.

“Saya pikir polisi melakukan itu agar ada efek jera karena telah membuat masyarakat merasa tidak nyaman. Hal ini mungkin akan membuat kegiatan mereka lebih positif ke depannya,” ungkapnya.

Andi melanjutkan penjelasannya, bahwa kejadian kenakalan ini biasanya terjadi di luar sekolah, seperti perang sarung dan balapan liar. Biasanya juga terjadi di malam hari, bahkan kadang-kadang menjadi tontonan masyarakat.

Dengan kondisi itu, Andi menyampaikan, pihaknya telah lama berupaya mengatasi kenakalan remaja tersebut melalui program Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga).

Lewat program tersebut, DP3AP2KB Kepri berupaya melakukan upaya promosi dan preventif melalui pembinaan, edukasi, dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Tanjungpinang dan Bintan. Sementara untuk daerah lainnya, pihaknya lebih mengedepankan upaya persuasif dengan melibatkan Puspaga yang ada di masing-masing kabupaten/kota.

“Saat ini kita sudah masuk ke beberapa SMA/SMK yang terutama berada di Tanjungpinang dan Bintan,” ujarnya.

Selain itu, DP3AP2KB juga telah menyediakan fasilitas Pusat Konsultasi Keluarga bagi orang tua yang kesulitan menangani kenakalan anak yang telah mengarah kepada hal-hal negatif. Dengan memanfaatkan fasilitas ini, orang tua dapat berkonsultasi dengan konselor yang ada di Puspaga Gurindam.

“Orang tua bisa menghubungi kami di Hotline 0812-6660-771,” ujarnya.

Baca juga: Gubernur Kepri Respons Aksi Perang Sarung Marak saat Ramadan

Tidak hanya itu, DP3AP2KB Kepri juga telah melakukan edukasi dan sosialisasi kepada Badan Kontak Majelis Ta’lim (BKMT) terkait penanganan masalah kenakalan remaja.

Tak hanya itu, Pemerintah Provinsi Kepri, menurutnya, juga telah membentuk sebuah forum anak yang menjadi wadah bagi anak-anak untuk berkreativitas.

“Upaya-upaya ini kami harap dapat lebih mengarahkan anak dan remaja kepada aktivitas yang lebih positif dan produktif,” harapnya. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News