JAKARTA – Indonesia memiliki potensi besar untuk pengembangan energi surya dalam negeri. Namun sayangnya, ‘harta karun’ berupa pasir kuarsa yang melimpah itu justru diekspor besar-besaran ke China.
Padahal pasir kuarsa yang melimpah itu, bisa diolah sebagai bahan baku panel surya untuk pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).
Dilansir dari cnbc, Direktur PT Samindo Resoures Tbk (MYOH), Gilbert Markus Nisahpih menyebutkan, bahwa ekspor pasir kuarsa dari Indonesia ke Negeri Tirai Bambu alias China semakin besar sejak 6 bulan terakhir.
Gilber juga menjelaskan, China saat ini tengah menggenjot produksi panel surya yang salah satu bahan utamanya menggunakan pasir kuarsa.
Lantaran Indonesia merupakan salah satu pemilik tambang pasir kuarsa yang besar, maka China pun mengimpor harta karun itu dari Indonesia.
“Kita dapat berita bahwa dalam 3 hingga 4 bulan, bahkan 6 bulan terakhir. Itu ekspor kuarsa kita, pasir kuarsa, batu kuarsa, itu ke China semakin besar. Akhirnya dilakukan pengecekan, kenapa nih China minta kuarsa semakin banyak dari kita. Ternyata mereka mengembangkan solar cell energi matahari,” jelas Gilbert, dalam program Sustainable Future, dikutip Selasa (26/9/2023).
Gilbert juga menyebutkan, sebenarnya Indonesia memiliki potensi yang besar untuk pengembangan energi surya dalam negeri.
Dengan begitu, Gilbert mendorong agar sebaiknya produksi panel surya yang menggunakan pasir kuarsa di Indonesia dilakukan dalam negeri.
Dengan begitu, ia menilai Indonesia bisa memproduksi panel surya dan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenanga Surya (PLTS) dalam negeri.
“Sehingga pemerintah dalam diskusi, kami juga diundang, mengatakan ini kita harus antisipasi. Kalau memang dia semakin banyak menggunakan pasir kuarsa dan datangnya dari kita, kenapa nggak pabriknya, solar panelnya kita datangkan ke sini,” tambahnya.
Baca juga: Plastik Ramah Lingkungan Buatan Unpad, dari Limbah Cangkang Udang
Seperti diketahui, berdasarkan data Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral, Batu Bara, dan Panas Bumi Indonesia tahun 2020, Indonesia tercatat memiliki sumber daya pasir kuarsa hingga 2,1 miliar ton, dan cadangan sebesar 330 juta ton.
Ketua Indonesian Mining & Energy Forum (IMEF), Singgih Widagdo pun tak menampik besarnya cadangan pasir kuarsa di Indonesia.
Menurut Singgih, di dunia perindustrian penggunaan pasir silika saat ini cukup besar. Contohnya, untuk kebutuhan industri gelas, semen, beton, keramik, tekstil, kertas, kosmetik, elektronik, cat, film, pasta gigi, dan lain-lain.
Sebagian besar, lanjut Singgih, masih dapat memakai pasir silika dengan kandungan Si02 99,5 persen. Namun impuritas bisa jadi masih 200 ppm (fe/besi dan lain-lain).
Begitu juga dengan sel panel surya yang terbuat dari silika stone, di mana sebelumnya impuritas bisa di bawah 120 ppm.
Tapi dengan kemajuan teknologi, menurutnya sel panel surya atau pembangunan ekosistem kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dapat dihasilkan dengan pasir silika.
“Harus diakui pasir kuarsa atau pasir silika salah satu material alam yang melimpah di Indonesia,” ungkap Singgih, Rabu (9/8/2023).
Namun demikian, dia menilai, rencana penghentian ekspor pasir kuarsa harus mempertimbangkan beberapa faktor terlebih dahulu seperti serapan industri di dalam negeri, teknologi, dan produksi pasir silika.
“Dengan alasan meningkatkan nilai tambah, serapan tenaga kerja, target investasi agar industri terkait dengan pasir silika, tentu tepat Pemerintah merencanakan untuk menyetop ekspor pasir silika. Namun kembali lagi kebijakan tersebut telah mempertimbangkan serapan di dalam negeri, teknologi pasir silika/kuarsa yang impuritas masih cukup besar dan produksi pasir silika sendiri,” jelas Singgih.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, pemerintah berencana untuk segera melarang ekspor pasir kuarsa.
Bukan tanpa alasan, rencana penghentian ekspor pasir kuarsa ini guna mendorong hilirisasi di Tanah Air. Jokowi menyebutkan, turunan produk pasir kuarsa/silika bisa mencapai 60 ribu.
Oleh karena itu, bila diolah di dalam negeri dan bisa bernilai tambah besar bagi negara ini.
“2027 ekosistem EV harus tuntas. Semua hilirisasi, termasuk pasir silika, juga akan kita larang ekspor. Kalau pasir silika ini saya sudah hitung turunannya ada 60 ribu, ada nilai tambah yang besar,” ungkap Jokowi di Istana Negara beberapa waktu lalu.