Oleh: Hendri Efendi, HMI Komisariat FISIP UMRAH cabang Tanjungpinang-Bintan
Pendahuluan
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Didirikan pada 05 Februari 1947 (14 Rabiul Awwal 1366 H) oleh Lafran Pane dan 14 mahasiswa Sekolah Tinggi Islam di Yogyakarta, yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Indonesia.
Organisasi ini lahir dari kebutuhan untuk memberikan wadah bagi mahasiswa Islam dalam mengekspresikan dan memperjuangkan nilai-nilai keagamaan, terutama setelah Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY) dianggap tidak memenuhi aspirasi tersebut.
HMI menggabungkan elemen keislaman dan keindonesiaan sebagai landasan untuk mencapai kemajuan bangsa. Tujuan utama berdirinya HMI adalah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, meningkatkan derajat rakyat, serta menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Sejak awal berdiri, HMI berkomitmen untuk menjadi organisasi independen yang tidak terikat pada partai politik manapun, sehingga mahasiswa dapat menyuarakan aspirasi mereka secara bebas. Selama perjalanannya, HMI telah menghadapi berbagai tantangan, termasuk masa Orde Baru, dan berperan aktif dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.
Selain itu, para anggotanya juga serta dalam perjuangan fisik untuk menegakkan pelestarian bangsa. Lafran Pane selalu menekankan pentingnya organisasi ini sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan keislaman dan keindonesiaan di kalangan pelajar.
Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang tercantum pada pasal 6, HMI diakui sebagai organisasi mahasiswa. Fokus utama HMI bukanlah pada politik atau partai politik, melainkan pada pengembangan karakter mahasiswa yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan yang utuh.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, HMI sering kali dikaitkan dengan politik dan perebutan kekuasaan oleh individu-individu tertentu dalam organisasi. Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana HMI dapat mempertahankan independensinya di tengah kontestasi politik yang semakin kuat saat ini?
Pembahasan
‘Mengukuhkan kembali semangat perkaderan HMI dalam jiwa mahasiswa’
Mahasiswa adalah individu yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, dan memiliki karakteristik seperti berpikir kritis, rasional, serta peka terhadap isu-isu sosial. Mereka menyadari tanggung jawab mereka dalam mendorong kemajuan umat dan bangsa.
Sesuai dengan pasal 6 AD/ART HMI, organisasi ini berstatus sebagai organisasi mahasiswa. Peran kader HMI dalam membangkitkan semangat perkaderan dan menanamkan nilai-nilai HMI sangat krusial bagi kehidupan mahasiswa di kampus. Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran penting dalam menentukan masa depan bangsa.
Korelasi antara nilai-nilai HMI dan kehidupan di kampus sangat kuat, terutama terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Hal ini sejalan dengan tujuan HMI untuk menciptakan kehidupan mahasiswa yang komprehensif.
Sebagai organisasi mahasiswa, HMI berfungsi untuk mewujudkan lingkungan kampus yang berlandaskan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Mahasiswa sebagai agen perubahan harus menyadari peran mereka dalam mendukung pembangunan bangsa karena mereka adalah generasi penerus yang akan memimpin di masa depan.
Oleh karena itu, proses perkaderan menjadi sangat penting untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi pemimpin yang akan memimpin umat dan bangsa dengan prinsip-prinsip keislaman dan kebenaran.
Mahasiswa harus terus berusaha untuk memperoleh ilmu pengetahuan demi mencapai kesejahteraan masyarakat. Ciri dan karakter mahasiswa menunjukkan bahwa HMI merupakan organisasi yang menjunjung tinggi prinsip independensi.
HMI harus berfungsi sebagai wadah perkaderan yang mendorong dan menanamkan nilai-nilai kebenaran, sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memajukan peradaban bangsa.
Kualitas kader HMI perlu ditingkatkan melalui berbagai program pengembangan, agar mereka mampu menghasilkan SDM unggul yang mendukung kemajuan bangsa dan peradaban umat secara berkelanjutan.
Kader HMI diharapkan selalu memberikan manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat, sehingga HMI dapat terus berperan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan tempat berkumpulnya cendekiawan muslim berkualitas. Tujuan mulia ini adalah untuk menyejahterakan masyarakat secara adil dan makmur serta memajukan bangsa dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan.
Menjaga independensi HMI dari arus kontestasi politik
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diakui sebagai salah satu organisasi mahasiswa Islam terbesar dan tertua di Indonesia. Sejak awal berdirinya, HMI tidak didirikan berdasarkan kepentingan politik. Namun, dalam konteks politik yang semakin kuat saat ini, penting bagi setiap kader HMI untuk menegaskan independensinya.
Ada kekhawatiran di kalangan kader bahwa kekuatan politik dapat menyebabkan intervensi dari alumni yang memegang posisi penting dalam pemerintahan. Oleh karena itu, menjaga independensi kader HMI dari politik praktis menjadi sangat penting, sesuai dengan amanat konstitusi HMI yang menegaskan bahwa independensi adalah hak asasi utama bagi setiap kader.
Pada Pasal 5 AD/ART HMI menegaskan bahwa organisasi ini bersifat independen, artinya tidak terikat pada organisasi atau partai politik manapun, karena HMI ditujukan untuk mahasiswa dan bukan untuk kepentingan politik. Mahasiswa harus bersikap netral dan tidak terlibat dalam partai politik (Parpol).
Setelah menjadi alumni, mereka tidak lagi terikat dengan HMI dan memiliki aturan atau AD/ART tersendiri.HMI diharapkan menjadi wadah bagi pengembangan cendekiawan muslim yang maju dan berpikiran cerdas. Kemandirian setiap kader HMI sangat diharapkan agar mereka dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada seniornya, mampu menghasilkan ide-ide kreatif, dan memberikan dampak positif bagi lingkungan mereka.
Dalam situasi politik yang kuat saat ini, HMI sebagai organisasi mahasiswa perlu memperkuat independensinya. Kader HMI seharusnya memberikan kritik dan masukan terhadap kebijakan pemerintah dan menyatakan kritis terhadap dampak kebijakan tersebut bagi masyarakat.
Dalam sistem demokrasi, partisipasi HMI dalam mengawasi kebijakan pemerintah sangat diharapkan agar tujuan HMI, seperti yang tercantum dalam pasal 4 AD/ART, yaitu “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT ,” dapat tercapai.
Untuk mewujudkan tujuan HMI sebagai organisasi perjuangan yang mandiri, diperlukan penguatan nilai-nilai HMI dalam jiwa setiap kader. Saat ini, HMI menghadapi tantangan besar karena sebagian oknum memanfaatkan organisasi ini untuk kepentingan pribadi, seperti obsesi terhadap jabatan dan kekuasaan, serta pemikiran pragmatis.
Hal ini berisiko menjadikan HMI sebagai alat politik yang menyimpang dari cita-cita awalnya. Akibatnya, HMI dipandang sebelah mata dan belum mampu sepenuhnya merealisasikan tujuan utamanya, yaitu menciptakan mahasiswa berkualitas intelektual tinggi yang berkontribusi pada kemajuan bangsa dan umat.
Independensi HMI harus tetap dijaga sesuai dengan amanat konstitusinya, yang menegaskan bahwa organisasi ini tidak memihak pada partai politik atau kepentingan politik tertentu.
Fokus utama HMI adalah menjadi garda terdepan dalam perjuangan bangsa Indonesia, dengan menyatukan dan mengendalikan kebijakan pemerintah yang berdampak pada masyarakat.
Dalam konteks politik saat ini, kader HMI harus meningkatkan kualitas intelektual mereka agar mampu bertahan dari dinamika yang ada dan tetap memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.Sebagai organisasi dengan sejarah besar, HMI perlu kembali ke jalur perjuangannya untuk memajukan umat dan bangsa melalui penerapan nilai-nilai Islam secara utuh.
Dengan demikian, HMI dapat menjadi wadah bagi pengembangan cendekiawan Muslim yang tidak hanya kritis terhadap kebijakan pemerintah tetapi juga inovatif dalam memberikan solusi bagi permasalahan sosial. Melalui penguatan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, HMI diharapkan mampu mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Independensi dan HMI adalah dua hal yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. HMI tidak menolak politik atau aktivitas sosial, karena politik bukanlah ranah terlarang selama penguasa memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
HMI selalu berperan sebagai agen kontrol terhadap setiap program pemerintah. Kader HMI perlu memahami konstitusi secara menyeluruh agar tidak terjadi kesalahpahaman mengenai konsep politik. Selama mereka masih menjadi mahasiswa dan bagian dari HMI, penting untuk menjaga independensi agar organisasi ini tidak dipandang negatif oleh masyarakat.Menegakkan kemerdekaan bukanlah hal yang mudah.
Hal ini memerlukan partisipasi aktif dari seluruh kader HMI untuk mempertahankannya bersama-sama. Tantangan yang dihadapi HMI tidak hanya berasal dari kekuasaan politik, tetapi juga dari tarik-menarik kekuasaan internal.
Beberapa oknum menganggap jabatan dan kekuasaan sebagai hal yang harus diperjuangkan demi kepentingan pribadi. Hal ini harus dihindari, karena HMI seharusnya tidak mengenal kekuasaan, melainkan fokus pada pencapaian masyarakat yang adil dan sejahtera serta penerapan nilai-nilai Islam secara menyeluruh.
Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian ulang mengenai pemahaman konsep HMI agar setiap kader tidak salah kaprah dan menjadikan organisasi ini sebagai alat untuk kepentingan politik. Peningkatan kualitas diri kader dan proses perkaderan sangat penting.
HMI dapat menanamkan nilai-nilai intelektualnya dengan mendorong kader untuk meningkatkan pengetahuan melalui membaca, berdiskusi, dan berbagai kegiatan lainnya. Aktivitas-aktivitas kecil ini, jika dilakukan secara konsisten, akan menjadikan kader sebagai cendekiawan yang berwawasan luas dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang mumpuni untuk memperjuangkan nasib umat dan bangsa.
Penulis berharap agar kita semua dapat bersama-sama menjaga independensi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di tengah dinamika politik yang ada saat ini. Peningkatan kualitas diri kader sangatlah penting, karena masa depan bangsa ini bergantung pada pelajar.
Kemudian, HMI harus tetap menjadi sumber ilmu bagi pelajar dan pelopor kemajuan masyarakat. Organisasi ini didirikan berdasarkan kepentingan pelajar dan masyarakat serta untuk kemajuan bangsa, bukan untuk kepentingan politik.
HMI bertujuan untuk menciptakan kehidupan masyarakat Indonesia yang maju sesuai dengan nilai-nilai Islam dan keindonesiaan. Kita perlu sejauh mana perjuangan kita untuk HMI dan umat, serta apakah kita telah menerapkan nilai-nilai Islam sesuai dengan cita-cita awal Lafran Pane.
Meskipun politik itu penting, sebagai mahasiswa, saat ini kita belum mempunyai keterbatasan untuk terjun ke ranah politik. Tugas pelajar adalah menjadi agen perubahan dan pengawas kebijakan pemerintah.Kebijakan yang baik atau buruk akan berdampak pada masyarakat, sehingga kader HMI harus mampu menganalisis dan menilai kebijakan tersebut.
Tujuan menjadi mahasiswa bukan untuk menjadi alat politik atau berebut kekuasaan, tetapi untuk menjadi insan akademis, pengabdi, pencipta, dan bertanggung jawab atas terciptanya masyarakat yang adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Mahasiswa harus menghindari sikap pragmatis dan selalu berpartisipasi dalam menegakkan kebenaran, karena mereka memegang amanah dan tanggung jawab Allah SWT untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang maju serta masyarakat yang adil dan sejahtera.