Israel-Iran Sudah Bermusuhan Sejak Tahun 1979, Begini Sejarahnya

Ilustrasi bendera Iran-Israel. (Foto:Dok/iStockphoto)

JAKARTA – Geopolitik di Timur Tengah sedang tidak stabil, lantaran meningkatnya ketegangan antara Israel-Iran. Dalam sejarahnya, Israel-Iran sudah bermusuhan sejak tahun 1979 silam.

Bahkan selama beberapa dekade, Israel dan Iran sudah berkali-kali melancarkan perang bayangan dan saling bertukar serangan lewat darat, laut, udara, dan bahkan serangan dunia maya.

Rentetan serangan drone bersenjata dan rudal yang diluncurkan Iran ke Israel, Sabtu 13 April 2024 malam, merupakan serangan kali pertama Iran ke Israel secara langsung dari wilayahnya sendiri dan menjadi peristiwa yang bersejarah.

Kini situasi hubungan Iran dan Israel makin memburuk, terutama sejak Iran melakukan serangan pada 13 April 2024 menyatakan sebagai respons terhadap jet tempur Israel yang menargetkan konsulat Iran di Suriah awal April lalu yang menyebabkan kematian komandan militer senior mereka.

Sejarah juga mencatat, bahwa Iran adalah salah satu negara pertama di kawasan yang mengakui pembentukan negara Israel pada tahun 1948. Baru setelah tahun 1979 hubungan diplomatik mereka berakhir.

Beberapa rudal balistik antarbenua presisi buatan Iran yang dipamerkan pada 22 Agustus 2023 lalu di Teheran. (Foto:Dok/Iran’s Presidency/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS).
Baca juga: Netanyahu Ditelpon Biden, Israel Batalkan Rencana Serangan Balasan ke Iran

Sejak revolusi Islam tahun 1979, konflik Iran dengan Israel secara bertahap berkembang secara geografis dan strategis. Pada tahun 2019, permusuhan tidak lagi terjadi dalam bentuk perang bayangan.

Iran telah mengerahkan personel, uang, dan/atau materi untuk membantu sekutunya di tiga perbatasan Israel-Lebanon, Suriah, dan wilayah Palestina. Baik Iran maupun Israel juga memperingatkan adanya konflik langsung.

Bahkan sejarahnya, selama lebih dari empat dekade semua kampanye militer besar Israel dilakukan dengan salah satu sekutu, mitra, atau proksi Iran.

1982 hingga 2000: Hizbullah selama dan setelah Operasi Perdamaian Galilea

1987 hingga 1993: Hamas dan Jihad Islam selama Intifada Pertama Palestina

2000 hingga 2005: Hamas dan Jihad Islam selama Intifada Kedua Palestina

2006: Hizbullah selama Perang Lebanon Kedua

2008 hingga 2009: Hamas dan Jihad Islam selama Operasi Cast Lead

2012 – sedang berlangsung: Hizbullah, Garda Revolusi, dan milisi lain yang didukung Iran selama perang saudara di Suriah

2012: Hamas dan Jihad Islam selama Operasi Pilar Pertahanan

2014: Hamas dan Jihad Islam selama Operasi Pelindung Tepi

2021: Hamas dan Jihad Islam selama Operasi Penjaga Tembok

2022: Jihad Islam selama Operasi Breaking Dawn

2023: Jihad Islam selama Operasi Perisai dan Panah

2023: Hamas dan Jihad Islam selama Operasi Pedang Besi

Pada bulan September 2019, Mayor Jenderal Hossein Salami, komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) elit Iran menyatakan, pihaknya telah berhasil memperoleh kemampuan untuk menghancurkan rezim Zionis palsu. Menghancurkan Israel kini menjadi tujuan yang bisa dicapai.

Pada tahun yang sama 2019, proksi Iran semakin bertindak seperti jaringan yang tersebar di Timur Tengah dengan cara yang meningkatkan pengaruh Teheran dan mengancam keamanan Israel.

Milisi yang lahir di bawah pengawasan Iran di satu negara dikerahkan ke medan perang negara lain. Hizbullah di Lebanon beroperasi di Suriah dan Irak hingga Yaman, tempat para operasinya melatih pemberontak Houthi.
.
Dalam perjalanannya, sekutu-sekutu Iran memperoleh pengalaman di medan perang dan berbagi pengetahuan serta pengalaman mereka dengan generasi muda.

Pada akhir tahun 2019, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan bahwa IDF sedang mempersiapkan tentang kemungkinan konfrontasi terbatas” dengan Iran.

Sistem peluncur rudal pertahanan udara Iron Dome Israel. (Foto:Doc/Wikimedia Commons/Israel Defense Forces)
Baca juga: Rusia Siagakan Fregat Rudal Hipersonik di Mediterania Pasca Serangan Iran ke Israel

IDF melakukan operasi terbuka dan rahasia terhadap Iran dan sekutunya, khususnya untuk mencegah penyebaran rudal presisi dari Iran.

“Kami tidak akan membiarkan Iran menguasai Suriah atau Irak,” kata Aviv Kochavi pada Desember 2019. Dia pun memperingatkan besarnya potensi konflik baru di kawasan.

“Dalam perang berikutnya, baik dengan wilayah utara atau dengan Gaza, intensitas daya tembak musuh akan sangat besar,” sambungnya.

Sementara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menuduh bahwa ancaman Iran terhadap Israel meluas hingga ke Yaman.

“Iran berharap dapat menggunakan Irak, Suriah, Lebanon, dan Yaman sebagai basis untuk menyerang Israel dengan rudal statistik dan rudal berpemandu presisi. Itu adalah bahaya yang sangat besar,” kata Netanyahu.

Pada tahun 2020, tiga tujuan utama IDF semuanya berpusat pada Republik Islam:

* Mencegah Iran memperoleh senjata nuklir
* Mengganggu proyek rudal presisi Hizbullah
* Menghentikan kubu Iran di kawasan yang lebih luas