IndexU-TV

Jenderal AS: Keamanan Israel Terancam, Iran Punya Stok 3.000 Rudal Balistik

Iranian ballistic missiles are displayed during the ceremony of joining the Armed Forces, in Tehran, Iran, August 22, 2023. Iran's Presidency/WANA (West Asia News Agency)/Handout via REUTERS/ File Photo

JAKARTA – Potret geopolitik Timur Tengah adalah tong mesiu yang kapan saja bisa diledakkan. Persaingan kemampuan militer telah berlangsung lama di kawasan itu. Serangan Iran terhadap Israel benar-benar terjadi.

Ratusan rudal balistik meluncur bebas dan menerobos sistem pertahanan Iron Dome, hingga sirine di seluruh kota di Israel meraung tanda negara mereka dalam bahaya.

Kemampuan rudal Iran menjadi salah satu aspek terpenting, sebagai perimbangan kekuatan yang rapuh di Timur Tengah. Iran kini berdiri tegak, di hadapan musuhnya Israel. Sebaliknya, Zionis tak bisa mengesampingkan kekuatan Iran.

Melansir bulgarian military, sejak Revolusi Islam tahun 1979, Iran terus berupaya membangun kekuatan infrastruktur pertahanannya, yang dipimpin Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

Saat ini, program rudal Iran merupakan kekuatan yang tangguh, tidak hanya secara regional tetapi juga semakin meningkat dalam skala global. Iran berani menantang kekuatan militer yang jauh melampaui batas wilayahnya.

Jenderal Kenneth McKenzie, mantan Kepala Komando Pusat AS, menjadi berita utama pada tahun 2022 dengan mengatakan bahwa Iran dan IRGC diperkirakan memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik. Rudal tersebut termasuk rudal berkemampuan jarak pendek dan menengah yang mampu mencapai target hingga 1.300 mil jauhnya.

Jangkauan ini tidak hanya membahayakan pesaing regional seperti Israel dan Arab Saudi, tetapi juga pangkalan militer AS yang tersebar di seluruh Timur Tengah dan beberapa bagian Eropa.

Menurut McKenzie, upaya Teheran dalam mengembangkan teknologi rudal balistik antarbenua (ICBM) semakin menegaskan ambisinya, untuk memproyeksikan kekuatan di luar wilayahnya.

Namun, McKenzie menyebutkan, rudal balistik hanyalah salah satu elemen dari persamaan militer Iran. Teheran juga telah banyak berinvestasi dalam teknologi rudal jelajah, dengan model seperti Meshkat dan Soumar yang mewakili ujung tombaknya.

Meskipun rudal jelajah memiliki jangkauan yang lebih pendek serta daya rusaknya lebih rendah bila dibandingkan dengan rudal balistik. Rudal ini terbukti jauh lebih mematikan.

Rudal jelajah )memiliki kemampuan untuk menghindar dari deteksi radar dengan terbang di ketinggian rendah, dan menggunakan medan untuk mengaburkan jalurnya. Keunggulan itu membuat rudal ini menjadi ancaman terus-menerus, bahkan bagi sistem pertahanan yang paling canggih sekalipun.

Analis Washington Institute, Michael Knights mengatakan bahwa program pesawat nirawak Iran adalah salah satu yang terbesar dan paling canggih di kawasan tersebut, bahkan berpotensi menyaingi Israel.

UAV ini kecil, lincah, dan dapat menyerang dengan presisi, damenjadikannya bagian integral dari strategi perang asimetris Iran.

Doktrin militer Iran sebagian besar dibentuk oleh isolasi geopolitiknya dan ancaman konflik yang terus-menerus dengan musuh yang secara teknologi lebih unggul seperti Israel dan Amerika Serikat.

Selama bertahun-tahun, kata Knights, Teheran mengandalkan proksi di Lebanon, Yaman, dan Irak untuk memberikan pengaruh secara regional, tetapi persenjataan rudalnya memberinya garis serangan langsung.

Kombinasi rudal balistik, rudal jelajah, dan UAV memastikan bahwa Iran memiliki pendekatan peperangan bertingkat, yang dapat menyerang dari jarak jauh, melewati sistem pertahanan tradisional, dan mempertahankan tingkat penyangkalan yang masuk akal.

Exit mobile version