Kantor Kesehatan Pelabuhan Karimun Waspadai Terhadap Virus Nipah

Novi Hendri
Kepala KKP Kelas II Tanjungbalai Karimun, Novi Hendri. (Foto: Elhadif Putra)

KARIMUN – Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Tanjungbalai Karimun mewaspadai terkait Virus Nipah di Pelabuhan Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

KKP Tanjungbalai Karimun telah melakukan surveilans epidemiologi atau pengawasan untuk memprediksi, mengamati dan meminimalisir hal berbahaya masalah kesehatan.

Pengawasan dilakukan dengan antisipasi dini terhadap kedatangan orang, barang-barang masuk serta langkah lainnya.

“Pelabuhan Internasional Karimun, kami telah memasang alat thermoscanner untuk mendeteksi suhu. Apabila ada ditemukan penumpang yang memiliki suhu tubuh diatas 38 derajat celcius akan dilakukan observasi lebih mendalam sesuai SOP,” kata Kepala KKP Kelas II Tanjungbalai Karimun, Novi Hendri, Sabtu (30/09).

Tindak lanjut tersebut telah dilakukan pasca Negara India melaporkan penemuan Virus Nipah di tanggal 12 September lalu.

“Ini merupakan peringatan untuk kita, bahwa harus melaksanakan deteksi dini dan respon, kita perlu meningkatkan kewaspadaan,” sebut Novi.

Menurut Novi, penanganan terhadap Virus Nipah ini tak jauh berbeda dengan penanganan virus Covid-19, yaitu melakukan pemantauan suhu tubuh terhadap orang-orang yang masuk dari Pelabuhan Internasional.

“Kami juga standby, tenaga medis untuk mendukung upaya-upaya pendeteksian dini tersebut. Selain itu, koordinasi bersama stakeholder terkait juga terus dilakukan,” sebut dia.

Dijelaskan Novi, Virus Nipah merupakan suatu penyakit yang dapat menular antara manusia ke manusia melalui kontak langsung, seperti makanan, atau penyakit-penyakit zoonosis.

Sementara Menurut WHO, Virus Nipah itu sendiri merupakan virus zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia) dan juga dapat ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi atau langsung antar manusia.

Baca juga: Kadinkes Pastikan Kepri Aman dari Virus Nipah

Pada orang yang terinfeksi, penyakit ini menyebabkan berbagai penyakit mulai dari infeksi tanpa gejala (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan ensefalitis yang fatal. Virus ini juga dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan seperti babi, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi para peternak.  (*)

Ikuti Berita Lainnya di Google News