Masa Kejayaan Tambang Timah Dabo Singkep

Bengkel PT Timah di Dabo Singkep tahun1963. (Foto:Dok/wisatadabosingkep.blogspot)

Oleh: Ihqsan Akbar/Mahasiswa PBSI/UMRAH

Sore hari yang begitu indah, warisan sejarah bengkel eks perusahaan timah era kolonial Belanda menjadi saksi bisu kejayaan Dabo Singkep di masa kejayaan sebagai penghasil tambang timah.

Bengkel eks PT Timah tersebut masih berdiri di Jalan Pasar Lama kini dirawat oleh Pemerintah Kabupaten Lingga. Tampak beberapa bangunan di kompleks tersebut telah dibangun termasuk museum timah.

Salah satu pekerja di masa kejayaan PT Timah, M Ali Syawal (70) mengenang ketika dirinya masih bekerja di bengkel eks perusahaan tambang timah itu.

Dia menatap bengkel yang kini menjadi warisan sejarah kejayaan PT Timah Bersama rekannya, Rio Wasli yang juga seorang pekerja di PT Timah.

Kepada Ulasan, Rio Wasli (59) menceritakan pengalamannya semasa bekerja di PT Timah dengan M Ali Syawal.

Terkait perjalanan sejarah kejayaan PT Timah tempo dulu, Rio Wasli menyarankan agar melihat situs resmi PT Timah sebagai referensi.

Rio mengaku dirinya sudah tidak begitu ingat, terkait garis besar sejarah perkembangan PT Timah.

Unit tambang PT Timah. (Foto:Dok/wisatadabosingkep.blogspot)

“Coba lihat di web resmi PT Timah. Perusahaan itu awalnya dikenal dengan nama Tin Singkep kalau jaman belanda. Di halaman web tersebut sejarahnya tertulis lengkap,” saran Rio Wasli.

Melansir dari laman timah.com, Singkep merupakan pulau yang bersejarah dengan tambang timahnya. Singkep menjadi salah satu tambang timah terbesar untuk Indonesia.

Pada era kolonial belanda, perusahaan timah tersebut dikelola oleh perusahaan asal Belanda yaitu Singkep TIN Exploitatie Maatschappij (SITEM).

Kemudian pada tahun 1953 hingga 1958, diganti mernjadi PN Tambang Timah Singkep. Lalu, seiring waktu pada tahun 1976 berubah menjadi Perusahaan Perseroan dengan nama PT Tambang Timah Tbk.

Terakhir, pada tahun 1998 namanya kembali berubah menjadi PT Timah Tbk sampai sekarang.

Rio Wasli mengisahkan, M Ali Syawal yang merupakan pensiunan PT Timah bekerja sebagai honor selama 2 tahun pada tahun 1975 di Kantor Unit Penambang Timah Singkep (UPTS) /PT Timah Singkep.

Masa itu, M Ali Syawal bekerja di bagian tambang semprot Dabo, terbagi menjadi beberapa lokasi seperti Sungai Raya daerah Bukit Tumang, daerah pemandian air panas, Air Hitam, Bukit Kapitan, Serayak.

Kemudian Ali dipindahkan ke bagian kapal keruk, proses pencucian timah dilakukan di kapal keruk menggunakan mangkok keruk.

Tahun 1977, ia kemudian diangkat menjadi staf karyawan golongan Sei 2 di bagian kapal keruk. Titik operasionalnya di wilayah Perayun, Kundur Utara, Karimun. Saat itu, Status M Ali Syawal sebagai mandor atau pengawas.

Fasilitas lengkap untuk karyawan

Pada masa kejayaannya, PT Timah memberikan berbagai fasilitas untuk karyawannya. M Ali Syawal ketika itu mendapatkan fasilitas listrik, air, pendidikan, rumah tinggal, transportasi, kebutuhan primer.

“Misalnya ada karyawan yang memilik anak 7 orang. Maka akan mendapatkan beras 70 kilogram (kg),” sebut M Ali Syawal.

Selain itu, jika ada salah satu anggota keluarga dari pekerja PT Timah sakit, pihak perusahaan menatangkan dokter dari Jakarta ke Rumah Sakit UPTS Dabo.

Kapal KM Dabo di Pasir Kuning, Dabo Singkep. (Foto:Dok/wisatadabosingkep.blogspot)

Hak pendidikan anak pekerja

Sementara hak pendidikan bagi anak-anak pekerja PT Timah juga mendapat perhatian. Bahkan anak-anak mereka di sekolahkan ke Bandung, Jawa Barat.

Selain itu pekerja golongan atas, pendidikan untuk anak-anak mulai jenjang TK UPTS dan SD PN di bangun yang berlokasi di Jalan Pagoda, Dabo Singkep. Untuk jenjang SMP dan SMA menggunakan biaya sendiri.

Kejayaan PT Timah

Dabo lebih dahulu berkembang sebelum Batam dan Tanjungpinang karena kejayaan PT Timah.

M Ali Syawal mengisahkan saat dirinya bekerja di PT Timah, infrastruktur di Dabo Singkep sudah maju sebelum Batam dan Tanjungpinang.

Mulai dari jalan aspal, PLN dan PLTA hingga rumah sakit. Sarana tersebut diberikan lengkap kepada pekerja dan dibangun oleh perusahaan tersebut.

Bahkan pada masa jayanya, PT Timah punya transportasi pesawat jenis Fokker F-27 dan kapal untuk mengangkut timah.

PT Timah tutup

Pada Tahun 1991, sang direktur utama Bernama Kuncoro datang ke Dabo Singkep untuk mengumumkan bahwasannya perusahaan PT Timah Dabo akan ditutup.

M Ali Syawal beranggapan, bahwa Dabo Singkep saat itu sudah tidak memenuhi biaya operasional. Sedangkan hasil timah tersebut disalurkan ke Jakarta dalam bentuk batangan untuk di ekspor.

Sontak masyarakat Dabo Singkep sangat terkejut dengan kabar yang memilukan itu. Akibat, ekonomi pada saat itu merosot tajam, Dirut Kuncoro menyarankan pekerja untuk memilih pensiun dini atau bekerja di Karimun.

Kebanyakan pekerja memilih pensiun dini karena faktor usia. Kemudian kebijakan PT Timah selanjutnya memberikan uang sebesar Rp20 juta dibayar habis tergantung golongan atau pangkat dan semua kebutuhan dan fasilitas pekerja tidak lagi ditanggung.

Beberapa tahun kemudian setelah PT Timah ditutup, mangkok keruk diambil oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dengan menjualnya ke penampung besi tua.

Ketika PT Timah tak lagi berjaya, M Ali Syawal dipindahkan ke Karimun dan pensiun tahun 2008, karena ia bekerja di Perayun, Kundur.

Lokasi wisma timah yang akan dijadikan tempat hiburan malam (THM). (Foto:Dok/Warga untuk Ulasan)

Dampak ekologi dan ekonomi

Setelah PT Timah resmi ditutup tahun 1991, beberapa tahun kemudian banyak bekas lubang tambang yang dibiarkan begitu saja.

Lubang-lubang bekas galian penambangan timah itu kemudian menjadi danau atau kolong. Akibatnya, danau tersebut menjadi sarang perkembangbiakan nyamuk dan menjadi wabah malaria pada saat itu.

Karena pada saat PT Timah beroperasi, penambangan itu ditutup setelah pengerjaan.

Di sisi lain, ekonomi masyarakat juga mulai merosot lantaran tidak ada lagi lapangan pekerjaan yang bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Dampaknya, banyak anak-anak asli Dabo Singkep merantau ke Batam dan Tanjungpinang untuk mencari pekerjaan yang layak atau menempuh pendidikan tinggi.

Kantor dan bengkel PT Timah pun telah dikelola oleh pemerintah daerah, dengan dibangun Museum PT Timah agar ke depan Dabo Singkep menjadi tempat wisata dan pulau bersejarah dengan sumber daya timah yang melimpah di masanya.