Mencari Pemimpin yang Melayani

Akademisi
Akademisi Kepri, Robby Patria. (Foto: Muhammad Bunga Ashab)

Robby Patria, Dosen UMRAH/Ketua Satu Pena Kepulauan Riau/ Anggota Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kepri

Kita sedang mencari pemimpin yang melayani dan mampu mempengaruhi sehingga kebijakan visi dan misi kampanye dapat dilaksanakan dikarenakan sang nakhoda mampu mempengaruhi anak buahnya dalam melayani.

Ratusan daerah di Indonesia melaksanakan pesta  demokrasi mencari pemimpin terbaik yang diharapkan mampu membawa kepada cita cita bangsa yakni mencerdaskan anak bangsa dan menuju kesejahteraan kemakmuran.

Publik atau pemilih sudah bisa menilai siapa yang kira kira mampu menjalankan amanah tersebut. Dan itu mudah saja. Kita tinggal lihat apa kontribusi nya selama ini, apa program program kerja yang akan dilakukan. Bagaimana keberhasilannya jika dia pernah menjadi kepala daerah selama memimpin.

Jika banyak indikator menunjukkan dia bukan melayani, namun malah minta dilayani baik dirinya, keluarganya, kelompoknya, maka ini harus diganti. Artinya jabatan diamanahkan hanya untuk kepentingan pribadi dan golongan. Tidak sesuai dengan harapan publik mendapatkan leader melayani.

Di zaman serba terbuka oleh banjirnya informasi, maka sangat mudah untuk mencari perbandingan antara pemimpin satu dengan pemimpin lainnya. Asalkan jari kita mudah mengetik di ponsel atau pun mata tidak malas membaca.

Google atau Chat GPT dalam hitungan detik langsung memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan soal calon. Bahkan di Kepulauan Riau dua kubu saling menglaim calon idola mereka menang dan versi survei bahkan versi google trend.

Klaim mengklaim di zaman sekarang bukan hal aneh. Karena masing masing memiliki lembaga survei tersendiri. Namun lembaga survei yang paling terpercaya  integritasnya akan menampilkan hasil survei yang independen.

Menampilkan hasil ilmiah temuan di lapangan. Hasil temuan lembaga survei dapat dijadikan pedoman dalam kampanye di masa sisa tak sampai sebulan ini.

Daerah yang masih kalah, tentu calon harus memberi perhatian khusus untuk merubah peta politik di sana sehingga survei menjelang pencoblosan bisa berubah menjadi lebih baik. Namun jika sudah puas dengan temuan hasil survei dan abai melakukan pendekatan kepada publik, maka siap siap hasil akhir akan berbeda dengan temuan survei.

Pemimpin Melayani

Di era revolusi 4.0, diperlukan pemimpin yang  melayani atau servant leadership. Ada juga definisi yakni suatu kepemimpinan yang berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani, menempatkan kebutuhan pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Jika dibelokkan menjadi pemimpin yang minta dilayani, maka ini akan menjadi persoalan serius. Maka, di musim pilkada ini pemilih dengan muda bisa mencari pemimpin yang benar benar berproses sehingga dia menjadi besar. Dan itu sesuai dengan pola kepemimpinan menurut pakar pemasaran modern Peter Drucker.

Menurut dia, pemimpin efektif adalah sebuah kemampuan yang dapat dipelajari dari proses belajar memakan waktu lama, dan bukan sesuatu dilahirkan secara alamiah. Peter D. telah melakukan penelitian selama puluhan tahun dan diri nya tidak pernah melihat seorang eksekutif atau pimpinan efektif dilahirkan secara alamiah (natural born effective executive). Menurutnya, hanya dengan proses belajar, belajar, dan belajar kemampuan seorang eksekutif dapat diasah menjadi pemimpin efektif.

Baca juga: Robby Patria Masuk Pengurus ICMI Pusat

Pilkada Kepulauan Riau menjadi penting karena hanya dua calon berkompetisi yakni Muhammad Rudi dan Ansar Ahmad. Pemilih bisa menilai mana yang tepat memimpin Kepri melalui jejak rekam keduanya atau track record kepimpinan selama mereka menjadi kepala daerah tingkat dua. Rudi menjadi walikota Batam selama dua periode dan Ansar Ahmad jadi bupati Bintan juga dua periode.

Keberhasilan keduanya memimpin daerah akan menjadi paramater pemilih cerdas di Kepri untuk menentukan pilihan. Karena informasi di media sosial dan media mainstream tentang keduanya sangat melimpah. Jadi mudah mana yang terbaik dari yang ada saat ini.

Salah pilih, maka kita akan menunggu waktu lima tahun untuk melakukan pergantian kepemimpinan. Dan itu sangat merugikan kita bersama karena belum mendapatkan pemimpin yang melayani. (*)

Ikuti Berita Ulasan.co di Google News

Close