Mengenal Teknologi Mitigasi Bencana Karya Indonesia

Mengenal Teknologi Mitigasi Bencana Karya Indonesia
Pengendara sepeda motor melintasi papan penanda menuju batas aman tsunami yang terpasang di kawasan rawan bencana tsunami, Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (14/1/2022). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/rwa.

Rumah tahan gempa

Sikuat adalah Sistem Informasi Kesehatan Gedung Bertingkat berbasis sensor pergerakan dan deformasi yang dipasang di tiang-tiang utama gedung bertingkat atau bangunan tinggi, dan merupakan produk penelitian dan pengembangan yang sebelumnya dikembangkan BPPT.

Teknologi mitigasi bencana Sikuat memberikan informasi penting mengenai kesehatan struktur gedung bertingkat ketika goncangan gempabumi terjadi sehingga upaya perkuatan bangunan yang diperlukan dapat dilakukan.

Selanjutnya, ada teknologi dan inovasi rumah tahan gempa, yang menggunakan teknologi seismic rubber bearing sebagai base isolator untuk menahan beban gempa.

Hunian tahan gempa itu sudah dibangun di beberapa lokasi di Indonesia, antara lain di Keranggan di Kota Tangerang Selatan dan di Kecamatan Jayanti di Kabupaten Tangerang di Banten, serta di Rangkasbitung di Kabupaten Lebak di Banten.

Inovasi rumah tahan gempa buatan BPPT yang sudah tergabung ke BRIN itu diluncurkan pada 2019 dengan nama Bale Kohana (Komposit Tahan Gempa) oleh mantan Kepala BPPT Hammam Riza.

Selain tahan gempa, bangunan rumah komposit tersebut juga tahan api dan cepat bangun, serta bisa dibongkar pasang untuk daerah rawan gempa.

Material yang digunakan untuk bangunan rumah bersifat tahan api dan cukup ringan seperti panel komposit FRP, struktur baja ringan, dan aluminium. Dengan demikian, total berat struktur komposit bisa seperempat kali dibanding berat struktur rumah konvensional.

Hammam yang saat ini menjabat sebagai perekayasa ahli utama di BRIN mengatakan rumah komposit tahan gempa menggunakan sistem saling mengunci, bingkai aluminium dengan lapisan tahan korosi, dan komposit sandwich panel.

Di samping karya-karya teknologi dan inovasi anak bangsa tersebut, sesungguhnya masyarakat Indonesia sedari dulu sudah beradaptasi dengan lingkungan untuk mengantisipasi bencana dengan membangun rumah tahan gempa seperti rumah gadang, joglo, dan rumah panggung.

Rumah tradisional tersebut dibangun dengan teknik pemasangan rangka kayu yang terlihat kompleks serta dinding berlapis anyaman bambu. Teknik konstruksi rumah tersebut menjadi bagian dari kearifan lokal yang tentunya dapat dipelajari untuk memperkaya ilmu pengetahuan dalam pembangunan rumah tahan gempa di masa sekarang.

Pengembangan teknologi dan inovasi dengan dibarengi pemanfaatan dan adopsi nilai pengetahuan dari kearifan lokal dapat menjadi salah satu solusi yang membantu pengurangan risiko bencana sehingga tercipta ketahanan bangsa dalam mitigasi kebencanaan.