Pesawat Tempur Terbaik Rusia Paling Maju di Zamannya, hingga Aksi Belot Viktor Belenko

Jet tempur terbaik era Sovyet MiG-17 'Fresco'. (Foto:Doc/wallpaperbetter)

Oleh: Adly Hanani (Bara)

Hai sahabat ulasan. Kali ini kita akan membahas secara singkat tentang pesawat tempur terbaik, dan terkenal karena kemampuan taktis hingga keunggulan teknisnya warisan era Uni Soviet yang kini Rusia. Hingga deretan jet tempur mereka paling ditakuti, selama melayani Angkatan Udara Soviet.

Bahkan di era lahirnya jet-jet ini, dari segi kemampuan tempur dan teknologinya terbilang lebih maju di zamannya. Bila dibanding dengan jet tempur sekelas masa itu, yang dimiliki negara-negara Barat.

Bahkan ada jet tempur era Soviet yang menjadi buruan oleh Amerika Serikat yang merupakan tandingannya. Lantaran memiliki kemampuan kecepatan yang luar biasa.

Sebut saja mulai dari Perang Korea, Perang Vietnam hingga era Perang Dingin yang begitu angker. Lantaran kemunculan jet tempur Rusia kala perang dingin memberikan kesan menakutkan bagi pilot angkatan udara Amerika.

MiG-25 yang Terkenal

Bahkan Amerika Serikat berupaya keras memutar otak untuk mendapatkan informasi, seputar kemampuan teknis jet-jet tempur bikinan Soviet lewat serangkaian aksi spionase oleh dinas rahasia mereka.

Diduga Amerika harus menggelar operasi senyap, hanya untuk memata-matai pergerakan jet tempur Soviet kala Perang Dingin. Bahkan aksi spionase di atas langit juga dilancarkan Amerika Serikat hanya untuk mengintip Sovyet lewat celah ruang udara dengan pesawat intai mereka.

Singkatnya, selama melancarkan operasi spionase di udara. Pilot-pilot senior Amerika yang menjalani misi itu pun pernah dibikin kelabakan, karena lampu indikator peringatan pada radar warning jet mereka menyala, tanda jet mereka telah di kunci atau ‘lock’ sistem penjejakan rudal musuh.

Mereka pun dengan cepat kabur melarikan diri, dan rupanya dari jangkauan visual mereka melihat sosok jet MiG-25. Tak heran, MiG-25 mampu terbang dengan kecepatan tinggi. Mereka pilot Amerika lebih memilih jalan menghindar dari kejaran.

Bahkan aksi fenomenal lainnya, intelijen Amerika Serikat disebut-sebut secara diam-diam menggelar operasi khusus pembelotan seorang pilot senior Soviet dengan jet tempur MiG-25-nya. Misi tersebut pun berhasil, MiG-25 mendarat darurat di Jepang dengan pilot Letnan Viktor Belenko pada 6 September 1976.

Aksi belot Belenko yang mendaratkan MiG-25 di Jepang menggemparkan dunia, yang seolah kedigdayaan Soviet saat itu runtuh. Sementara sang rival Amerika Serikat, bertepuk tangan karena aksi Belenko.

Belenko mendadak terkenal, wajahnya dan foto MiG-25 yang mendarat di Jepang di muat pada koran diseluruh dunia. Ia pun dikecam Soviet saat itu, dan menjadi orang yang paling dicari oleh dinas rahasia negaranya lantaran membelot dengan mencuri MiG-25 Angkatan Udara.

Amerika Serikat mendapat durian runtuh dari aksi Belenko lalu menguliti jeroan MiG-25, yang selama kiprahnya membuat nyali pilot-pilot mereka ciut ketika berhadapan dengan jet tersebut di masa perang dingin.

Letnan Viktor Belenko, pilot MiG-25 ‘Foxbat’ yang membelot lalu mencuri MiG-25 dan mendaratkannya di Jepang tahun 1976. (Foto:Doc/Net)

Soviet saat itu memiliki pabrikan pesawat tempur Mikoyan-Gurevich (MiG) yang karyanya sangat dikenal di dunia. Karena kecepatan terbangnya yang luar biasa. Kemudian muncul pabrikan Sukhoi, yang kini dikenal karena manuver lincahnya.

Perlombaan senjata khususnya matra udara, benar-benar terjadi antara negara-negara Blok Barat dan Blok Timur dalam kurun tahun 60-an hingga 80-an yang saat itu Sovyet-Amerika banyak terlibat dalam palagan perang di beberapa negara walau perannya tidak terlihat secara langsung.

Awal abad 20, Uni Soviet muncul sebagai salah satu kekuatan industri terkemuka di dunia pada kurun waktu tahun 1930-an dan 1940-an.

Sebagai kekuatan industri baru di tahun itu, Stalinis di bawah program ekonominya membuka jalan bagi peningkatan kekuatan militernya, dilansir dari militarywatch

Pertumbuhan ekonomi dan industri yang pesat, serta modernisasi sejak tahun 1928 memungkinkan negara ini untuk mulai bersaing sebagai pemain terkemuka dalam penerbangan militer pada akhir tahun 1940-an.

Pesawat tempur Soviet yang pertama kali memberikan kesan yang kuat kepada dunia selama Perang Korea. Bersaing ketat dengan Amerika Serikat.

Soviet bahkan memproduksi berbagai kelas pesawat tempur yang jauh lebih maju dari zamannya. Akibatnya, dari tahun 1940-an hingga 2010-an, pesawat tempur Rusia dianggap sebagai ancaman utama terhadap superioritas udara AS.

Lompatan teknologi luar biasa itu menyebabkan dampak serius, terhadap berbagai operasi yang dilancarkan Blok Barat di wilayah Korea dan Vietnam hingga Indonesia dan Irak.

Meskipun disintegrasi Uni Soviet dan kontraksi ekonomi yang terjadi pada tahun 1990-an, dengan cepat mengurangi posisi negara tersebut di bidang penerbangan.

Sehingga membuat Uni Soviet sangat bergantung pada penelitian dan pengembangan sejak tahun 1980-an, warisan industri pesawat tempur era Soviet terus mempengaruhi keseimbangan kekuatan Uni Soviet di seluruh dunia.

Berikut enam pesawat jet tempur dan jet pencegat Soviet ataupun Rusia yang paling revolusioner dan canggih di masanya yang mengalahkan superioritas udara AS:

Jet tempur MiG-15 ‘Fagot’. (Foto:Doc/Wikipedia)

Pesawat tempur generasi pertama MiG-15 ‘Fagot’ dan MiG-17 ‘Fresco’

Memasuki layanan tahun 1948, pesawat tempur Mikoyan-Gurevich (MiG) 15 hampir dianggap sebagai pesawat tempur yang paling mampu pada masanya dan selama Perang Korea.

Pada Perang Korea itu, MiG-15 (kode NATO ‘Fagot’) mampu menunjukkan keunggulan kinerja yang sangat signifikan bila dibandingkan desain saingannya dari Barat.

Meskipun ada kekurangan yang juga signifikan, dalam pelatihan di angkatan udara Tiongkok dan Korea Utara yang baru dibentuk yang mengoperasikan jet-jet tersebut.

Namun kinerja mereka yang unggul di langit Korea, ternyata memaksa pesawat pengebom AS untuk membatasi operasi mereka pada malam hari.

Jenderal Angkatan Udara AS, Charles Cleveland pernah menyatakan hal ini: “Anda harus ingat, bahwa MiG-15 yang kecil itu di Korea berhasil melakukan apa yang tidak pernah mampu dilakukan oleh semua pesawat bikinan Focke-Wulf dan Messerschmitt pada Perang Dunia II. Mereka memaksa pembom AS untuk keluar dari langit Korea.

Kemudian, Kepala Staf Angkatan Udara, Jenderal Hoyt Vandenburg juga menyoroti MiG-15 bahwa menunjukkan industri pesawat tempur Soviet melampaui industri Amerika.

Bahkan MiG-15 membuat lusinan rancangan pesawat tempur Barat terlihat usang dan hanya F-86 ‘Sabre’ elit Angkatan Udara Amerika Serikat yang tersisa.

Jet Sabre yang dikerahkan dalam jumlah yang jauh lebih kecil mampu menantang MiG-15 secara serius, meskipun secara keseluruhan masih kurang mampu.

MiG-15 secara khusus mencapai tingkat kemampuan yang unggul, meskipun bukan pesawat tempur Soviet yang paling mampu di era Perang Korea.

Namun dengan MiG-17 (kode NATO ‘Fresco’) yang lebih canggih diterjunkan mulai tahun 1952, dengan sayap yang lebih tipis, kecepatan yang jauh lebih tinggi, dan kemampuannya untuk melakukan manuver yang lebih ekstrim.

MiG-21 ‘Fishbed’. (Foto:Doc/Creative Commons)

Pesawat tempur generasi kedua MiG-21 ‘Fishbed’

Tahun 1955, MiG-21 (kode NATO ‘Fishbed’) pertama kali terbang. MiG-21 adalah pesawat tempur revolusioner terakhir yang dikembangkan Uni Soviet sebelum tahun 1980-an dan industri kehilangan momentum.

MiG-21 yang menyandang predikat jet tempur cepat dan menakutkan bagi pilot-pilot Barat terlebih lagi Amerika Serikat, ketika bertemu di atas udara Perang Vietnam. Saat itu, pilot-pilot Vietnam Utara sangat terampil memainkan perannya.

Mereka dididik instruktur asal Soviet pada era perang tersebut. Bahkan mampu merontokkan kekuatan udara AS yang saat itu mempertahankan Vietnam Selatan.

Di bawah pemerintahan Nikita Khrushchev, saat pesawat tersebut sedang dalam tahap akhir pengembangan. Potensi badan pesawat untuk modernisasi dan perbaikan mungkin lebih besar daripada pesawat lain yang pernah dibuat.

MiG-21 yang dikombinasikan dengan efektivitas kemampuan timggi sebanding dengan biaya produksi yang juga tinggi dan bahkan produksinya bertahan hingga tahun 2010-an.

Meskipun awalnya menggunakan pesawat tempur generasi kedua, MiG-21 kemudian mendapatkan avionik dan persenjataan tingkat generasi ketiga dan keempat, dengan variasi paling canggih terbang untuk Tiongkok dan Angkatan Udara India.

Dalam layanan India, pesawat tempur ini mengintegrasikan rudal udara ke udara berpemandu radar aktif modern dan sistem peperangan elektronik yang melampaui kinerja banyak jet generasi keempat seperti varian awal F-16.

Sementara Tiongkok, varian lanjutan tetap diproduksi hingga akhir tahun 2013. Semua aspek kinerja pesawat tempur akan meningkat secara signifikan selama 27 tahun masa produksinya.

Peningkatan kemampuan itu mulai dari sensor dan persenjataan hingga mesin, dan bahan yang digunakan untuk konstruksi badan pesawat.

MiG-21 yang asli tidak ada tandingannya ketika memasuki layanan, seperti yang ditunjukkan oleh kemenangan luar biasa di tangan India melawan jet F-104 buatan Amerika, dan hanya akan menemui tandingannya dengan masuknya layanan bermesin kembar yang jauh lebih berat dan mahal yakni F-4E Phantom dari tahun 1965.

Turunan dari MiG-21, terutama pesawat latih JL-9 Tiongkok dan pesawat latih JL-9G yang berbasis kapal induk, masih diproduksi hingga saat ini. Diperkirakan akan tetap terbang hingga tahun 2030-an.

MiG-25 ‘Foxbat’. (Foto:Doc/Wikiwand)

Pesawat tempur pencegat kelas berat generasi ketiga MiG-25 ‘Foxbat’

MiG-25 (kode NATO ‘Foxbat’) resmi memasuki layanan Angkatan Udara Sovyet sejak tahun 1970. Pencegat MiG-25 mendobrak hambatan melalui desain mesin ganda kelas berat yang sangat ambisius.

Meskipun berasal dari generasi ketiga, terbukti lebih dari mampu untuk berhadapan langsung dengan pesawat tempur generasi keempat Barat. Ia adalah penempur udara dengan predikat jet tempur tercepat di zamannya.

Foxbat mampu melesat lebih cepat, dan memiliki ketinggian terbang tertinggi dibandingkan jet tempur produksi lainnya, dan membawa rudal udara ke udara R-40 dengan muatan besar 100kg, serta dibekali sistem panduan canggih dan jangkauan yang sangat jauh.

Kecepatan dan ketinggian terbang membuatnya secara efektif kebal terhadap pesawat tempur era Perang Dingin, dan hanya pesawat kelas berat bikinan AS seperti F-14 ‘Tomcat’ dan F-15 ‘Eagle’ yang mampu mengancamnya.

Melawan F-16 dan F-4 yang lebih ringan, pesawat ini terbukti berkali-kali melipat semuanya kecuali. MiG-25 menyaksikan pertempuran terakhirnya, dengan saingan lamanya F-15 pada tanggal 30 Januari 1991.

Ketika jet yang dioperasikan Irak menetralisir satu pesawat tempur Amerika Serikat tanpa kerugian. Kekurangan utama MiG-25 adalah biaya operasionalnya yang sangat tinggi.

Bahkan dibandingkan dengan pesawat terberat generasi berikutnya, Su-27 dan MiG-31. Keduanya jauh lebih murah untuk dioperasikan, sehingga memberikan insentif yang kuat untuk menghentikan layanan pesawat lama tersebut.

MiG-25 mempunyai kemampuan melaju sampai dengan kecepatan Mach 3, dan bahkan disebut-sebut mampu melesatp pada kecepatan Mach 3,2.

Hanya saja, para ahli meyakini jika MiG-25 melesat pada kecepatan Mach 3,2 dipastikan struktur pesawat rawan pecah dan mesin akan rusak.

MiG-31 ‘Foxhound’. (Foto:Doc/airpowerasia)

Pesawat tempur pencegat generasi keempat MiG-31

Sebagai penerus MiG-25, MiG-31 kode NATO ‘Foxhound’ mulai beroperasi memasuki layanan di tahun 1981. Ia didesain dengan struk yang lebih berat yang menggunakan mesin paling kuat yang pernah diintegrasikan ke dalam jet tempur taktis generasi keempat.

Pesawat tempur kelas berat ini begitu revolusioner dalam banyak hal, terutama penggunaan perangkat Radar Array yang dipindai secara elektronik untuk pertempuran udara ke udara 20 tahun sebelum desain Barat atau Asia Timur melakukan hal yang sama.

Bahkan ukuran penampang radarnya begitu besar, dan kemampuannya untuk terbang secara supersonik dengan kecepatan lebih dari Mach 2 untuk jangka waktu yang lama, memungkinkan pesawat ini mampu patroli penuh di wilayah Uni Soviet yang luas termasuk Arktik di mana ia dioptimalkan untuk misi operasi.

MiG-31 akan mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dengan pengembangan varian lanjut yaitu MiG-31M. MiG-31M bahkan lebih berat, dan menggunakan mesin yang melampaui mesin apa pun yang pernah digunakan pada pesawat tempur atau pencegat dalam hal daya dorong sambil mengintegrasikan rangkaian sensor yang jauh lebih bertenaga.

MiG-31M pertama kali terbang pada tahun 1980-an , dan dalam banyak hal lebih revolusioner pada masanya dibandingkan varian aslinya.

Meskipun keruntuhan Soviet pada akhirnya mengakhiri program tersebut, namun semua penelitian dan pengembangan yang diperlukan untuk produksi serial telah selesai.

Perbaikan pesawat tempur MiG-31 pada akhir tahun 2000-an, telah memastikan bahwa pesawat ini dalam banyak hal tetap menjadi pesawat paling berbahaya dalam layanan Rusia dalam hal kinerja udara ke udara jarak jauh, dengan pencegat pertama yang diuji dalam pertempuran, dengan hasil yang mengesankan bagi Rusia di palagan Perang Ukraina pada tahun 2022.

Sukhoi Su-27SK ‘Flanker’ yang dioperasikan TNI Angkatan Udara. (Foto:Dok/TNI AU)

Pesawat tempur generasi keempat Sukhoi Su-27 ‘Flanker’

Sukhoi Su-27 resmi memasuki layanan pada tahun 1984. Su-27 kode NATO ‘Flanker’ adalah pesawat tempur superioritas udara kelas berat yang dikembangkan khusus untuk mengungguli F-15 Eagle Amerika Serikat.

Pesawat tempur ini secara signifikan lebih mudah bermanuver, bila dibandingkan pesawat tempur mana pun di dunia Barat, dan memiliki daya tahan tak tertandingi yang memungkinkannya beroperasi secara ofensif hingga wilayah udara Inggris dari pangkalan di Polandia.

Flanker adalah pesawat tempur pertama di dunia, yang komponennya terbuat dari bahan titanium berkekuatan tinggi yang dilas secara otomatis dengan busur cair.

Bahkan, Su-27 memiliki penampang badan pesawat yang jauh lebih rendah dibandingkan pesawat tempur sejenis Barat lainnya pada eranya pertama kali mengudara.

Rudal udara ke udara R-27ER/ET di luar jangkauan visualnya, tidak tertandingi di antara rudal-rudal yang dapat dibawa oleh pesawat berukuran tempur.

Sementara rudal jarak pendek R-73 yang dipasangkan dengan alat bidik yang dipasang di helm, memungkinkannya menyerang sasaran pada sudut ekstrem yang tidak dapat ditandingi oleh jet non-Soviet.

Su-27 juga merupakan salah satu pesawat pertama di dunia yang memasang sistem pencarian dan pelacakan infra merah di samping radarnya, yang baru akan diadopsi secara luas oleh AS pada pesawat tempur baru pada tahun 2010-an.

Flanker dan turunannya terbukti mampu mengungguli pesawat tempur Barat, dalam berbagai latihan dan pengujian setelah berakhirnya Perang Dingin, terutama di tangan Angkatan Udara India.

Namun juga ketika diterbangkan oleh pilot Amerika Serikat setelah pesawat tersebut diterbangkan, diperoleh dari Belarus untuk pengujian.

Hampir semua jet tempur taktis yang diperoleh Rusia pasca-Soviet sejak tahun 1990-an merupakan turunan dari Su-27, dengan tiga jalur produksi yang saat ini dibuka di seluruh negeri yang memproduksi Su-30, Su-34 dan Su-35 untuk keperluan pasar domestik, yang dikembangkan dari desain asli Flanker.

MiG 1.44. (Foto:Doc/military today)

Pesawat tempur generasi kelima MiG 1.42

MiG 1.42 dikembangkan sebagai penerus langsung Su-27, pesawat tempur superioritas udara generasi kelima adalah pionir utama teknologi generasi berikutnya. Dengan maksud untuk melampaui kinerja program Advanced Tactical Fighter Amerika Serikat yang menciptakan F-22 Raptor.

Disebut pada tahun 2000-an oleh perwakilan Angkatan Udara Rusia sebagai “bahkan bukan pesawat masa depan tetapi benar-benar pesawat lusa”.

Pesawat tempur siluman ini dirancang untuk membuat terobosan dalam semua aspek kinerja penerbangan dengan rekor jumlah permukaan kendali yang digunakan, serta terobosan dalam teknologi siluman.

Ini termasuk kemampuan menghindari radar, berdasarkan penggunaan plasma dari sinar elektromagnetik untuk menyerap gelombang radio.

Rangkaian sensor MiG sangat tangguh dengan jangkauan deteksi 420 melawan pesawat tempur yang lebih besar. Mesin AL-41F memiliki tingkat daya dorong, dan rasio daya dorong/berat yang jauh lebih maju dari zamannya. Dengan tingkat efisiensi yang sebanding dengan mesin Pratt & Whitney F135 Amerika Serikat yang menggerakkan pesawat tempur F-35.

Namun program ini dihentikan, menyusul terjadinya disintegrasi Uni Soviet dan memburuknya sektor pertahanan Rusia dengan cepat, dengan empat prototipe belum selesai dan demonstran teknologi awal MiG 1.44 telah terbang.

Penundaan yang signifikan dalam pengembangan pesawat tempur generasi berikutnya, menandai Rusia kurang ambisius di bawah program Su-57. Dengan demikian, unit penerbangan tempur taktis utama Rusia tidak mungkin lagi menikmati keunggulan kualitatif seperti yang pernah mereka dapatkan pada Su-27.

Karena Su-57 jauh lebih sedikit, dan belum masalah penguasaan teknologi sebagai jet tempur generasi kelima bila dibandingkan dengan jet tempur seperti F-22 Raptor Amerika Serikat sepertinya Rusia masih tertinggal jauh.