Pilot Garuda Pilih ‘Risign’ untuk Urusan Akidah

Capt Rizka Triansyah Leihitu berfoto dengan istri serta buah hatinya di kokpit pesawat Garusa Indonesia Airbus A-330 Neo. (Foto:Dok/Instagram/@rizkatleihitu)

JAKARTA – Seorang pilot pesawat komersial Captain Rizka Triansyah Leihitu memutuskan untuk mengundurkan diri atau resign meski bekerja di maskapai ternama Garuda Indonesia.

Siapa yang tidak kenal maskapai Garuda, yang merupakan maskapai nasional plat merah wajah dari Indonesia di bisnis penerbangan komersial yang sudah mendunia.

Namun dibalik nama besar Garuda Indonesia, ternyata menyimpan banyak cerita bagi para kru yang bekerja pada maskapai nasional tersebut.

Bukan tanpa alasan Capt Rizka Triansyah Leihitu setelah berkarir selama 15 tahun di maskapai plat merah tersebut yang akhirnya resign.

Mengenai keputusan itu, publik atau netizen pun heran dan bertanya-tanya soal alasan Capt. Rizka Triansyah meninggalkan mimpinya yang cemerlang itu.

Seperti apa cerita dari Capt. Rizka Triansyah Leihitu, mantan pilot Garuda Indonesia yang sudah mengabdi selama 15 tahun tersebut, simak informasinya berikut ini.

Capt Rizka Triansyah dalam suatu kesempatan membagikan kisahnya hingga memutuskan untuk meninggalkan Garuda Indonesia.

Melansir dari tayangan di kanal youtube Kasisolusi, Capt Rizka Triansyah memutuskan resign berawal saat munculnya rasa kekhawatiran yang besar dalam dirinya.

Saat dirinya menjadi seorang pilot, Capt Rizka Triansyah harus bekerja secara profesional. Namun di sisi lain dia harus tetap menjalankan Syariat Islam sebagai pedoman di dunia maupun akhirat.

Capt Rizka Triansyah Leihitu berfoto dengan latarbelakang pesawat Garuda Indonesia. (Foto:Dok/Instagram/@rizkatleihitu)

Ia merasa kesulitan dengan urusan ibadah, salah satunya salat ketika ia bertugas menjadi pilot di maskapai Garuda.

Meski tetap melaksanakan salah 5 waktu di kabin pesawat atau setelah penerbangan, namun

Rizka tetap dapat melaksanakan shalat 5 waktu di kabin pesawat, baik sebelum maupun setelah penerbangan. Akan tetapi ada beberapa alasan yang membuat ia terasa mantap untuk meninggalkan Garuda Indonesia dan memilih untuk berhijrah.

“Gua kan anaknya American Dream banget ni. Gua punya cita-cita tinggal di Amerika. Gua pengen anak-anak gua sekolah di Amerika dan gua hidup di sana. Lu akan sedih banget ketika anak lu bisa pintar, punya ijazah sarjana, cumlaude di Amerika gitu kan. Tapi anak lu gak bisa ngaji,” ungkap Rizka Triansyah melalui YouTube Kasisolusi.

“Kebetulan gua muslim. Perintah pertamanya adalah Iqra gitu loh, membaca. Dan harapan gua selain dia (anak) bisa ngaji, juga bisa bahasa Arab,” sambungnya.

Sebaliknya, Deryansha Azhary Kasisolusi bertanya kepada Capt Rizka Triansyah jika sudah masuk waktu salat ketika pesawat sedang terbang.

“Waktu shalat udah masuk, gimana cara shalat lu? Shalat lu tinggalin?,” tanya Deryansha Azhary Kasisolusi.

“Engga dong, gua tetap salat kalo lagi terbang diatas. Gua serahin tugas gua ke pilot satunya lagi, terus baru gua salat. Gua salat di kokpit. Di kokpit gua, lega,” papar Rizka.

“Lu kan tadi katanya pengen belajar agama, pengen belajar bahasa Arab. Akhirnya lu resign dari Garuda,” ujar Deryansha Azhary Kasisolusi.

Menurut Rizka, hal yang paling berat saat itu adalah bersalaman. Kebiasaan bersalaman dengan pramugari, crew pesawat, atau lawan jenis yang memang cukup berat bagi dirinya.

Capt Rizka juga menjelaskan bahwa perlahan dan bertahap ia mengaku bisa menghindari bersalaman dengan lawan jenis dengan beralasan sudah berwudhu dan takut batal jika bersalaman.

Selain itu, tantangan kedua adalah harus menatap setiap orang kru pesawatnya. Hal ini dilakukan untuk memastikan keamanan penerbangan.

“First impression kan kita harus tegur sapa ya. Terus terang gua masih belum bisa yang begini (menunduk). Tapi itu juga bukan tanpa alasan, gua harus profiling kru gua,” kata Rizka.

Capt Rizka Triansyah Leihitu dan istri serta anak-anaknya foto bareng kru dan staf maskapai Garuda Indonesia. (Foto:Dok/Instagram/@rizkatleihitu)

Rizka juga menyampaikan, hal yang berat jika harus menatap lawan jenis. Menurutnya itu bertentangan dengan prinsip dalam agama Islam, serta tanggung jawabnya sebagai seorang suami kepada istri.

“Gua harus profiling, jadi gua gak mau terlalu saklek akhirnya jadi mudharat bagi semua orang. Pada akhirnya gua di cabin dan di kokpit, dipisahin sama pintu kokpit,” sambungnya.

Hal itulah yang dianggap Capt Rizka sebagai rezeki, karena ia hanya melihat ke depan tanpa harus melihat ke belakang.

“Secara profesi rezeki gua ya, privilege gua. Jadi itu menjaga gua banget sepanjang jalan,” ujar Rizka menerangkan.

Tetapi di luar itu, Capt Rizka tetap menganggap bahwa pilot sebagai profesi yang membawa berkah dan mulia. Karena bisa diibaratkan saat mengantarkan orang safar, apalagi jika tujuannya adalah menuju Tanah Suci, maka ia termasuk ke dalamnya.

“Jadi pilot itu berkah loh. Lu nganter orang safar, lu sendiri jadi ikut safar. Apalagi kalo lu nganternya ke Tanah Suci. MasyaAllah,” ungkap Rizka.

Dibalik itu semua ternyata Capt Rizka Triansyah ingin mengejar cita-cita untuk bisa memperdalam ilmu agama Islam, belajar bahasa Arab, dan tinggal di Jazirah Arab.

Dengan berbekal pengalaman serta kemampuannya sebagai pilot pesawat, Rizka mengaku sudah melamar di berbagai maskapai negara-negara jazirah Arab.

“Gua pikir mana jalan yang paling mudah buat gua ke sana, dengan skill yang gua miliki gua apply pilot di negara-negara jazirah Arab,” ujarnya.

Bahkan Captain Rizka Triansyah sudah ingin melamar ke Saudi Airlines, akan tetapi program pembatasan pilot dari luar negara Arab sedang diberlakukan.

Meski begitu, Rizka mengaku sama sekali tidak ingin melupakan Indonesia sebagai tanah airnya, sehingga ia akan tetap berkontribusi untuk Tanah Air sebagai penyumbang devisa negara.

“Gua pekerja, gua akan jadi TKI di sana, pejuang devisa buat Indonesia, jadi gua tetap kontribusi buat negara ini,” tutur Rizka Triansyah Leihitu.