JAKARTA – Indonesia segera mengoperasikan secara penuh Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 yang berada di Karawang, Jawa Barat (Jabar).
Pembangkit listrik uap terbesar di Asia Tenggara itu, kini masih dilakukan beberapa serangkaian test seperti plant reliability run dan net dependable capacity test sejak 2023 lalu.
Pembangkit Gas berkapasitas 1.760 Mega Watt (MW) ini siap beroperasi secara penuh, dan dikelola PT Jawa Satu Power (JSP).
PLTGU tersebut dimiliki oleh konsorsium antara Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) dengan kepemilikan 40 persen, Marubeni 40 persen, dan Sojitz 20 persen.
CEO Pertamina NRE, John Anis menyatakan apresiasinya kepada seluruh jajaran manajemen dan perwira JSP atas dedikasi dan kerja keras dalam menyelesaikan mega proyek ini.
“Saya ucapkan selamat dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada manajemen dan perwira JSP yang menunjukkan kesabaran, persistensi dan determinasi yang luar biasa dalam menghadapi tantangan hingga akhirnya bisa mewujudkan momen yang sangat krusial ini,” kata John dalam keterangan resmi, dikutip Senin 01 April 2024.
Dia menambahkan, dukungan dari semua pihak terus diharapkan agar PLTGU Jawa-1 dapat menunjukkan operational excellence, dan bisa membawa manfaat optimal bagi Pertamina dan tanah air.
Menurut dia, dengan semua keunikan instalasinya maka PLTGU Jawa-1 bisa menjadi salah satu pilar transisi energi yang menjadi kebanggaan Pertamina maupun Indonesia.
“Dengan teknologi yang mutakhir, PLTGU Jawa-1 diproyeksikan akan menekan emisi karbon sebesar 3,3 juta tco2e per tahun,” sambung John.
Angka ini berkontribusi signifikan terhadap net zero emission dan menjadi salah satu milestone penting yang tercipta atas sinergi strategis BUMN yakni Pertamina dan PLN, serta swasta Marubeni dan Sojitz.
Sementara itu, Direktur Utama JSP Asistia Semiawan menyampaikan terima kasihnya atas dukungan yang diberikan.
“Proses formal administratif sudah kami tempuh dan lengkapi, semoga semuanya lancar sehingga kami bisa berkontribusi mendukung penyediaan listrik melalui kolaborasi bersama mitra strategis kami yakni PLN,” kata Asistia.
Asistia menjelaskan, PLTGU Jawa-1 merupakan pembangkit Listrik yang mengintegrasikan floating storage and regasification unit (FSRU) dengan unit pembangkit listrik berkapasitas 1.760 MW yang terdiri dari dua unit pembangkit dengan masing-masing kapasitas 880 MW.
Unit 2 telah beroperasi komersial sejak Desember 2023. Proyek ini menghubungkan ketersediaan pasokan gas di Papua dengan kebutuhan listrik di Pulau Jawa dan Bali.
Dia menyebutkan, mega proyek pembangkit listrik ini memiliki sejumlah keunggulan, antara lain lebih efisien karena menggunakan generasi terbaru teknologi single shaft combined cycle gas turbine, sehingga harga jual listrik pun menjadi kompetitif.
Dari sisi operasional, lanjut dia, pembangkit ini memiliki teknologi black start capability. Sehingga dapat melakukan self start up sendiri pada saat grid tidak tersedia imported power untuk keperluan start up pembangkit.
Menggunakan sumber bahan bakar liquefied natural gas (LNG), maka emisi gas rumah kaca yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara maupun BBM.
Hal ini sejalan dengan upaya penurunan emisi karbon dari sektor ketenagalistrikan.
Kemudian pembangkit ini menggunakan teknologi closed loop cooling tower system, yang meningkatkan kehandalan dalam mengurangi volume penggunaan air laut dalam hal mendukung operasional pembangkit.
Beroperasinya PLTGU Jawa-1 akan menjadi titik pencapaian penting bagi Pertamina dan sekaligus menambah portofolio pemanfaatan energi bersih dalam bisnis Pertamina.
Gas alam berperan sangat strategis untuk dalam periode transisi energi, di mana akan turut mendukung ketahanan energi nasional, serta emisinya yang rendah menempatkannya ke dalam kategori energi bersih.
Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina kFadjar Djoko Santoso mengungkapkan, keberhasilan PLTGU Jawa-1 yang siap beroperasi ini menjadi salah satu milestone penting dalam transisi energi di Indonesia.
Pembangkit listrik terintegrasi ini diharapkan mampu menyumbang pengurangan emisi karbon yang signifikan, sehingga dapat mewujudkan tercapainya Net Zero Emission (NZE) di Indonesia.
“PLTU Jawa-1 hasil sinergi BUMN dan mitra menunjukkan bahwa pencapaian NZE akan menjadi lebih cepat dengan adanya dukungan semua pihak. Kami berharap proyek ini akan mendorong berbagai proyek strategis energi transisi lainnya,” jelas Fadjar.