Polemik Mahalnya Harga Jet Tempur Mirage 2000-5 Bekas, Ini Penjelasan Kemhan

Pesawat tempur Dassault Mirage 2000-5 milik Angkatan Udara Yunani atau Hellenic Air Force (HAF). (Foto:Istimewa)

JAKARTA – Pembelian 12 unit jet tempur Dassault Mirage 2000-5 bekas menjadi polemik, lantaran harga jual jet tempur bekas pakai Angkatan Udara Qatar atau Qatar Emiri Air Force (QEAF) tergolong mahal.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) mengonfirmasi pembelian 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 bekas pakai untuk dioperasikan TNI Angkatan Udara (TNI AU).

Melansir dari Reuters, pembelian jet tempur bekas itu telan anggaran hampir US$800 juta. Akibatnya rencana itu menuai kritik, karena harga yang berstatus ‘bekas pakai’ yang terbilang mahal.

Namun, pihak Kemhan RI menegaskan, soal pembelian 12 jet tempur Mirage 200-5 itu merupakan cara tercepat untuk meningkatkan kemampuan TNI AU.

Dikutip dari Antara, pembelian ini dilakukan dengan alasan lantaran jet tempur TNI-AU seperti F-5 Tiger dan Hawk MK-100/200 telah habis masa pakainya.

Kemhan pun berencana meremajakan, dan memperbaiki beberapa pesawat tempur untuk TNI-AU. Lantas Kemhan mengatakan, Indonesia menandatangani pembelian jet Mirage 2000-5 bekas itu seharga US$792 juta.

Kesepakatan itu dilakukan dengan Excalibur International a.s, unit perusahaan pertahanan asal Republik Ceko Czechoslovak Group (CSG) pada Januari 2023 lalu.

Pesawat-pesawat tersebut akan diantarkan dalam 24 bulan mendatang sejak penandatanganan itu. Jadwal pengiriman itu bertolak belakang dengan pernyataan Kemhan.

Kemhan menyebutkan di atas soal pembelian jet Mirage tersebut adalah cara cepat untuk meremajakan kemampuan tempur TNI AU.

Sementara, Indonesia harus menungu selama 2 tahun untuk mendapat jet tempur bekas tersebut. Kontrak pembelian jet tempur bekas ini US$792 juta atau Rp11,8 triliun (kurs hari ini Rp14.951 per US$1).

“Karena Indonesia membutuhkan Alutsista pesawat tempur yang bisa melaksanakan delivery secara cepat,untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI AU,” kata Kepala Biro Humas Setjen Kemenhan, Brigjen Edwin Adrian Sumantha dalam keterangannya, Kamis (15/6).

Baca juga: Qatar Bersiap Kirim 12 Jet Tempur Mirage 2000-5 ke Indonesia
Tampilan cockpit Mirage 2000c generasi awal dengan varian lanjutan Mirage 2000-5 yang sudah didukung full glass cockpit. (Foto:Istimewa)

Edwin menjelaskan, penurunan kesiapan tempur TNI AU disebabkan beberapa faktor. Seperti banyaknya pesawat tempur TNI AU yang habis masa pakai.

Kemudian faktor berikutnya, beberapa pesawat tempur yang ada harus dilakukan upgrade, overhaul/repair atau perbaikan. Ditambah lagi waktu pengiriman jet tempur baru Dassault Rafale yang dipesan masih sangat lama.

“Dengan kondisi keadaan di atas dinilai pembelian pesawat Mirage 2000-5 Ex Qatar Air Force merupakan langkah yang tepat guna memenuhi kesiapan pesawat tempur TNI AU,” terangnya.

Edwin juga memastikan pembelian Mirage 2000-5 bekas dari Qatar telah sesuai mekanisme berdasarkan surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Surat Menteri Keuangan RI.

“Pengadaan tersebut dituangkan dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU, tanggal 31 Januari 2023 dengan nilai kontrak sebesar 733 juta Euro (US$792 juta) dengan penyedia Excalibur International a.s., Czech Republic,” kata Edwin.

Brigjen Edwin juga menjelaskan, ada berbagai material yang didapatkan Indonesia dalam kontrak pembelian pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas tersebut.

Di antaranya 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 (9 Single Seat And 3 Double Seat), dan 14 Engine and T-cell, Technical Publications, GSE, Spare, Test Benches, A/C Delivery, FF & Insurance, Support Service (3 Years), Training Pilot And Technician, Infrastructure, dan Weaponary.

Rencananya, pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas ini akan dikirimkan 24 bulan setelah kontrak efektif dan nantinya akan ditempatkan di Skadron Udara 1 Lanud Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat.

“Saat ini status kontrak dalam proses efektif kontrak,” tutupnya.