WASHINGTON – Ruja Ignatova masuk dalam daftar orang paling dicari biro investigasi federal Amerika Serikat (AS) FBI. Perempuan berjuluk Ratu Kripto itu diburu karena dugaan perannya dalam menjalankan penipuan mata uang kripto yang dikenal sebagai OneCoin senilai lebih USD4 miliar atau sekitar Rp59 triliun.
Ignatova diketahui menghilang sejak 2017 setelah pejabat AS menandatangani surat perintah penyelidikan sekaligus penangkapan wanita asal Bulgaria itu. Dalam menjalankan OneCoin, sejak 2014, ia menawarkan komisi jika mereka menjual mata uang itu kepada lebih banyak orang. Namun belakangan diketahui OneCoin tidak berharga dan tidak pernah dilindungi teknologi blockchain yang digunakan oleh mata uang kripto lainnya.
Jaksa federal AS menyebutkan, penipuan itu pada dasarnya adalah skema Ponzi yang disamarkan sebagai mata uang kripto. “Dia mengatur waktu skemanya dengan sempurna, memanfaatkan spekulasi hiruk pikuk hari-hari awal mata uang kripto,” kata jaksa federal Manhattan, Damian Williams, seperti dikutip dari BBC, Jumat (1/7).
FBI menambahkannya ke daftar buronan yang paling dicari ketika mereka yakin masyarakat umum mungkin dapat membantu melacaknya. Pemberitahuan biro yang diterbitkan pada hari Kamis menawarkan hadiah USD100 ribu atau sekitar Rp1,4 miliar untuk setiap informasi yang mengarah pada penangkapan Ignatova, yang pada tahun 2019 didakwa dengan delapan tuduhan termasuk penipuan kawat dan penipuan sekuritas. Dia adalah satu-satunya perempuan dalam daftar sepuluh buronan paling dicari FBI.
Jamie Bartlett, yang investigasi podcast BBC-nya membawa perhatian global pada kisah Ignatova dan dampak keuangan OneCoin terhadap para korbannya, mengatakan pengumuman FBI pada hari Kamis meningkatkan kemungkinan dia ditangkap.
“Ini mungkin perkembangan terbesar dalam kasus ini sejak Dr Ruja menghilang pada Oktober 2017,” katanya. Bartlett, yang telah menyelidiki kasus ini selama bertahun-tahun, mengatakan salah satu alasan mengapa begitu sulit untuk melacak Ruja Ignatova adalah bahwa dia menghilang dengan setidaknya USD500 juta (Rp7,4 triliun), yang membantunya dapat bersembunyi dari hukum.
“Kami juga percaya dia memiliki dokumen identitas palsu berkualitas tinggi dan telah mengubah penampilannya,” tambahnya, serta meningkatkan kemungkinan bahwa dia mungkin tidak lagi hidup. Sekedar informasi, Ignatova terakhir terlihat naik pesawat dari Bulgaria ke Yunani pada 2017 dan menghilang sejak saat itu.