IndexU-TV

Ratusan Penari dari Penjuru Nusantara Tampil di Event Betandak Dangkong 2024 Karimun

Para penari dari berbagai penjurui nusantara saat tampil di event Betandak Dangkong 2024 Kabupaten Karimun, Kepri, 30-31 Agustus 2024. (Foto:Elhadif Putra/Ulasan.co)

KARIMUN – Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) menjadi lokasi gelaran event Betandak Dangkong tahun 2024.

Event tari tradisional tersebut berlangsung di lapangan sepak bola Leho, Kelurahan Teluk Uma, Kecamatan Tebing selama dua malam, Jumat-Sabtu, 30-31 Agustus 2024.

Para peserta bukan hanya berasal dari Karimun, namun juga Batam, Lingga, Tanjungpinang, Dumai, Palembang, Pekanbaru dan Bali.

Ratusan penari mengekspresikan secara verbal, dari berbagai tarian yang memuat unsur dan nilai pergaulan sosial.

Untuk dapat diketahui Dangkong merupakan seni tarian tradisional di Melayu pesisir, yang telah menjadi warisan budaya dan memiliki sejarah panjang.

Kesenian ini populer sejak masa kolonial Portugis berlayar ke Nusantara melalui Selat Malaka. Joget ini masih terus terawat dan beradaptasi dengan perkembangan jaman, dan bahkan telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah IV Riau-Kepri, Jumhari mengatakan, event digelar sebagai respons terhadap kecemasan akan hilangnya kekayaan seni dan budaya melayu Dangkong di era modernisasi.

Menurutnya, dengan adanya event tersebut bisa memutus sekat antara budaya dan pemilik budaya itu sendiri. Karena event Betandak Dangkong yang digelar dengan konsep yang lebih merakyat.

“Kita jadikan Dangkong lebih merakyat, mengembalikan ke khasanah aslinya. Bagaimana pun Dangkong adalah tari pargaulan,” kata Jumhari.

Disebutkan Jumhari, Dangkong dapat dijadikan sebagai ajang diplomasi baik secara regional dan internasional.

“Dengan keterlibatan komunitas, terutama yang bergerak di akar rumput menjadi ujung tombak, tinggal lagi peran kami selaku pemerintah memfasilitasi,” sambung dia.

Kemudian, modernisasi seharusnya dijadikan sebagai alasan komunitas-komunitas tari untuk membuat inovasi.

“Modernisasi ini jadi kata kunci agar komunitas tidak menghilangkan akar tradisi. Tapi melakukan inovasi-inovasi sesuai dengan perubahan konteks jaman,” terangnya.

Exit mobile version