Rusia ‘Butakan’ Roket HIMARS Buatan AS, Ukraina Bingung

Sistem peluncur roket artileri HIMARS buatan Amerika Serikat (AS) yang digunakan tentara Ukraina untuk menyerang Rusia. (Foto:US Army)

JAKARTA – Pasukan peperangan elektronik Rusia kembali berulah di medan tempur Ukraina, lantaran berhasil membuat sistem peluncur High Mobility Artilery Rocket Systems (HIMARS) buatan Amerika Serikat (AS) ‘buta’ saat menyasar targetnya.

Sementara pasukan perang artileri Ukraina bingung, lantaran roket HIMARS yang ditembakkan selalu meleset dari target sasaran yang telah dikuncinya.

Ternyata sinyal perangkat Global Positioning System (GPS) untuk penargetan HIMARS, lagi-lagi berhasil di ‘Jamming’ atau diganggu oleh pasukan peperangan elektronik atau Electronic Warfare (EW) Rusia.

Pasukan EW Rusia terus menunjukkan efektivitasnya di palagan perang Ukraina, pasca negara-negara Barat ramai-ramai memberikan bantuan alat tempur seperti roket artileri, tank, hingga rudal-rudal canggih berpemandu elektronik.

Menteri Pertahanan (Menhan) Ukraina, Aleksey Reznikov pun dibuat bingung, lantaran tentaranya tidak berhasil menembak sasaran dengan tepat menggunakan sistem peluncur HIMARS yang digadang-gadang berteknologi canggih itu.

Aleksey Reznikov sebut, sinyal peluncur roket HIMARS diacak-acak Rusia sehingga sasaran jatuhnya roket tersebut tidak akurat di medan tempur.

Reznikov juga mengatakan, padahal HIMARS yang dikirim jauh-jauh dari Amerika Serikat itu amat akurat ketika awal-awal penggunaannya oleh pasukan Ukraina melawan Rusia.

Bahkan HIMARS menjadi senjata paling efektif, untuk menggempur pertahanan pasukan Rusia dari jarak jauh ketika awal-awal tiba dan digunakan.

Namun kini berbeda, lantaran Rusia sudah memiliki cara efektif untuk melemahkan akurasi HIMARS dengan mengacak-acak sinyal GPS yang menjadi andalan sistem peluncur roket itu.

Moskow disebut dengan mudah mengacak-acak sistem sinyal GPS, yang amat diandalkan HIMARS. Karena Rusia memiliki sistem radio elektronik yang amat kuat dan personel yang terlatih.

“Rusia datang dengan tindakan balasan, kami memberi tahu mitra kami. Bahwa mereka (Rusia) membuat tindakan balasan baru terhadap tindakan balasan ini,” jelas Reznikov.

Baca juga: MBDA Bangun Sistem Pencegat untuk Lumpuhkan Rudal Hipersonik Rusia
Sistem peperangan elektronik (EW) milik pasukan Rusia di Ukraina. (Foto:TASS)

Reznikov mengulangi klaim Kiev sebelumnya bahwa “untuk industri militer dunia, Anda tidak dapat menemukan tempat pengujian yang lebih baik” daripada Ukraina.

Pendukung Barat Kiev “benar-benar dapat melihat apakah senjata mereka berfungsi, seberapa efisien mereka bekerja dan apakah perlu ditingkatkan”, katanya.

Ukraina telah dipasok dengan beberapa lusin sistem roket HIMARS, yang memiliki jangkauan 85 kilometer (53 mil), dari mitra pendukung asingnya sejak Juni tahun lalu.

Bahkan Barat meyakini, lalu menggambarkan sistem HIMARS tersebut sebagai pengubah permainan dalam konflik. Namun fakta di medan tempur, akurasi HIMARS seolah tak mampu membuktikan bakal mengubah permainan di perang Rusia-Ukraina.

Jenderal David T. Pyne, yang sebelumnya menjabat sebagai komandan unit operasi khusus Amerika Serikat (AS), telah menyatakan, bahwa kemampuan sistem EW Rusia begitu kuat di perang Ukraina.

Bahkan, sistem EW milik Rusia mampu mengganggu efektivitas bom berpemandu JDAM yang dipasok oleh AS untuk pasukan militer Ukraina. Sehingga, keunggulan itu memberikan keuntungan bagi pasukan Rusia.

Menurut David T. Pyne, sumber militer AS telah mengindikasikan, bahwa jaringan peperangan elektronik Rusia merupakan ancaman yang signifikan terhadap kekuatan yang dianggap Moskow sebagai musuh.

Pyne pun mencatat, bahwa sistem EW Rusia menyebabkan bom pintar buatan AS, juga dikenal sebagai Amunisi Serangan Langsung (JDAM) meleset dari target mereka berulang kali di wilayah Ukraina karena macet.

Baca juga: Jenderal AS Akui Sistem Peperangan Elektronik Rusia Hebat