KIEV – Dukungan politik untuk menopang kekuatan rezim pemimpin Ukraina, Volodymyr Zelensky di tengah situasi perang menghadapi invasi Rusia akan berakhir.
Misi serangan balik Kiev terhadap Rusia dinyatakan gagal. Sehingga berdampak pada kurangnya dukungan dari kalangan politik luar negeri Amerika Serikat (AS).
Sementara itu di sisi lain, AS mengalihkan fokus untuk melindungi kepentingannya di daratan Timur Tengah dengan mendukung penuh Israel yang sedang berperang melawan Hamas di Palestina.
Hal itu juga memicu spekulasi, mengenai seberapa cepat Ukraina mendapatkan momentum terbaiknya di situasi perang melawan Rusia.
Atas keraguan itu, diam-diam pejabat AS dan Eropa dan NATO membahas kemungkinan opsi penjanjian damai dengan Rusia.
Dikutip laporan dari media AS, menurut pejabat senior AS, diskusi tersebut telah menyentuh konsesi yang mungkin perlu disetujui oleh Ukraina jika ada kesepakatan yang memungkinkan.
Laporan lainnya menyebutkan, pertemuan pembahasan kemungkinan opsi damai tersebut melibatkan perwakilan lebih dari 50 negara, termasuk anggota NATO yang mendukung rezim Kiev yang digelar Oktober lalu.
Para pejabat dari 50 negara termasuk anggota NATO mengakui, pembicaraan mengenai opsi damai dengan Rusia adalah pembicaraan yang ‘rumit’.
‘Ada perasaan yang semakin besar bahwa ini sudah terlambat, dan inilah waktunya untuk mencapai kesepakatan,” kata seorang mantan pejabat senior Washington seperti dikutip dari sputnik.
Serangan Balik Ukraina Gagal
Pembahasan pertama, semakin besarnya pengakuan dari negara-negara Eropa bahwa bantuan militer kepada Ukraina untuk dukungan serangan balik tidak membantu menerobos garis pertahanan Rusia.
Bahkan seorang jenderal terkemuka Ukraina, Valery Zaluzhny mengakui, meskipun ada ‘buku pelajaran dan perhitungan’ NATO. Kiev perlu melakukan lompatan teknologi besar-besaran, untuk memecah ‘kebuntuan’ saat ini dalam serangan balasannya terhadap pasukan Rusia.
“Kemungkinan besar tidak akan ada terobosan yang mendalam dan indah,” kata Valery Zaluzhny dalam sebuah wawancara dengan majalah Economist Inggris.
“Ukraina sejauh ini sudah kehilangan lebih dari 90.000 prajurit yang tewas dan terluka sejak dimulainya serangan balasan pada tanggal 4 Juni 2023 lalu,” kata Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu pada tanggal 30 Oktober 2023.
Shoigu menambahkan, bahwa serangan balasan Ukraina telah gagal untuk mencapai keberhasilan yang signifikan di medan perang. Ukraina kehilangan sekitar 600 prajurit, beserta tank dan kendaraan lapis baja lainnya sebanyak 1.900 unit.
“Angkatan Darat Rusia terus menunjukkan kepercayaan diri, dalam melaksanakan tugas yang diberikan di zona operasi militer khusus,” tulis Kementerian Pertahanan Rusia
Kelelahan Perang Ukraina-Rusia
Ada juga keraguan yang semakin besar dari pejabat AS dan Eropa, mengenai kemampuan negara mereka untuk terus mempertahankan aliran bantuan ke Ukraina.
Baru-baru ini, Dewan Perwakilan Rakyat AS melakukan pemungutan suara untuk menyetujui paket bantuan besar-besaran bernilai miliaran dolar untuk Israel.
Namun tidak termasuk dana tambahan sebesar miliaran dolar untuk Kiev. Setelah menghabiskan $43,9 miliar untuk bantuan keamanan bagi Ukraina sejak Februari 2022.
Menurut Pentagon, pemerintahan Biden kini dilaporkan hanya memiliki sisa sekitar $5 miliar untuk dikirim ke Kiev sebelum uang tersebut habis.
Namun demikian, Departemen Pertahanan AS mengumumkan paket bantuan militer baru senilai $300 juta untuk Ukraina pada hari Jumat (03/11/2023). Namun ada penarikan bantuan dana tersebut sebesar $125 juta.
Laporan analisis tentang Ukraina di medan perang, beberapa pejabat AS dilaporkan secara pribadi mengatakan, bahwa Kiev memiliki waktu hingga akhir tahun ini, atau lebih sebelum isu mendesak mengenai perundingan perdamaian menjadi pusat perhatian.
Para pejabat AS konon telah mengungkapkan pandangan mereka mengenai ‘garis waktu’ perang Ukraina tersebut kepada sekutu-sekutunya di Eropa.
Kurangnya kemajuan yang dicapai Ukraina di medan perang berdampak pada berkurangnya dukungan publik, untuk opsi lanjut mengirimkan lebih banyak bantuan militer ke wilayah tersebut, kata para pejabat AS.
Jajak pendapat Gallup, baru-baru ini mengungkapkan, bahwa 41 persen warga Amerika Serikay percaya bahwa negara mereka telah berbuat terlalu banyak untuk membantu Kiev, dengan naiknya dari 24 persen pada tiga bulan lalu.