Sulteng Waspada Bencana Longsor Dijalur Pegunungan

Sulteng Waspada Bencana Longsor Dijalur Pegunungan
Ilustrasi- Sejumlah pegendara melitas di ruas Jalan Trans Palu-Kulawi yang tertimbun material longsoran di Desa Salua, Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa (31/08/2021). (Foto: Antara)

Palu – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mengingatkan warga Provinsi Sulteng waspada bencana longsor saat melintasi dilajur pegunungan.

“Warga yang bepergian menggunakan kendaraan roda dua maupun empat saat melintas di kawasan pegunungan agar senantiasa berhati-hati. Karena banyak titik longsor akibat tanah yang jenuh di guyur hujan,” kata Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Moh Fathan yang dihubungi di Palu, Jumat (17/09).

Pada situasi saat ini, lanjutnya, BMKG mengimbau warga agar selalu waspada terhadap ancaman bencana. Pasalnya tidak menutup kemungkinan peristiwa itu bisa berulang pada wilayah-wilayah yang memiliki riwayat banjir dan tanah longsor.

Jalur Tawaeli-Toboli Trans Sulawesi atau jalur kebun kopi merupakan salah satu wilayah yang terjadi longsor di sejumlah titik akibat hujan yang mengguyur beberapa waktu lalu.

“Meskipun wilayah Sulawesi Tengah masih dalam musim kemarau, namun intensitas hujan di provinsi ini masih cukup tinggi,” terang Fathan.

Baca Juga : Pascabanjir, Pemkab Sigi Berkolaborasi Pulihkan Desa Rogo

Berdasarkan prakiraan BMKG, tiga hari ke depan wilayah Sulawesi Tengah masih berpotensi hujan secara merata baik intensitas tinggi, sedang maupun ringan yang terjadi antara sore hingga malam hari.

Oleh karena itu, warga yang berkendara di malam hari khususnya melewati jalur-jalur pegunungan agar memperhatikan kondisi cuaca, bila di gunung terjadi pembentukan gumpalan awan hitam, maka sebaiknya menunda perjalanan atau mengambil jalur alternatif lain, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Begitu pun warga yang berada di pesisir pantai termasuk nelayan tradisional, agar selalu memperhatikan kondisi gelombang, karena biasanya ketika terjadi hujan lebat disusul dengan angin kencang.

“Bagi nelayan menggunakan kapal berukuran kecil atau perahu jika sewaktu-waktu terjadi gelombang cukup besar, kami menyarankan agar menunda aktivitas melaut, hal ini dimaksudkan untuk keselamatan,” ucapnya.

Dari analisis BMKG, hujan merata terjadi di wilayah Sulawesi, Kalimantan dan Maluku akibat pola tekan udara di laut Filipina rendah, sehingga masa udara dari arah Tenggara atau di Laut Banda tertarik lalu masuk ke tiga wilayah provinsi tersebut sehingga menimbulkan hujan.

“Kalau dalam sepekan hujan, biasanya terjeda dulu, setelah itu beberapa hari kemudian terjadi lagi hujan,” demikian Fathan.

Pewarta : Antara
Redaktur: M Rakhmat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *